6

599 80 9
                                        

"Seul"

Mendengar namaku yang dipanggil olehnya lamunankupun mendadak buyar dan aku langsung segera mendongakan kepalaku yang sedari tadi tertunduk, membuat pandangan kami bertemu.

"Iya, rene?" Aku melihat ia yang menatapku dengan tatapan jijik dan tidak suka. Akupun hanya mengernyitkan dahiku, tidak tau kesalahan apa lagi yang telah aku buat.

Akupun memberanikan diriku untuk bertanya, "Apa ada masalah?"

Ia tersenyum sinis seraya memutar matanya dengan malas setelah aku bertanya seperti itu sebelum akhirnya menjawab, "Ya"

Aku menatapnya dengan bingung sebelum akhirnya berkata, "Uh.. Aku minta maaf"

"Memangnya kau tau kesalahanmu?!" bentaknya.

Aku semakin menciut. Aku benar-benar tidak tau kesalahan apa yang telah aku lakukan sehingga membuatnya semarah ini.

"Jangan pernah kau meminta maaf tanpa mengetahui letak kesalahanmu, Seul" ucapnya dengan ketus.

Aku hanya bisa terdiam.

Apa salahku?

Apakah aku terlalu mengekangnya?

Apa salahku?

Apa aku melupakan sesuatu hal yang penting darinya?

Apa salahku?

Apa perlakuanku kepadanya ada yang salah?

Apa salahku?

Apa karena aku terlalu mencintainya?

Mungkin itu

Semuanya salahku

Iya

Semuanya











---

-SEULGI-

Rumah Seulgi - 01.05

Aku tersentak dari tidurku. Jantungku berdebar sangat kencang, nafasku ternengah-engah, serta keringat bercucuran didahiku. Aku mencoba merubah posisiku menjadi duduk dan menyenderkan badanku pada sandaran kasur lalu mengatur nafasku.

Setelah beberapa saat nafasku mulai kembali normal, aku pun berkata kepada diriku sendiri, "Itu hanya mimpi, itu hanya mimpi, itu hanya mimpi"

Kalimat itu aku ucapkan berkali-kali seperti sebuah mantra agar aku kembali tenang.

Mimpi yang tadi itu terasa sangat nyata. Tatapan itu. Apa jika kami berdua bertemu lagi ia akan menatapku seperti itu?

Tidak

Tidak

Aku tidak boleh berpikiran yang aneh-aneh.

Ayo Seulgi tenangkanlah dirimu, bodoh.

Namun semua upaya yang tadi aku lakukan berujung sia-sia, ritme nafasku malah kembali kacau. Rasanya seperti tidak ada oksigen yang masuk ke dalam paru-paruku, sesak sekali.

Aku mengepalkan tangan kananku dengan kuat berharap rasa sakit yang aku rasakan saat ini setidaknya sedikit berkurang.

Setelah hampir 15 menit lebih bersusah payah akhirnya pikiranku menjadi lebih tenang dan nafasku pun kembali normal.

w  h  y  ?   ||  Seulrene ; JiseulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang