3. Kotak Warna Pink?

7.9K 882 119
                                    

jangan lupa vote, komen dan follow ya teman-teman, karena itu sangat berarti buat aku, terima kasih ♡

H A P P Y R E A D I N G

.
.

Seorang remaja mengenakan helm full face dengan tubuh yang berbalut jaket jeans, memarkirkan motor sportnya di garasi. Rumah mewah dua lantai warna putih gading itu banyak area hijau yang memberikan suasana nyaman, seperti pohon angsana, tanaman hias, dan tumbuhan rambat menghiasi dinding depan sebelah kiri. Rumah tersebut milik keluarga Bagaskara—orang tua Elvano. Bangunannya memang terlihat indah. Namun, di dalamnya sangat jauh berbeda.

Setiap hari rumah selalu sepi bak tiada penghuni. Setelah ibunya meninggal dua tahun yang lalu karena menderita kanker otak, sikap Elvano berubah dari yang ceria menjadi pendiam, termasuk ayahnya yang sibuk dengan pekerjaan. Elvano diurus oleh Bi Narti—ART yang sudah lama bekerja di rumahnya. Sejujurnya Elvano sangat kesepian, apalagi ia anak tunggal. Makanya, ia mencoba ikut geng motor berkat tawaran dari Geo Fernandoketua geng Lion King-9.

Waktu itu, Geo pernah memergokinya melawan dua preman sendirian dan ia memuji bela dirinya cukup bagus. Sebenarnya, Elvano bisa bela diri karena saat SMP ikut ekskul taekwondo. Untung juga ia serius menekuninya. Geo pun memutuskan untuk membawa Elvano masuk ke dunia geng motor. Tak dapat dipungkiri Elvano sangat bahagia bisa mendapatkan banyak teman, bahkan keluarga baru. Hingga di hari kemudian, bergabunglah Aldan, Dito, Candra, Juan, dan akhirnya mereka pun bersahabat.

Selesai membersihkan badan, Elvano rebahan di kasur seraya memainkan ponsel. Baru membuka aplikasi WhatsApp, deretan nomor unknown menyapanya. Paling banyak pasti perempuan. Dia sudah hafal dan terbiasa. Langsung saja ia menghapus nomor-nomor tidak penting itu. Maklum, Elvano masuk ke jajaran cowok terkenal di sekolah, sampai sekolah lain pun tahu dia siapa. Entahlah, mereka dapat nomornya dari mana, mungkin dari grup kelas, lalu menyebar. Ingin ganti nomor juga malas dan ia yakin pasti akan terulang lagi.

Pintu kamarnya diketuk pelan, diiringi suara wanita memanggilnya. Tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel, Elvano menyahut, "masuk, Bi!"

Setelah menerima jawaban dari sang pemilik kamar, Bi Narti segera memasuki ruangan pribadi anak majikannya itu. Kemudian ia memberikan sebuah kotak warna merah muda kepada Elvano. "Ini, ada kiriman buat kamu."

Kedua alis Elvano saling bertautan melihat kotak sebesar rubik itu. Tiba-tiba terlintas suatu dugaan kepada seseorang yang membuatnya berdecak malas. "Pasti dari dia lagi. Buat Bibi aja, aku nggak mau."

"Loh, kok gitu? Siapa tahu dari temen kamu yang lain."

"Temen aku cowok semua, mana mungkin ngasih kotak warna pink gitu? Lagian temen-temen aku juga nggak pernah ngirim-ngirim barang, kalau ada sesuatu mereka langsung ngajak ketemuan, Bi."

"Ya, bisa jadi temen cewek kamu yang lain?"

"Bi, aku yakin itu dari Sasya. Bibi lupa apa setiap dia ngirim barang warnanya sama semua? Aku tahu dia suka warna pink."

Bi Narti tersenyum seraya memicingkan matanya. "Emm..., kok tahu dia suka warna pink? Cie...."

"Bi, please jangan mikir yang aneh-aneh. Aku tahu, ya, karena barang dia pink semua. Dari tas, sepatu, baju, bandana, sampai lipstik aja warnanya pink!"

"Lipstik emang warnanya pink, gimana, sih, kamu?"

"Padahal aku nggak pernah minta dikirimin barang sama dia. Aku juga udah bilang kalau aku nggak suka sama dia, tapi dia masih ngejar terus. Aku risih, Bi."

Matahari Untuk Semesta [END-REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang