"Aduh kaki gue pegal gini gak tau waktu dan tempat," gerutu Wilda yang duduk dan memijit pelan kakinya.
Masih duduk di bahu jalan, ada seseorang datang dengan motornya. Cahaya lampunya begitu terang sehingga Wilda tidak bisa melihat dengan jelas siapa orang dibalik helm itu.
"Cewek," panggil orang yang berada di atas motornya. Wilda ketakutan.
Siapa dia?
Wilda memicingkan matanya. Setelah mengamati lebih jelas, Wilda langsung berdiri dan sedikit berjalan dengan kaki yang masih pegal.
"Wil! Mau ke mana?" tanya orang yang berada di atas motor tersebut.
"Bukan urusan lo!" Wilda mempercepat jalannya meski kakinya masih pegal.
Pemilik motor itu turun dan mencekal tangan Wilda. "Lepasin!"
Namun usahanya tak digubris. Tangannya terus dicekal, bertujuan menahan Wilda yang akan pergi.
"Ibra lepasin tangan gue!" teriak Wilda.
Ibra pasrah, ia melepas tangan Wilda.
"Wil, pulang bareng gue ya?" ucap Ibra dengan tatapan memohon. Wilda menggeleng. Ia tidak mau pulang bersama Ibra.
Wilda memberikan beberapa lembar uang berwarna kuning pada Ibra, sedangkan Ibra menaikkan sebelah alisnya.
"Lo yang bayar nasi goreng gue tadi 'kan?" ucap Wilda yang tau apa yang ingin Ibra tanyakan.
Ibra masih diam. Ia enggan menerima uang dari Wilda. "Kenapa lo diem sih? Ini terima." Wilda menarik tangan Ibra dan menyerahkan uangnya.
"Gak. Buat lo aja."
"Ih itu kan tadi uang lo!"
"Tapi yang sekarang bukan uang gue," sanggah Ibra mengangkat bahunya.
"Apa susahnya sih tinggal terima uang gue? Toh gue ganti uang yang lo bayarin tadi," kesal Wilda pada Ibra yang hanya diam menatap Wilda dengan melipat tangan di dada.
Songong amat nih orang. batin Wilda.
"Gue gak mau uang gue, tapi gue pengen ...." bisik Ibra tepat pada telinga Wilda.
Wilda jadi merinding mana kala Ibra membisikkan kata-kata yang ambigu.
"Pengen apa?" tanya Wilda dengan suara bergetar. Ia sedikit mundur saat Ibra juga semakin maju mendekatinya.
Tunggu. Kenapa Wilda jadi seperti orang yang ketakutan?
"Gue pengen lo ...." ucap Ibra dengan menggantung.
Wilda mundur. Ia menunduk tak mau melihat Ibra.
"Hahaha ... kocak banget." Ibra tertawa terbahak-bahak membuat Wilda mendongak menatap Ibra.
"Lucu banget muka lo, Wil!" Tawa Ibra semakin kencang melihat Wilda yang kesal.
Ah, Wilda tau, Ibra itu sedang mengerjainya.
"Nyebelin banget sih lo!" gerutu Wilda sambil memukul lengan Ibra.
"Aww ... sakit Wil. Habisnya muka mantan gue lucu banget," imbuh Ibra yang tak berhenti tertawa.
Wilda menatap datar Ibra, "tau ah! Males banget gue sama lo!"
"Ok gue berhenti ketawa," kekeh Ibra.
"Lo tuh manusia ternyebelin!"
Ibra melotot. "Mana ada! Gue terngangenin kali," goda Ibra menyenggol-nyenggolkan bahunya pada Wilda.
"Cih, Kalau jadi orang tuh gak usah GR!"
"Emang gue orangnya ngangenin kan? Gak usah boong lo."
"Ck, terserah lo! Biar lo seneng!" Wilda berdecak.
"Tuh kan bener, ternyata lo masih pengen kan bikin gue seneng?" goda Ibra yang membuat Wilda melotot.
"Apaan sih! Maksud gue gak gitu," sanggah Wilda kesal.
"Ngaku aja kali, Tan."
"Tan? Siapa? Setan?" tanya Wilda mendelik.
"Tan itu elo. Mantan. Bukan setan. Kalau setan kan jelek, kalau mantannya lo gini sih, cantik," kelakar Ibra yang membuat pipi Wilda bersemburat merah.
"Jiah ... yang blushing," ledek Ibra tertawa.
Wilda langsung memukul lengan Ibra. Ia kesal sedaritadi dijahili terus.
"Dah lah, gue males. Mau pulang aja!"
"Eh, tunggu dulu dong, Wil. Jangan pulang sendirian. Kaki lo kan pegel, kasian dong sama kaki lo," ucap Ibra menunjuk kaki Wilda yang pegal.
Ibra memang tau kalau kaki Wilda itu akan pegal jika kedinginan.
"Sok tau lo! Kaki gue baik-baik aja."
"Gue bukan sok tau, terus barusan lo ngapain duduk di pinggir jalan kayak pengemis gitu?"
Wilda geram pada Ibra. Kalau niatnya memang ingin menolong, ya tidak perlu meledek juga kan?
"Ih, lo tuh bisa gak sih gak usah ngehina gue!"
"Siapa yang ngehina sih? Orang gue ngomong seadanya."
"Nyebelin!" kesal Wilda membuang muka.
"Iya iya, maafin gue ya suka bikin lo sebel sama gue. Maaf." Ibra mencolek lengan Wilda. Membuat Wilda menoleh menatap Ibra. "Mau pulang kan? Yuk bareng sama gue. Hitung-hitung lo bayar uang yang tadi aja. Anggap gue tukang ojol buat lo," sambung Ibra dengan tersenyum manis.
Wilda jadi malu. Kenapa Ibra harus tersenyum semanis itu? Jantung Wilda berdegup kencang melihat sikap Ibra yang begitu manis. Ia merindukan Ibra yang dulu, ia merindukan momen di mana saat mereka bersama.
Wilda melamun, membayangkan kejadian yang dulu saat mereka masih pacaran. Ibra yang melihat Wilda melamun menjadi heran.
"Wil?" tanya Ibra membuyarkan lamunan Wilda.
"Eh iya apa?" jawab Wilda cepat karena ketahuan melamun.
"Lo ngelamun ya? Ngelamunin apa? Oh jangan-jangan masa depan kita." Ibra terkekeh kecil membuat Wilda malu.
"Dih siapa yang ngelamunin lo sih!"
"Iya deh, jadi gimana? Mau pulang bareng gue?"
"Ok gue pulang bareng lo. Tapi ini itung-itung bayar nasi goreng tadi," jelas Wilda yang tak mau Ibra tau kalau sebenarnya Wilda memang ingin pulang bersama Ibra.
"Siap cantik. Ayo ah pake helm dari Abang. Mau pake sendiri, atau Abang pakein, Neng?" goda Ibra sambil memberikan helmnya pada Wilda.
Wilda tertawa akan kelakar Ibra, "jijik tau."
"Yey Neng Wilda sekarang ketawa gara-gara Abang. Jadi seneng deh," ucap Ibra menutup wajahnya berpura-pura malu.
"Ih diem deh gak usah kayak gitu! Ayo jalan," rajuk Wilda yang malu digoda seperti itu. Ia juga tertawa karena tingkah Ibra.
Wilda menaiki motor matic milik Ibra. Ia juga sudah memakai helm dari Ibra.
"Ayo Bang, anterin Neng pulang!" pekik Wilda yang tiba-tiba dan membuat Ibra kaget.
"Eh?" Ibra cengo. Seketika keduanya langsung tertawa bersama karena tingkah mereka yang absurd.
"Dah ah, ayo pulang. Cepet, gak pake lama. Gue pengen rebahan," pinta Wilda yang ingin segera pulang.
"Ashiaaap, Neng. Berangkat ...." Ibra segera melajukan motornya membawa Wilda ke tempat yang mereka tuju.
Senin, 12 Oktober 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Halo Mantan!
Teen FictionNiatnya memberi kejutan malah kandas ditinggal pacar dengan satu kata yang membuat dirinya menyesal atas tindakan bodohnya. "PUTUS" Dunianya seolah runtuh mendengar kata putus terlontar dari mulut sang kekasih. Merutuki nasibnya yang malang, Ibra t...