"Kenapa? Terus apa hubungannya sama gue?" Somi mentap jengah sahabatnya, Jennie.
Jennie bergedek melihat respon sahabatnya yang terlihat cuek cuek saja atas berita dan kabar yang dia sampaikan ini
"Lo gak cemburu gitu? Pacar lo soobin dia jalan sama cewek lain bahkan... Bahkan mereka gandengan tangan, selfi selfi, makan bareng jalan bareng
___lo gak ngerasa apa kek? Marah atau apa gitu?" Jennie berusaha sekuat tenaga untuk menyadarakan sahabatnya ini agar sadar bahwa yang dilakukan soobin itu sudah keterlaluan karena pergi dengan cewek lain, harusnya sebagai orang normal dan sebagai perempuan, somi harusnya marah dan menunjukan kemarahannya pada soobin.
"Udah biasa, sejak awal gue pacaran sama soobin dia selalu gitu, udah ah gue capek, jangan nambah nambah urusan gue! Pusing nih banyak tugas" ucap somi acuh lalu memijat pelipisnya sebentar, kemudian jari jari tangannya dengan lincah menekan tombol keyboard benda pipih didepannya.
Jennie menghela nafas panjang dan menyandarkan punggungnya, kembali menatap sahabatnya ini dengan tatapan miris
"Gue makin bingung sama Lo som, harusnya lo itu marah ke soobin, tapi ini apa? Lo cuek cuek gini?"
"Som! Dengerin gue ya! Gue tau lo sebenernya sakit kan ngelihat dia jalan, makan dan pergi sama cewek lain! Tapi lo tetep diam buat menjaga hubungan kalian biar tetap bertahan"
Mendengar ucapan Jennie, somi mendongak mentap lawan bicara didepannya ini
"Hubungan kalian ini hambar gue rasa, gue tau soobin selama ini gak pernah perhatian sama lo, dia bahkan lebih memilih deket cewek lain dibangding lo, kenapa gak lo putusin dia aja sih? Lo mau berjuang sendirian, gak dihargai dan gak pernah mendapat perhatian dari dia, buat apa lo bertahan selama empat tahun ini cuman buat hubungan yang ga jelas ini, cuma buat bertahan sama soobin?"
"Kenapa? Please Jangan sakiti diri lo sendiri cuma buat jalanin usaha lo yang sia sia ini! Gue kasian som sama lo"
Somi menundukan wajahnya, apa yang Jennie ucapkan memang banyak benarnya, selama ini, dia hanya menghabiskan waktu, tenaga dan perasaanya hanya untuk hal yang sia sia. Yang tentu saja tidak akan ada hasilnya.
"Tolong! Demi diri lo sendiri som, Akhiri semua ini! Gue gak mau lo terus terusan tersiksa!" Jennie menatap somi serius memberikan sorot seolah memberikan perintah.
Somi berusaha untuk tidak peduli dengan simpati dari sahabatnya ini
"Sorry! Tapi untuk itu biar gue sendiri aja yang urus, Lo gak perlu ikut campur!
Udah malam nih, gue balik dulu ya besok gue ada kelas pagi. Makasih buat traktirannya, bye!" Somi bangkit dan mengemasi barang barang nya dan pergi begitu saja dari hadapan Jennie, dia pergi dengan langkah lebar meninggalkan cafe yang tengah sepi pengunjung karena hujan yang cukup lebat.
Jennie menghela nafas panjang menatap kepergian sahabatnya, entah harus bagaiamana dan dengan kata apa dia harus menyadarkan bahwa cara pikirannya ini salah.
Somi memejamkan matanya, menikmati aroma hujan yang seakan menjadi candu bagi dirinya, menyandarkan punggung di kursi penumpang dan mengeratakan mantel tebalnya memberikan sensasi ketenangan pada dirinya
Somi jadi teringat ucapan Jennie.
Kalau dipikir pikir apa yang Jennie katakan ada banyak benarnya, dia harusnya bisa mempertegas soobin, dan kalaupun soobin tidak bisa merubah tingkahnya, dia harus mengakhiri semua ini, ini memang tidak ada gunanya dan hanya menyakiti dirinya sendiri. Tapi somi masih mencintai laki laki itu, awalnya dia hanya menjadikan soobin sebagai pelariannya setelah putus dari yeonjun, tapi somi malah merasa nyaman dan mencintai laki laki itu hingga empat tahun ini
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] My Boyfriend | Choi Yeonjun
FanfictionSomi, gadis biasa yang harus kehilangan sahabatnya. Lebih tepatnya sosok sahabat. Soobin yang harus menjalani operasi penghilang ingatan karena trauma terhadap masa lalunya. Semenjak operasi yang soobin jalani, mereka seperti orang asing yang tak...