Part 4

6K 1.2K 348
                                    

Sembari menyetrika jas mahal Antonio, Seruni terus berpikir. Sebenarnya apa maksud kalimat ayam jadi-jadian yang kemarin dituduhkan Antonio padanya. Ia tidak mengerti sama sekali. Ternyata predikat sebagai murid teladan saat masih sekolah dulu, tidak ada apa-apanya bila dipraktekkan di ibukota ini. Mengartikan ayam jadi-jadian saja ia tidak bisa. Kalau mahkluk jadi-jadian sih ia tau. Di kampungnya, mereka menyebut jenglot, yaitu makhluk jadi-jadian. Tapi kalau ayam jadi-jadian sampai sekarang belum ada.

"Hah, ayam jadi-jadian? Maksud Bapak apa?"

"Jangan berlagak pilon ya kamu, ayam bersepatu? Kalau kamu memang ayamnya Astronomix, ya mengaku saja. Untuk apa kamu bersikap sok innocent segala. Ini kartu nama saya. Kalau jas saya sudah bersih seperti sedia kala, hubungi saya!"

Pembicaraannya dengan Antonio terus terbayang-bayang di benaknya. Setelah mengatainya ayam jadian-jadian, Antonio kembali menambah kosa kata baru yaitu ayam bersepatu. Seruni jadi semakin bingung. Apa ayam-ayam di kota itu tidak nyeker seperti ayam-ayam di kampungnya? Lagian, ayam kok ya pakai sepatu? Seperti apalah penampakan ayamnya bukan? Mau bertanya, ia malu. Ia takut disangka sok innocent lagi oleh Antonio. Jadi lebih aman kalau ia diam saja, walaupun ia penasaran setengah mati. Sebaiknya nanti ia tanyakan saja pada Mayang saja, kalau Mayang sudah selesai mengenyangkan perut bawah tamu-tamunya. Istilah baru ini pun baru ia tau dari rekan-rekan seprofesi Mayang. Belum juga seminggu tinggal di ibukota, ia sudah mendapatkan plesetan-plesetan baru. Bagaimana kalau sebulan, setahun, atau sepuluh tahun? Ia tidak tau bakal jadi apa ia nanti ke depannya.

Setelah jas Antonio licin dan harum, Seruni menggantungnya di belakang pintu kamar agar tidak kusut. Rencananya besok pagi-pagi sekali, ia akan menelepon Antonio untuk mengembalikan jasnya. Ia takut menyimpan barang orang kaya lama-lama. Lima tahun gaji hanya untuk sepotong jas, menggentarkannya.

Ketika tatapannya tidak sengaja mengarah ke meja rias, Seruni mendecakkan lidah. Mayang melupakan kotak permennya. Biasanya setiap Mayang akan bekerja di club, Mayang selalu memasukkan kotak permen beraroma itu ke dalam tas tangannya. Rekan-rekannya yang lain juga seperti itu. Saat pertama kali tinggal di sini, ia heran mengapa Mayang selalu membawa sebuah kotak setiap akan bekerja. Saat ia menanyakan pada Mayang apa isi kotak beraroma manis itu, Mayang  mengatakan bahwa itu adalah permen beraneka rasa. Karena pekerjaan mereka harus duduk berdekat-dekatan dengan para tamu, maka napas mereka harus terjaga. Oleh karena itu mereka kerap mengulum permen agar aroma napas mereka tetap segar senantiasa. Makanya ia sekarang jadi tau kalau kotak permen itu sangat penting artinya bagi Mayang. Seruni jadi kasihan pada Mayang sekarang. Bagaimana Mayang bisa bekerja dengan tenang kalau kotak permennya tertinggal bukan? Sebaiknya ia mengantarkannya ke club saja. Toh Astronomix juga tidak jauh-jauh amat dari mess ini.

Seruni menyambar jaket denim. Mengenakannya tergesa sembari memesan ojek online. Ia senang sekali saat Mayang mengunduh aplikasi ojek online di ponselnya. Ia sekarang jadi tau kalau di kota besar, sepeda motor telah legalkan sebagai alat transportasi. Mayang juga telah membelikannya nomor ponsel yang baru, karena nomor ponsel lamanya telah ia buang. Jadi sekarang ia aman dari gangguan ayah tirinya. Ia berjanji pada diri sendiri. Kelak apabila ia sudah berhasil jadi orang di perantauannya ini, baru ia akan pulang. Kesuksesannya pasti akan membungkam ayah tirinya.

Ketika abang gojeknya tiba, Seruni segera mengantongi kotak permen Mayang ke dalam jaket denim dan meluncur ke Astronomix. Lima belas menit kemudian Seruni telah tiba pintu masuk club. Ia mencoba menelepon Mayang. Ia ingin Mayang saja yang keluar dari club, dan mengambil permennya di sini. Ia takut kalau harus masuk ke dalam club karena tidak tau caranya. Apalagi saat melihat dua penjaga pintu yang berbadan sebesar pohon di sana. Sekali remas, patah-patahlah semua tulangnya. Masalahnya Mayang sama sekali tidak menjawab panggilannya. Mungkin saat ini Mayang sedang sibuk bekerja. Kalau begini mau tidak mau ia harus masuk ke dalam club dan mencari Mayang di sana.

BRAVEHEART (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang