Kerokan

1.2K 601 441
                                    

Hari Minggu, jalanilah hari libur kalian dengan melakukan hal yang bermanfaat dengan tidur makan tidur makan. Kegiatan ini tidak asing lagi untuk anak Kos, apalagi kalau cuaca mendukung dengan Hujan seharian.

"Pagi Dise, Good Morning Dunia!" sapa kak Rahmi sambil membuka kedua tangan di depan Pintu Kamar. "Siang kak udah jam 12.00 padahal apa kata Dunia kak?" tanyaku yang sedang berdiri di depan Pintu sambil memegang Kepala sebelah Kanan karena Migrain.

"Pagi juga katanya haha..." wajah kak Rahmi sangat ceria seperti orang yang baru dapat kiriman dari rumah. "Baru bangun kamu Dise?" Riska menghampiri kami dengan Alis sebelah kanan terangkat. "Dari Shubuh ya cuman aku diam-diam aja di kamar," jelasku.

"Heleh," wajah Riska tampak tak percaya. "DJ dulu guys..." ajakan dari teman sekamar kak Rahmi tiba-tiba, suaranya keras dari dalam kamar sesekali mengintip ke arah luar.

"Ni nah kak Eka ndut beri hormat!" sambung kak Rahmi.

Kak Eka ndut berdiri di depan pintu, berpakaian Daster, rambut disanggul, Alis tebal, badan berisi seperti kanjeng Mami, Suaranya yang tegas, dan beraura keibuan, ingin sekali aku membuatnya julukan dengan sebutan Bunda.

"Aiiisss kalian ni, ini siapa namanya?" tanya kak Eka ndut menunjuk kearahku dengan bentuk tangan seperti Ular yang ingin mematuk. "Dise cantik haha..." karena efek belum tersadar sepenuhnya aku melantur siang itu.

"Yang ini?" tanya kak Eka ndut menunjuk kearah Riska. "Asmane Kula Riska kak Eka," jawab Riska dengan nada suara yang dimainkan dan pelan.

"Misi numpang lewat," sapa penghuni kamar 09 sambil membawa sekeranjang pakaian basah, dengan tetesan air sepanjang jalan.

"Palakin kak!" kataku pada kak Rahmi. "Siapa namanya dek?" tanya kak Rahmi dengan gayanya seperti ingin memalak, Dagu yang diangkat sambil menghalangi jalan.

"Wahyu Isnaini kak bisa di panggil Iis," wajahnya yang polos dan tubuhnya yang kecil membuat kami tidak tega melihatnya. Di pertengahan introgasi penghuni kamar lain menghampiri kami dengan nada keras, dia berpakaian keren, dan membawa barang belanjaan yang banyak.

"Woi Eka sudah pulang kau Ka, mana oleh-oleh?" sapa kakak itu heboh dengan logat Bataknya. "Woi Eka kurus lah nyampe kau ya?" Suara kak Eka ndut tak mau kalah.

"Udah dong, hai Adek-adekku." Kami menjawab sapaan kak Eka dengan tersenyum. "Nah kak Ayu baru nyampe," Riska menyambut teman sekamarnya. "Hai...Hai...semuanya..." sapa Ayu.

Gayanya yang tomboy, Ranselnya yang besar, Tubuhnya yang kuat, Sepatunya yang keras, menjelaskan semuanya bahwa dia adalah seoarang anak petualang. Sang pecinta Alam, melindungi, dan juga menjaga.

"Kak Ayu bawa Oleh-oleh ya? yuk masuk kamar jangan bagi-bagi!" Riska menarik Ayu ke dalam Kamar dengan wajah polos dan kikirnya.

Karena tidak ada kegiatan, kami kembali ke kamar masing-masing. Aku mempersiapkan keperluan untuk besok pagi, lalu setelah itu aku ingin berkelana ke Kamar tetangga.

Malam ini, kami mengunjungi kamar Ayu dan Riska untuk menghabiskan bekal makanan mingguan mereka. Kak Eka ndut juga membawa masakan istimewanya sambal Ayam dengan Kecap, dengan semangatnya meminta kami untuk mencobanya.

"Dise, keknya aku masuk angin lah, habis nyuci shubuh-shubuh." kata Riska sambil merengek. "Ga peduli aku lo," jawab ku ketus. "Jahat kali apa kek pijati kek sakit-sakit badan aku ni lo," jelas Riska.

"Nak pijit?" tanya ku. "Iya," wajahnya memelas.

"Tolong yu," kata ku sambil menoleh kearah Ayu. "Aiss ndak ah," jawab Ayu dengan tegas. "Awas ya kalian!" ucapnya dengan nada mengancam. "Awas Yu! Udah pindah kami lo," kataku menggodanya. "Sekarepmulah Se!" jawabnya dengan nada kesal.

"Kenapa anak mama?" tanya kak Eka ndut menghampiri sambil memijat keras pundak Riska. "Sakit kak!" jawab Riska sambil merengek.

"Hello Everybody di sini saya ingin menawarkan produk Skincare anak Gadis yuk monggo di lihat-lihat siapa tau suka," sapa Kak Eka kurus yang tiba-tiba muncul di depan Pintu kamar Riska. "Iya ni teman-teman murmer murmer murah meriah murah meriah tidak menerima kredit dan utang ya," jelas Iis sambil mengibas-ngibas Masker ke arah Wajahnya.

"Mana? lihat kak," Ayu mengambil Masker dari Tangan kak Eka kurus. "Uhuuy Apa tu guys?" sambung Kak Rahmi dengan nada manja.

Semua orang sibuk melihat-lihat Skincare, dan melupakan Riska yang sedang sakit. Dia berbaring menyepi melihat dinding, dan melakukan panggilan dengan doinya.

"Riska, sini tak kerokin mau ga?" Aku menawarkan bantuan karena kasihan melihatnya. "Mau kerokin pake apa kamu?" tanya Riska dengan Matanya yang bengkak, Wajah lesu, dan Bibir pecah-pecah.

"Pake Pisau," jawabku ketus seperti dia biasanya. "Seriuslah Se! sakit ni," kata Riska. "Pake Koin bisa Sendok bisa," jelasku. "Serius ni Se, bisa ga?" tanya dia lagi. "Bisa bisa," jawabku.

Kerokan akan terasa percuma, jika setelah ini dia pake Kipas lagi. Setelah keluar, Anginnya masuk lagi. Aku ndak bisa bantu jika terulang lagi, Tanganku pegal.

"Mari Menggambar, buatlah garis lurus ke bawah di tengah-tengah Tulang Pungung lalu buatlah beberapa garis sejajar di sisi kanan dan sisi kiri ke bawah,"

"Betul-betul lah Se!" pinta Riska dengan nada tinggi. "Serius aku ni," Kak Rahmi menghampiri kami. "Waah Merah Ris, masuk Angin ya?" tanya kak Rahmi. "Iya ni kak," jawab Riska. "Berdarah Ris," kata ku Berbohong. "Betul-betul lah Se," nada suaranya terlihat khawatir. "Enggak ah, bohong haha..." jawabku sambil tertawa.

"Dise si Tukang pijit," kata Iis dengan nada mengejek. "Benar-benar lah Is," ucapku ketus sambil mengecap Bibir. "Haha... bercanda Se," suaranya pelan karena ketakutan.

"Yu tolong ambilin itu!"

"Coba bayangin besok kalau aku ga ada Se! siapa yang mau nolongin mandirilah!" Matanya berkaca-kaca. "Tolonglah Yu aku cuman minta Minyak Urut di samping kamu tu na," jelasku sambil menahan tertawa. "Haha...Iya Se ini na,"

"Udah gila sepertinya kalian," sambung kak Eka ndut.

"Ndak ada yang mau beli ni, yuk la Is kita pulang!" Kak Eka kurus mulai bosan dan kembali ke Kamar. "Besok lah Ka," ucap kak Rahmi memberi harapan. "Ok Mi besok pagi aku datang lagi,"

"Kami pulang dulu ya guys jangan digosipin ya," sambung Iis. "Enggak kok Is cuman kita Gibahin aja," jawab kak Eka ndut.

"Geer kali," kataku. "Dise, yuk ke kamar kakak!" ajak kak Eka ndut dari depan Pintu. "Jangan ngeDJ ya kak aku mau tidur," pintaku. "Ga ngeDJ kok cuman Dangdutan aja," jelasnya. "Buset dah," aku menarik nafas.

Bersambung...

Anak Kos Katanya? (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang