10. Insiden Menegangkan

6.4K 688 83
                                    

jangan lupa vote, komen dan follow ya teman-teman, karena itu sangat berarti buat aku, terima kasih ♡

H A P P Y R E A D I N G

.
.

Hari ini Erick mengajak Aileen pulang bersama naik motor vespa matic putih miliknya. Mereka tidak langsung pulang, melainkan mampir makan mie ayam di tempat Pak Haji Udin yang terletak tidak jauh dari sekolah. Suasana sore ini sangat mendukung sehingga mampu menambah kenikmatan—bumi tidak panas dan angin berhembus cukup kencang. Erick dan Aileen duduk di kursi kayu panjang dalam posisi berhadap-hadapan, dengan mie ayam dan es teh manis telah tersaji di atas meja.

"Setelah lo digendong Vano ke UKS, Sasya labrak lo lagi nggak?" tanya Erick yang kemudian menyeruput mie ayamnya.

Reaksi Aileen sedikit terkejut. Kenapa topik pembicaraannya harus mengarah ke situ? Sungguh, Aileen malas dan takut membahasnya. Dia menggeleng ragu. "Enggak kok," jawabnya dengan volume suara merendah. Aileen sangat berharap Erick mempercayainya karena ia tidak ingin masalahnya semakin panjang.

Erick sebenarnya kurang puas dengan jawaban tersebut. Aileen juga mendadak kelihatan kaku, bola matanya bergerak ke mana-mana, sehingga membuatnya menjadi curiga. "Kalau Sasya macem-macem bilang sama gue, Ai. Gue, kan, sekelas sama dia. Jadi gampang buat nyeret ke ruang BK!"

Aileen tersenyum samar membalasnya.

Erick menunduk sambil mengaduk mie ayamnya secara perlahan. "Harusnya gue ada di sekolah, Ai, pas Sasya ngelabrak lo di kantin waktu itu, biar gue bisa belain lo. Nyesel gue ikut nyokap ke Surabaya."

Aileen lantas memegangi lengan cowok di hadapannya. "Erick, nggak boleh gitu. Kamu ke Surabaya, kan, mau jagain nenek kamu yang lagi sakit. Ada Fadila, Saskia, sama anak Lion King kok yang bantuin aku."

Erick seketika terdiam. Mendengar nama 'Lion King' disebut membuat sorot matanya memancarkan ketidaksukaan. "Ai, mulai sekarang lo jangan deket-deket sama anak Lion King lagi, terutama Vano. Dia ketua geng, bahaya. Lo tahu, kan, Sasya terobsesi banget sama Vano? Semua siswi di sekolah kita aja pada takut sama dia. Mungkin kejadian itu peringatan buat lo, Ai. Gue nggak mau lo kenapa-napa."

Aileen menyunggingkan senyuman kecil. "Iya, Rick. Makasih buat perhatiannya."

"Sama-sama."

Selesai mengisi perut, Erick kembali mengendarai motornya menuju tempat tinggal Aileen. Beberapa obrolan terlontar meskipun harus berteriak karena bersahutan dengan suara motor lain. Saat melintasi jalanan sepi, kecepatan motornya tiba-tiba berkurang lantaran melihat pemandangan tak mengenakan di jarak sekitar dua puluh lima meter ke depan.

"Om itu di begal, Rick! Ayo tolongin, Rick!!" Aileen menepuk-nepuk bahu Erick.

Erick mengiyakan. Sesegera ia menambah kecepatan motornya untuk menghampiri tiga laki-laki—dengan dua di antaranya adalah preman yang tengah berusaha merebut tas milik seorang pria kantoran.

"Woi!" Erick cekatan melepas helm, kemudian berjalan cepat mendekati salah satu preman itu dan memberinya sebuah tendangan di bagian lengan.

Pertarungan dimulai. Aileen mengajak pria kantoran yang terlihat ketakutan supaya berdiam di dekat motor Erick. Melawan dua preman berbadan kekar sendirian cukup sulit bagi ketua OSIS itu. Belum lagi Erick tidak menguasai ilmu bela diri. Namun, ia tetap berusaha menghabisi preman tersebut dengan sekuat tenaga yang ia miliki demi melindungi dua orang di belakangnya.

Matahari Untuk Semesta [END-REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang