0.5. Sayang Nenek

40 7 11
                                    

Sore ini, Zeus berniat untuk mengajak Hera ketempat nenek. Kalau dihitung-hitung, sudah sebulan lebih dia tidak berkunjung.

Zeus telah menghubungi Hera terlebih dahulu untuk memastikan apakah gadis itu sudah bersiap atau belum.

"Ra..." sesampainya disana Zeus langsung memanggil Hera, "Heraaa!"

"Sabar, Yus!" Akhirnya gadis itu keluar juga. Hera mengenakan gaun putih simpel dengan pita yang menghiasi rambutnya yang sudah dicurly.

Zeus yang menyaksikan pemandangan di hadapannya pun terdiam sejenak, "cantik..." sayangnya kata itu hanya sampai di tenggorokan.

"Heh!" hentakan itu memulihkan kesadaran Zeus, "kita berangkat taun depan apa gimana?"

Zeus menggeleng, memasangkan helm ke kepala Hera, dan menancap gas keluar dari perumahan itu.

🕰

"Nenek apa kabar?"

"Maaf ya, Zeus baru sempat datang sekarang," lelaki itu bersimpuh di hadapan sebuah nisan, "nenek tau ga? Zeus bawa Hera loh."

Mendengar hal itu membuat Hera tersenyum kecil, "Hai, nek! Hera dateng nemenin Zeus, hehe."

Nada girang dari Hera membuat Zeus ikut tersenyum. Padahal, suasana hatinya sedang tidak baik sekarang.

Ia meletakkan sebuket bungga mawar putih kesukaan nenek di atas pusara, mengucap doa dan membersihkan kuburan itu.

Setelah beberapa menit berlalu, Zeus akhirnya memilih untuk pulang, "Bahagia di sana ya nek, Tuhan memberkati."

Elusan tangan Hera membuat Zeus kembali pada kesadarannya, mereka berdiri dan akhirnya meninggalkan tempat itu.

🕰

"Hera pengen bakso."

"Hm?"

"Hihi, boleh ya?"

Sesaat kemudian Zeus memarkirkan motornya di sebuah warung bakso langganan mereka. Hera terlihat begitu bersemangat, maklum, dari kemaren dia memang sangat menginginkan bola-bola daging itu.

"Baksonya dua mangkok ya, mas!"

Zeus duduk tepat di hadapan Hera, menatap gadis itu yang selalu sibuk dengan ponselnya.

"Hp terus," keluh Zeus, "aku kapan?"

Hera terkekeh kecil, "Apasih, Yus!" ujarannya sambil menggengam tangan Zeus tang terletak di atas meja.

"Aku ke toilet bentar, ya."

"Hpnya gausah dibawa."

"Eh..." Hera meletakkan kembali ponsel yang sudah ia genggam.

"Biar apasi," gumaman Zeus membuat Hera terdiam dan melangkah menuju toilet.

"Nih baksonya, dek." Zeus hanya membalas ungkapan penjual bakso dengan anggukkan.

Tring!

Suara notifikasi dari ponsel Hera membuat Zeus melirik curiga, tak hanya sekali, sudah lebih dari tiga kali.

Lelaki itu mengulurkan tangan untuk menyentuh ponsel milik Hera, namun, pemilik ponsel telah kembali dan langsung menyambar benda persegi itu.

LachesisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang