CHAPTER 13 : I found it

124 17 16
                                    



Normal POV

Waktu telah berlalu...

"Anda bertanggung jawab atas pembunuhan berencana Raja Alexander dan Ratu Elanor dalam naungan sebuah organisasi bernama Blackwood. Dengan begitu semua anggota akan ditangkap dan ikut diadili." Ucap Ackerley.

"Keputusan ada ditangan anda Yang Mulia." Arckerley melihat kearah Adam.

Adam duduk diatas tahtanya, mengenakan mahkota emas yang dibalut batu ruby yang merah menyala. Dihadapannya berlutut seseorang yang telah membunuh orang tuanya. Dengan tampang kacau dan menyedihkan.

Adam bangkit dari tahtanya dan membungkuk di depan Anderson yang diseret ke kakinya. Dengan suara berat dan pelannya, "... Aku hanya ingin kau berbicara dengan jelas dan jujur.". Anderson menganguk.

"...Apa kau ingin puterimu merasakan apa yang aku rasakan?"

Anderson menatap Adam dengan rasa kekalahan dan ketakutannya. "...T-tidak Yang Mulia"

"Tapi kurasa dia harus. Gantung dia." Ucapnya dengan tegas.

Adam lalu berdiri, tapi sebelum dia pergi, Anderson menempelkan kepalanya pada sepatu Adam. "KUMOHON! KUMOHON! BERIKAN AKU KESEMPATAN!"

Adam tidak menjawab, dan membiarkan Anderson di bawa oleh 2 penjaga. Menuju tempat eksekusinya. Adam sengaja tidak membiarkan dia digantung didepan rakyat Willhelmia.

Adam melangkahkan kakinya menuju balkon, dibawah sana semua orang menyoraki nama Adam. Adam memejamkan matanya.

"Anda harus pastikan untuk bersenang hari ini dan seterusnya, Yang Mulia." Ucap Trevor yang berdiri dibelakangnya.

Adam memandang keseluruh rakyatnya, " Ini momen langka yang membuatku merasa sungguh hidup sebagai seorang raja."

"Saya belum melihat anda tersenyum sejak anda memenangkan perang ini. Apa ada yang membuat hati anda gusar?" Tanya trevor.

"Telah banyak hal yang terjadi di tahun ini Trevor." "Aku penasaran ...apa kau sudah memikirkan hal yang akan kau lakukan kedepan?" ucap adam dengan nada serius.

Trevor berfikir untuk memberikan jawaban yang benar untuk Adam, "Saya akan tetap melayani anda." Ucapnya sambil berlutut.

"Pikirkan lah masa depanmu juga Trevor"

Adam mengangkat tangannya dan melambai kecil pada rakyatnya, dan dibalas oleh sorakan gembira. "Aku yakin Ratu Helene akan bekerja dengan baik menggantikan Suaminya."

"Apa mereka akan membalas Yang Mulia?"

Aku menenggakkan wajahnya dengan tampak angkuh, "Mungkin, tapi aku yakin itu bukan masalah untukku dan Willhelmia." matanya melihat tangan kirinya yang masih diperban. Masih terasa kaku dan sakit. Dokter mengatakan lukanya akan sembuh dalam waktu beberapa hari.

"Dimana Weithia dan Anthony?"

"Mereka pergi ke kota baru saja."

"Tanpa izinku?"

"Saya mengira mereka pergi atas perintah anda Yang Mulia."

Adam menghirup nafas panjang, "Aku hampir lupa... aku ingin meminta maaf atas perbuatan tidak pantas yang aku lakukan padamu waktu lalu"

Trevor tersenyum sambil mengusap tengkuknya, "Jangan minta maaf, saya sama sekali tidak keberatan."

"Bagus." Adam pergi meninggalkan Trevor, jubah merahnya terkibar terbawa angin.

"Hiruplah aroma kemenangan Trevor"

"Anda ingin pergi kemana?"

Adam menoleh dan tersenyum, "Mencari jawaban, mungkin?"

*****

Pagi itu Adam bersama Ackerley dan Trevor pergi ke alun alun. Entah apa yang membawa adam kesana. Hatinya bergerak untuk mencari sebuah jawaban yang terkubur di dalam lubuk hatinya. Saat mereka tiba, disana rakyat sudah berkumpul menunggu kedatangan Adam.

Adam turun dari keretanya, dan disambut oleh senyuman dan bunga bunga indah. Adam dipersilahkan naik ke sebuah panggung yang biasanya digunakan untuk pertunjukan seni. Panggung yang lumayan besar, berwarna putih dan ada pilar pilah yang menopangnya.

Weithia dan Anthony yang baru saja tiba dengan terburu buru. Turun dari kudanya. Mereka tidak di beri tahu jika Adam melaksanakan kunjugan seperti ini. Mereka maju melewati kerumunan paling depan agar bisa melihat adam dengan jelas.

Adam tidak ingin menyimpan semua isi hatinya sendiri, adam ini semua orang yang dia cintai. Mengerti sosoknya lebih baik.

"Anda tidak pernah benar-benar tahu dampak sebenarnya yang Anda miliki terhadap orang-orang di sekitar Anda. Anda tidak pernah tahu betapa seseorang sangat membutuhkan senyum yang Anda berikan kepada mereka.

Anda tidak pernah tahu seberapa besar kebaikan Anda mengubah seluruh hidup seseorang, Anda tidak pernah tahu seberapa besar kebutuhan seseorang akan sebuah pelukan.

Jangan menunggu untuk menjadi baik, jangan menunggu orang lain menjadi baik dulu. Jangan Menunggu Keadaan yang lebih baik atau seseorang yang berubah. Bersikaplah baik karena Anda tidak pernah tahu betapa seseorang sangat membutuhkannya"

Semua orang yang hadir dilapangan besar itu, semua orang yang melihat adam dari jendela atau teras rumahnya. Mendengarkan Adam berbicara.

"Tetap dekat dengan orang-orang yang membuat Anda merasa seperti sinar matahari. Suatu hari Anda akan menemukan seseorang yang memilih anda. Dan terus memilih anda setiap hari dan saat itulah Anda akan bersyukur pada Tuhan"

"Suatu hari ketika aku bertemu dengan sosok itu. Sudah lama sekali. Dan dia tidak pernah gagal membuatku takjub, ada sesuatu yang baru setiap hari dalam dirinya yang membuatku mencintainya lebih dari hari sebelumnya."

"Aku jatuh cinta akan semangatnya, akan kejujurannya, akan perilaku bodohnya. Sesuatu tentang dia membuatku merasa sedikit lebih hidup. Keraguan memang selalu singgah pada setiap diri manusia."

"Malam dimana orangtuaku di bunuh, sebuah keraguan untuk melangkah maju tumbuh dalam hatiku. Hingga saat ini aku masih ragu untuk bicara didepan kalian semua. Tapi aku ingin membuat kalian mengerti jika setiap insan yang berdiri disini membutuhkan cinta kasih. Termasuk orang terkuat sekalipun"

Mereka semua tersenyum ketika Adam memberikan kata kata yang berasal dari hatinya. Seorang gadis kecil yang berdiri tidak jauh dari panggung adam menganggkat tangannya. "Yang mulia! Yang mulia! Itulah kenapa anda menjadi raja yang saaaaaangat dicintai oleh kami. Ibuku bilang Cinta lebih kuat dari apapun yang ada didunia ini." Ucapnya dengan suara manis. Semua tertawa bahagia mendengar perkataannya. Membuat Adam ikut tersenyum.

"Apakah anda berkenan memberi tahu sosok yang sedari tadi anda ceritakan?" Tanya seorang wanita.

Sorakan setuju membuat adam tertunduk malu. Tapi tetap berusaha membuat dirinya berwibawa. "Saya hanya akan mengatakan padanya jika. 'Saya jatuh cinta kepadamu karena sejuta hal kecil yang kau tidak pernah tahu sedang kau lakukan....'"

Adam tersenyum dan turun dari panggung. Tiba tiba Weithia mengampiri Adam dan berdiri di hadapannya. Semua mata tertuju pada mereka berdua.

Weithia tersenyum, "H-hari ini saya membawa cincin...Yang Mulia." ucap Weithia pelan.

Dengan yakin Weithia bertekuk lutut di hadapan Adam. Membuka sebuah kotak kecil berwarna merah. Adam bergerak mundur, tapi weithia menggapai tangan kanan adam.

"Apa anda sudah menemukan jawabannya?" ucap weithia lembut.

Adam melihat Weithia memakaikan sebuah cincin dengan permata merah ke jari manis Adam. Didepan semua orang yang entah berwajah kaget atau bahagia.

Adam tidak bisa berkata kata, wajahnya merah masak seperti delima. "Apa anda bersedia menerima ini....?"

Semua orang terdiam, menunggu jawaban Adam.

Weithia berdiri dan menatap kedua mata sebiru lautan itu.

Sedangkan adam sendiri tidak bisa mengalihkan pandangannya dari sepasang mata kelabu didepannya.

'..Aku menemukannya' senyum adam mengembang di wajahnya.



   T H E   E N D

THE KING (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang