"Selamat siang, Tuan. Ini jas Tuan. Sudah saya cuci bersih seperti sedia kala."
Seruni menyerahkan bungkusan jas dengan sedikit membungkukkan tubuhnya. Sikap sopan ini memang wajib dilakukan. Setiap kali briefing, managernya tidak pernah lupa untuk mengingatkan. Air muka penuh senyum dan gestur tubuh sopan adalah hal wajib yang harus diutamakan.
Kata-kata Seruni hanya disambut dengusan oleh Antonio. Sejenak Seruni sempat bertatapan dengan Bian. Namun sikap Bian yang pertama kaget dan segera membuang pandangan, mengindikasikan satu hal. Bian tidak ingin dikenali. Walau memang sikap seperti ini juga yang ia harapkan, tak urung hatinya sakit juga. Hanya seperti ini sikap seorang laki-laki yang bulan lalu masih mengaku mencintainya melebihi apapun juga.
"Kalau tidak ada hal lainnya, saya permisi, Tuan." Seruni kembali membungkuk sopan. Bersiap-siap menghindar sejauh mungkin dari duo biang masalah di hadapannya.
"Tunggu dulu. Apakah manager kamu tidak mengajarkan soal step to customer saat briefing? Di mana tanggung jawab kamu sebagai seorang waitress karena meninggalkan tamu begitu saja tanpa menawarkan menu?"
Kalimat pedas Antonio menyurutkan langkah Seruni. Seruni menghitung angka satu sampai sepuluh dalam hati. Setelahnya ia membalikkan tubuh dan memberi seulas senyum sopan pada Antonio dan dua orang antek-anteknya.
"Maaf, Tuan. Saya bukan bermaksud tidak sopan. Saya hanya takut kalau Tuan tidak puas akan pelayanan saya. Makanya saya berinisiatif untuk memanggil waitress yang lain."
Seruni menjawab sopan. Ia berusaha bersikap sesabar mungkin menghadapi Antonio. Istimewa ia mendapati Pak Sofyan, managernya, terus memandang tajam ke arahnya.
"Oh ya, kami ada dua menu baru yang cukup diminati tamu. Nama menunya chuleton tomahawk dan seafood paella. Chuleton tomahawk ini disajikan bersama spanish garlic parsley dressing, curly fries dan maldon sea salt. Sedangkan seafood paella--"
"Cukup." Antonio mengangkat tangannya. Isyarat agar Seruni berhenti berbicara.
"Kamu tidak perlu menjelaskan panjang lebar tentang dua menu itu. Miguel mendapatkan resep keduanya langsung dari ibu saya. Saya sudah muak dengan menu yang itu-itu saja."
Sabar, Seruni. Ingat apa yang selalu dikatakan oleh almarhum ayahmu. Kalau kamu ingin jadi orang besar, maka kamu harus sabar dan memiliki jiwa besar.
Seruni kembali tersenyum sabar. Ia ingin menjadi orang besar. Oleh karena itu ia bertekad akan bertahan menghadapi bagaimanapun menyebalkannya tingkah sang anak sultan. Insyaallah.
"Kalau menu grilled salmon with cream sauce, Tuan suka tidak? Salmonnya lembut. Well seasoned. Bawahnya ada potato wedges, baby corn brokoli dengan cream sauce. Porsinya juga kecil. Jadi Tuan bisa menyantap menu lain lagi tanpa merasa kekenyangan."
Waitrees cacat ini tangguh! Batin Antonio.
"Menurut kamu menu itu enak?" Pertanyaan Antonio membuat Seruni terdiam. Bagaimana ia tau menu itu enak atau tidak. Ia belum pernah sekalipun mencobanya.
"Saya tidak tau, Tuan. Karena saya belum pernah mencobanya. Tetapi menu ini termasuk star--"
"Belum tau rasanya, tapi kamu sudah berani merekomendasikannya pada saya. Kamu ini--"
"Ton, come on. Jangan jadi iblis. Lo sebutin aja lo mau makan apa biar menunya cepet dateng."
Abizar Putra Mahameru tidak tega melihat waitress berwajah sendu ini mati-matian memanjangkan sabar. Teman sekaligus rekan kerjanya ini memang selalu menyebalkan di mana pun, kapan pun. Entah mengidam apa Tante Tari saat mengandung si Anton ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRAVEHEART (Tamat)
RomansaUntuk pemesanan pdf hubungi admin. 082165503008 Admin Nana Seruni Arkadewi merasa dunianya runtuh satu persatu, saat sebuah kecelakaan merenggut kesempurnaan indrawinya. Kedua kakinya yang sebelumnya kuat dan lincah, kini menjadi timpang. Dan terny...