0.3. Aku jahat

75 18 25
                                    

"Maaf mengecewakanmu, maaf jika aku berubah."
- Hera

🕰

Jika dalam mitologi sosok Hera digambarkan sebagai wanita yang pencemburu, maka akan berbeda 180 derajat dengan Hera di kehidupan asli.
Menurut gadis itu, cemburu sama saja dengan menyiksa diri sendiri. Maka, cukup Zeus saja yang menyakiti Hera, dirinya jangan ikut-ikutan.

Jam istirahat sedang berlangsung, para siswa mulai berlomba-lomba memenuhi kantin, tak terkecuali dengan Hera. Athena memaksanya untuk makan, karena ia tahu, Hera gampang lapar.

"Ra, cepetan dikit kali jalannya!" seru Athena, "gue gamau ya denger ringisan kelaparan lo nanti waktu mtk."

"Iya, sabar dikit, Na, masih rame juga."

Sesampainya di kantin, Hera berbaik hati untuk memesankan dua mangkok mie ayam selagi Athena mencari meja untuk makan. Di sana, ia melihat Aprodite yang memaksa seorang siswa untuk memotong antrean.

"Heh, jelek! Minggir dong, gue lapar banget, nih."

"Tapi kak, aku udah antri lama banget," adik kelas itu bersungut kesal.

"Oh, berani lo nentang gue?" Aprodit merasa tak terima, sebelumnya ia tidak pernah menerima penolakan.

Hera merasa iba kepada adik kelas itu, "Dit, jangan maksa dong, kan kasian dia."

Aprodite yang sedari tadi tidak menyadari kehadiran Hera lantas berbalik badan dan menemukan Hera tepat di belakangnya.

"Oh, ada si munafik ternyata, mending lo diam-"

"Udah-udah, kak Aprodite maju aja," potong adik kelas itu, "makasih ya, kak Ra." Dia pun langsung menuju ke barisan paling belakang.

Lima menit Hera habiskan dalam keadaan membisu.

Aprodite yang berada di depannya pun berbalik setelah menerima semangkok mie ayam di genggamannya. Namun, mangkok itu terasa sangat panas, Aprodite tidak tahan dan melemparkan mangkok itu.

Secara reflek, Hera berusaha menangkap mangkok, entah apa yang terjadi pada otaknya. Ia tidak berhasil, karena dorongan tangan Hera, mangkok itu pun pecah dan mengenai kaki Aprodite.

"Aw!"

"Aprodite, maaf! Aku ga sengaja sumpah," Hera pun tidak menyangka niat baiknya malah makin memperbesar masalah.

"Lo punya otak ga, sih, Ra?!"

Aprodite merasa kesal, kebetulan Zeus melewati mereka, Aprodit makin mengeraskan ringisannya, bertindak seperti sedang menangis.

"Kalau lo benci sama gue bukan begini caranya!" Teriakan Aprodit membuat Zeus tersadar akan kehadiran mereka.

"Hera," seru Zeus mendekat, "kenapa?"

Belum sempat Hera menjawab, Aprodite langsung memotong, "Pacar lo ini dendam sama gue, sampai buat gue hampir celaka tau ga!"

"Zeus, ga gitu, aku tadi-"

"Halah, udah deh, Ra, lo tuh munafik banget, ya, tadi aja lu ngetawain gue, Zeus datang lo malah sok baik gini." Hera terdiam, sejak kapan ia melakukan hal itu?

Wajah Zeus menggambarkan rasa kecewa kepada gadis di hadapannya, "Siapa yang ngajarin kamu kaya gini, Ra?"

Seketika, Hera seakan merasa tikaman keras di dadanya. Ia tak tau lagi ingin mengatakan apa.

"Tuhkan, lo gabisa jawab," ledek Aprodite, "udah, Yus, aku udah maafin dia, mending sekarang kamu bantu aku ke UKS, ya?"

"Hera ga kaya gitu, Yus." Ungkapan Hera diabaikan oleh lelaki itu. Zeus berbalik dan merangkul Aprodit menuju UKS.

LachesisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang