Part 2

6.2K 1.2K 165
                                    

Sejak Seruni menginjakkan kakinya di pabrik gula, kasak kusuk berkelompok sesama buruh terlihat di mana-mana. Dimulai dari bagian divisi penggilingan tebu, pemurnian, kristalisasi hingga penguapan, semua membentuk tim ghibah berkelompok. Setiap ia melintas, kumpulan pekerja di atas lima orang  berbisik-bisik sembari meliriknya berkali-kali. Topik ghibah mereka sudah jelas ; bahwa ia telah dicampakkan Bian setelah lima tahun berpacaran. Tatapan kasihan dan sebagian lagi tatapan menyukuri membayangi punggungnya. Begitulah sifat manusia. Ada saja celah bagi mereka untuk mengurusi kehidupan manusia lainnya.

Seruni mendekati mesin penggiling tebu. Memeriksa cairan tebu manis yang telah digiling dan siap dimasukkan dalam boiler. Cairan yang sudah dipanaskan akan menjadi  ekstraksi jus yang mengandung sekitar 50 % air, 15% gula dan serat residu atau bagasse. Tugasnya di pabrik ini adalah memeriksa jus ekstraksi sebelum dialirkan pada mesin penjernihan atau liming.

"Apa kabar kalau Bian akan menikah minggu depan itu benar, Uni?"

Suara bariton Damar terdengar dari balik punggungnya. Damar adalah teman akrab Bian dulu.  Persahabatan mereka merenggang saat mereka berdua menyukai seorang gadis yang sama, yaitu dirinya. Damar juga bekerja di pabrik ini sebagai kepala bagian Tata Usaha Keuangan.

"Begitulah, Mas," sahut Seruni pendek. Ia pura-pura sibuk memperhatikan mesin penggiling. Ia enggan banyak berbicara dengan Damar. Selain saat ini masih dalam jam kerja, Damar juga telah memiliki seorang kekasih yang kebetulan bekerja di pabrik ini juga. Namanya Widuri. Dan bukan rahasia lagi kalau Widuri memusuhinya. Maklum saja kisah cinta segitiga antara Bian, Damar dan dirinya di masa lalu, juga diketahui oleh Widuri. Makanya Widuri selalu tidak tenang setiap melihat interaksi antara dirinya dan Damar. Walaupun hanya sebatas membicarakan masalah pekerjaan.

"Akhirnya apa yang Mas bilang dulu terbukti 'kan? Bian itu tidak sebaik yang ia tampilkan di permukaan." Ocehan Damar tidak Seruni pedulikan.

Kamu juga tidak, Mas. Orang baik itu tidak akan menjelek-jelekkan teman sendiri di belakang punggungnya.

"Kalau saja dulu kamu memilih Mas, mungkin saat ini kita sudah berbahagia dengan satu atau dua orang buah hati kita," pungkas Damar lagi. Seruni berdecih. Inilah sifat Damar yang paling tidak ia suka. Suka berandai-andai dan menyalahkan keadaan.

"Dan bisa juga saat Mas ini malah mengejar-ngejar janda, padahal satu atau dua buah hati kita sedang menunggu-nunggu kehadiran Mas di rumah," balas Seruni asal. Orang yang suka mengail di air keruh seperti Damar ini perlu sekali-sekali dikerasi.

"Kamu kok bicaranya seperti itu, Uni? Dari dulu kamu tidak pernah sekali pun berusaha menyenangkan hati Mas," keluh Damar sembari bersungut-sungut.

"Karena dari dulu pun Mas selalu suka mencari kesempatan di saat kesempitan. Dan itu adalah kebiasaan yang tidak baik, Mas. Mas jadi seperti  menunggu-nunggu kesalahan orang lain hanya untuk memanjakan ego Mas. Bahwa Mas itu lebih baik dari orang tersebut," tandas Seruni lagi.

"Ketahuilah Mas, segala sesuatu yang terjadi di dunia ini memang sudah digariskan oleh yang Maha Kuasa. Mengenai berpaling hatinya Mas Bian, mungkin itu juga bagian dari rencanaNya. Bukan tidak mungkin, setelah ini Tuhan akan mempertemukan Uni dengan seseorang yang lebih baik lagi. Uni percaya, Tuhan tidak bermain dadu. Semua yang terjadi pasti ada alasannya. Tugas Uni sebagai manusia adalah tetap bersyukur dan berikhtiar saja. Titik." Pungkas Seruni tegas.

"Baru saja ditinggal Mas Bian, kamu sudah sibuk menggoda pacar orang ya, Uni?"

Tanpa berpaling pun Seruni sudah tau siapa yang berbicara. Widuri, pacar Damar. Hubungan mereka berdua memang cenderung seperti seorang tahanan dan sipir penjara, daripada pasangan kekasih. Widuri tidak pernah membiarkan Damar sendirian terlalu lama, sementara Damar selalu mencari cara agar bisa lolos dari pengawasan Widuri. Betapa melelahkan hubungan mereka berdua bukan? Begitulah bila suatu hubungan dibina tanpa adanya unsur kepercayaan.

BRAVEHEART (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang