Prolog

2.5K 882 1K
                                    

Malam pertama aku menjadi anak rantau seutuhnya, tinggal sendirian jauh dari orang tua sudah aku bayangkan dari Rumah tinggal di Kos putri dengan harapan banyak teman dan melakukan banyak hal. Hampir jam sembilan malam Kos masih sepi belum ada pengunjung tambahan, suara Jangkrik, Angin malam, dan Kendaraan lalu lalang, masih menemani malamku yang hampa.

Apa mereka belum datang? Pertanyaan untuk diri sendiri dan berulang-ulang, sambil terus membuka dan menutup Gorden Jendela Kamar.

Aku berbaring di kamar menghabiskan waktu dengan mendengarkan musik, membuat panggilan bersama teman-teman lama sampai larut malam.

"Dan bila kau hadir bagai satu misteri...ternyata diriku bagai sudah dijampi..."

Aku mendengar suara entah dari mana, seperti nyanyian tapi tidak terlalu jelas. Karena penasaran, aku membuka Pintu dengan pelan sambil mengintip kamar sebelah kamar 06.

Ada pengunjung sepertinya yang baru datang, dilihat dari wajahnya sepertinya dia kakak tingkat diatasku. Dia menyisir rambutnya, posisi jongkok dengan rambut rontok yang berserakan, memegang Cermin di depan Pintu, dia terus bernyanyi tanpa menyadari kehadiranku. Lalu aku memberanikan diri untuk menegurnya, dia terlihat sedikit terkejut dan Cerminnya pun terlepas dari Tangannya.

"Hai dek, anak baru ya?" sapa dia ramah. Aku berucap dalam hati seharusnya aku yang menegur. "Iya kak, kakak anak lama ya?" Dia tertawa terbahak-bahak. "Haha... iya dek, adek sudah mulai kapan ngekos disini?" tanya kakak itu sambil tersenyum nyengir.

"Tadi siang, kak...." jawabku dalam posisi duduk di depan Pintu Kos. "Nama kakak Rahmi nama adek siapa?"

"Nama ku Dise salam kenal kak salam kenal kembali haha..." Aku memberikan candaan untuk mencairkan suasana yang sepertinya tidak lucu sama sekali. "Unik ya..." ucap kak Rahmi dengan wajah kagum. "Iya kak seperti orangnya haha...kakak suka lagu Jampi ya? pernah dijampi?" tanya ku dengan memasang wajah polos. "Iya suka dek, belum pernah dek amit-amit haha... kakak hanya suka nonton dramanya," jawab kak Rahmi sambil tertawa.

Sepertinya kami menyukai hal yang sama, penyuka drama Malaysia. Awal yang baik dalam perkenalan, ada pembahasan yang seru untuk membantu dalam mengakrapan diri. karena aku seorang introvert, biasanya aku mengalami kesulitan dalam berkenalan dengan orang baru. untungnya, kak Rahmi memberi reaksi yang baik dan sangat ramah.

"Aku baru tau kalau ada dramanya, aku suka dengar di Chart musik."

"Adek mau lihat? Kakak ambil laptop ni,"tanya kak Rahmi sambil menunjuk dan menoleh kedalam Kamar. "Boleh, mana?" tanya ku dengan nada penasaran.

"Eh, besok aja ya haha..."

Aku mengucap dalam hati "ngajak berantem ni sepertinya". Aku mulai bertanya lagi. "Kakak ngekos sendiri?". Kak Rahmi meletakkan Cermin di sampingnya sambil menekuk Kaki dan memasang wajah sedih sedikit menduduk. "Enggak dek sama ndut dia lagi Study Tour mungkin besok datang,"

Aku sedikit bingung karena kak Rahmi menyebutkan Nama julukan bukan nama asli lalu aku bertanya lagi. "Namanya siapa kak?"

"Eka ndut haha..." kak Rahmi tertawa lagi sampai cekikikan.

"Hai kak namaku Riska," sambung penghuni kamar 04. "Nama kakak Rahmi, Rahmiyati."

"Aku tau namamu, Dise kan?" tanya dia sambil menunjuk kearah ku. "Kok tau?" tanyaku dengan nada penasaran sambil menunjuk ke arah diri sendiri.

"Suaramu lo sampai depan," jawab ketus Riska sambil memasang wajah mengejek.

"Yang benar aja sejak kapan kamu di Kos kok aku ga tau?" tanyaku penasaran. "Baru juga aku datang barusan lah," jelasnya.

Aku mengabaikan Riska, dan bertanya lagi ke kak Rahmi. "Kos ini memang sepi ya kak?" Kak Rahmi meletakkan Cerminnya kembali sambil menyisir Rambutnya. "Enggak dek, cuman yang lain belum datang lihat aja besok! tetap sepi si haha..."

"Ga jelas kak Rahmi, " ketus Riska. "Kak aku tidur di kamar kakak ya," kata ku. "kenapa Se, takut?" tanya Riska. "Malas sendirian," jawab ku. "Bilang aja takut aku ikut kalau gitu," jelas Riska.

"Ga boleh aku maunya berdua aja sana...sana..."

"Ih tak hilih kamu ntar," ancam Riska sambil mengangkat Tangannya yang terkepal.

Aku dan Riska, membawa Kasur dan Bantal ke kamar kak Rahmi malam itu, karena kelelahan kami memutuskan tidur cepat tanpa ada obrolan berkelanjutan sampai pagi.

"Riska jangan matikan Lampu!" pintaku. Riska memasang wajah kesal. "Aku ndak bisa tidur lo terang-terang," jawabnya. "aku takut lo gelap-gelap," jelasku.

"Pake Lampu tidur aja biar adil!" sambung kak Rahmi dengan Mata yang sudah sipit dan setengah sadar. "Punya kak?" tanya ku sambil beranjak dari posisi tidur ke posisi duduk. "Ndak punya si, kakak juga takut gelap Riska pake Selimut aja tutup Wajahnya ya!" Jawab kak Rahmi. "Weisss la kak," jawab Riska dengan logat Jawanya yang khas. "Yes haha..." sambungku sambil mengubah kembali ke posisi tidur.

"Sialan," Riska bergumam pelan.

Bersambung...

Anak Kos Katanya? (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang