002.

1.6K 248 3
                                    

kapalgetek present ©

Pintu mobil itu Eric tendang dengan kaki kiri. ponsel yang terselip dibahu mengampit mendekat ke arah telinga pasalnya tangan kecilnya penuh dengan tas dan buku kuliah serta belanjaan di toserba sepulang kelas tadi.

Menjadi pertempuran keahlian membawa semua benda, ternyata Eric tidak bisa menang. terbukti belanjaan makanan kaleng, roti dan buah itu terjatuh mengakibatkan buah apel berwarna merah menggelinding ke arah lain, yang ditatap Eric dengan nanar sedangkan telinganya tidak bisa berhenti mendengarkan Felix yang tengah curhat perihal Hyunjin.

"yah..." desis nya kecewa. pada apel yang menggelinding ke tengah parkiran basement Apartement itu.

"kenapa ric? lu denger gue kan?" 

Eric segera sadar bahwa Felix butuh didengarkan sekarang. "gue denger kok lanjut aja ceritanya" sambil menyandarkan keantong kresek pada ban mobil nya dan menunduk memunguti buah yang jatuh.

sepasang tangan menyondorkan buah apel yang menggelinding jauh tadi. Eric mendongak melihat siapa pemilik tangan besar dengan luka disetiap ujung ujung jari itu. ah pemilik si mata hitam legam tadi malam. tapi sorot mata itu tidak sama seperti kemarin. seakan sekarang lebih hidup dan penuh makna.

"oh makasih" kata Eric tanpa mengeluarkan suara. Felix tetap berceloteh di panggilan mereka.

Orang tersebut membantu Eric membereskan belanjaan. Kemudian memegangnya mengatakan kalau..

"gak papa, gue bantuin aja"

Eric mengangguk terima kasih, kemudian berjalan bersama ke arah lift gedung.

"oh gitu yaudah lanjut nanti ya" kata Eric menutup panggilan ketika lift sudah beranjak naik ke lantai 10 dimana apart Jeno berada.

"sorry tadi malam kayaknya gue bikin takut lo ya?" kata Orang tersebut membuka percakapan.

Eric mengangguk mengerti "a llittle bit hehehe, tapi its okay. makasih sudah di bantu" 

orang itu menganngu lagi. hening sesaat. Eric tidak mau membuka percakapan. begitupun sang lawan biacara. tapi denting lift sudah berbunyi maka mereka berjalan ke arah pintu masing masing.

kantung kresek yang sedikit kotor itu diserahkan pada Eric lagi. sekali lagi Eric menunduk dan mengucap terimakasih bayak atas bantuan dan berlalu ke arah pintu, begitupun sebaliknya.

"uhm" gumaman itu membuat Tubuh Eric menghadap sang pemilik mata indah itu.

"iya?" tanya Eric lagi

"gue Sunwoo"

"Eric" kata Eric singkat. "makasih banyak ya Sunwoo. sorry kalau tadi malam gue ngasih tatapan aneh ke lo"

"ah, itu. gak papa kali lagian emang gue yang salah"

"oke makasih sekali lagi. gue masuk dulu ya"

anggukan Sunwoo yang Eric dapat, menutup percakapan pertama mereka.

ternyata percakapan itu bukan terakhir kalinya masih ada percakapan  kedua ketiga dan seterusnya. 


Malam semakin larut. petir diluar menggelegar, bunyi gemuruh yang menandakan bahwa mungkin tuhan sedang berduka. Eric meringkuk pada selimutnya. 

berharap bahwa sepupunya yang berani itu cepat pulang dari jalan jalan bersama sang pacar. 

tapi ponsel yang dengan mode silent itu terus bergetar. pesan masuk dari Jeno dengan bunyi "gue nginap dirumah Renjun, hari ini hujan deras. cepat tidur, jangan lupa kunci pintu"

tapi Eric tetap tidak bisa memejamkan mata. kandung kemihnya sudah di ujung tanduk tidak bisa ia tahan sedari tadi. alhasil dengan segenap keberanian ditengah gelapnya ruang tamu, Eric berlari kecil ke arah kamar mandi teraang diujung sebrang kamar dekat kamar Jeno.

menyelesaikan rutinitasnya Eric meraih kembali selimut sebagai pengahalang dingin yang merayap memasuki tulang belulang. mengeratkan pelukan pada tubuhnya sendiri Eric mencoba menyalakan Lampu ruang tengah. 

satu ketekan lampu tidak nya.

maka dengan tidak sabar Eric memencet tombol lampu dengan tidak ramah sama sekali.

demi tuhan. ini Hampir jam 12 malam. dan lampu ruang tengah mati, Hujan deras diluar. petir dan guntur. Eric tidak mungkin keluar. Hanya untuk membeli Bohlam.

ia takut.

maka dengan segenap keberanian ia balik kekamar nya yang sialnya memiliki lambu berwarna kuning redup, lampu yang membuat tidur nyenyak. tapi kalau keadaan begini percayalah Eric akan terjaga semalaman. 

Apa yang harus Eric lakukan? Sesederhana beberapa kata yang terangkai dibenak kala itu, dengan imbuh tanda tanya di penghujung. Jadi, apa jawaban atas pertanyaan itu. dengan memikirkan segala cara. Eric mendapatkan ide yang amat cemerlang.

tetangga itu selalu jadi orang yang bisa dimintai tolong bukan?

berdasarkan presepsi itu Eric pergi ke depan pintu apartement Sunwoo. 

memencet sekilas bel pintu. dan detik kelima, pada jam 11.45 malam itu Sunwoo tepat berdiri dihadapan Eric mengutarakan pemikirannya.

"anu.."

"hai, kenapa gak tidur?"

"itu, pintu ruang tamu mati. kali aja lo punya lampu cadangan, sekarang kan Hujan.."

Eric belum selesai melanjutkan kalimatnya tapi Sunwoo sudah keburu menyahut.

"lo gak berani sendirian di apart?"

"bukan bukan" geleng Eric. bukan seperti itu maksudnya 

"itu mau minjem, kali aja lo punya lampu cadangan gue mau minjem buat nerangin ruang tamu"

Sunwoo diam, Eric menautkan tangannya harap harap cemas.

"gue" jeda sunwoo, "coba gue cari dulu ya"

Sunwoo laki laki yang perawakannya lebih tinggi dari dirinya itu mempersilahkannya masuk ke dalam Apartement. Kesan hangat dapat Eric rasakan.

"duduk aja dulu. bentar ya gue cari di belakang"

"makasih, maaf ya ngerepotin" 

sedikit agak lama, Eric kembali mendapati Sunwoo berjalan ke arahnya menenteng sebuah bola lampu.

Segera setelah itu mereka berdua berjalan ke apartement Jeno. tanpa Eric sadari sejak tadi. melihat ke arah Sunwoo yang tengah serius memasang bola lampu diatas sana dengan bangku yang Eric pegang menjadi suatu hal yang menyenangkan. 


AmertaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang