6. ibu ibu julid

58 8 3
                                    

Lucas menghentikan langkahnya dengan nafas tersengal, satu tangannya memegang lutut sementara yang lainnya terangkat.

"udah ah nyerah gue nyerah," ucapnya.

Melihat hal itu fasya hanya bisa tertawa, dengan nafas yang juga ikut memburu. Mereka memang bermain kejar kejaran dengan jarak yang cukup jauh.

"nah loh ketangkep." sebuah lengan melingkar di pinggang Fasya, menarik perempuan itu untuk merapatkan tubuhnya pada seseorang yang memeluknya dari belakang itu.

Hanya dengan mendengar suaranya pun Fasya sudah tau siapa itu, ya siapa lagi kalau bukan Chenle. Itulah sebabnya dia santai saja tidak melawan, justru menyandarkan tubuhnya pada Chenle.

"dih ngikut ngikut aja nih pawangnya." cibir Lucas.

"dihh ya bodo amat." ucap Chenle.

"gak asik ah gak asik." ucap Lucas kemudian dia berlalu pergi meninggalkan Chenle dan Fasya.

Lucas sudah cukup jauh berjalan namun dia membalikkan badannya kembali menatap Chenle dan Fasya yang mungkin sudah berjarak lima belas meter darinya saat ini.

"kalian puas puasin dulu dah berduaan, ntar ketemu di resto aja ya!" teriak Lucas kemudian dia kembali berlari pergi.

Fasya hanya tersenyum, masih enggan beranjak dari Chenle yang memeluknya dari belakang. Dia malah semakin bergelayut manja, menyandarkan punggungnya pada dada bidang laki laki itu. Chenle kemudian menuntun Fasya duduk di pembatas beton di dekat mereka, tentu tanpa melepaskan pelukannya.

"idih manja banget princess nya aku." ucap Chenle, begitu gemas dengan kelakuan Fasya.

Fasya hanya nyengir sambil memainkan jemari Chenle yang berada di depan perutnya. Mereka ngobrol sambil bercanda canda ringan. Hari sudah menjelang sore, satu jam lagi zoo tutup namun mereka masih enggan beranjak. Ingin memanfaatkan waktu yang mereka miliki semaksimal mungkin.

"liat tuh dek nanti kalo udah gede jangan kaya gitu ya, pacaran di depan umum nggak ada malu malunya."

Fasya dan Chenle menoleh mendapati dua orang ibu ibu dengan dua anak mereka sedang duduk di kursi yang berada di seberang keduanya. Mata mereka jelas jelas melirik dan menatap natap sinis ke arah Chenle dan Fasya. Yah siapa lagi, lagian dari tadi juga hanya ada mereka berdua kok yang terlihat seperti orang pacaran. Orang orang di sekitar mereka kan rata rata bersama keluarganya.

"iya mana alay pake baju kembar kembaran, yang cewek juga pake rok kok sependek itu nggak malu, kaya cewek murahan." timpal ibu ibu yang berada di sebelahnya.

Fasya menatap roknya, memang sih Fasya menggunakan mini skirt yang lumayan pendek beberapa senti meter di atas lutut. Tapi bagi Fasya sendiri penampilannya sopan sopan saja kok, toh ini kan tempat wisata bukan kampus atau kantor yang punya aturannya sendiri. Apalagi mereka mengomentari baju yang Chenle dan Fasya pakai, padahal itu bagian dari promosi juga untuk Clothing line milik Chenle. Lagi pula apa urusannya ibu ibu itu dengan bagaimana penampilan dan apa yang dilakukan oleh Fasya.

"loh sya, ini bukannya rok prada yang aku beliin buat kamu waktu itu ya, masih kepake ternyata padahal murah loh ini!" ucap Chenle, memang sengaja mengencangkan suaranya.

"hah masa sih murah?!" tanya Fasya, ikut berkata lebih kencang.

"beneran ih orang cuma 16 juta, murah banget kan."

"oalah cuma 16 juta toh belinya, iya ih murah banget."

Fasya dan Chenle mulai larut dalam sandiwara mereka. Sebenarnya sih Chenle itu bukan orang yang suka pamer meskipun dia kaya raya. Apalagi Fasya, mau pamer apa coba wong barang brandednya juga dari Chenle semua. Tapi kali ini mereka sengaja memang untuk membungkam mulut ibu ibu julid itu. Supaya mereka tau apakah orang yang sedang mereka bicarakan itu benar benar murahan atau justru sebaliknya.

"lah ini tas gucci yang hadiah ulang tahun kamu itu kan, murah juga ini mah haha." ujar Chenle.

Fasya mengangguk, "iya ini mah tau cuma 38 juta kan hahahaha." ucap Fasya nyaring.

"iya, eh ini sendal kamu balenciaga bukannya berapa harganya duh lupa aku." Chenle berpura pura tentu saja.

"oh ini mah cuma 10 jt." ucap Fasya.

Chenle mengangguk angguk, "widih mayan juga yang kamu pake ya."

"yahh nggak sebanding lah kalo sama kamu, liat tuh jam richard mille nya aja empat milyar yakhaann lebih mahalan jamnya dari pada mulut orang orang tukang nyinyir." ucap Fasya, melirik sengit dua ibu ibu itu yang sekarang bungkam.

"biasanya kalo orang orang nyinyir sih karna iri sya." ucap Chenle santai.

"iyalah iri, jadi fasya kan enak bisa pakai apapun yg fasya mau, nggak diatur atur sama laki laki patriarki yang beranggapan kalau perempuan harus nurut terus sama dia, fasya juga bebas menyampaikan pendapat bahkan bisa diskusi ke siapa aja, biasanya sih orang nyinyir karena dia emang nggak bebas menyampaikan pendapatnya, nggak didengar aja pendapatnya terus jadinya nyinyirin orang yang pasti bakal didenger haha."

Bagi Fasya sendiri sebenarnya dia juga tidak ingin menjatuhkan sesama perempuan. Perempuan itu kan harusnya saling mendukung bukan justru bersaing dan menjatuhkan. Tapi ya bagaimana lagi, terkadang orang orang memang tidak bisa disadarkan lewat cara lembut dan biasa saja.

"dih dapet barang barang mahal dari cowok kok bangga," gumam ibu itu lagi, wuaduh masih nyinyir.

"kek dia hidup bukan dari laki laki aja padahal sekarang juga bergantung sama suaminya, double standar ngeri." Fasya kalau sudah terbawa emosi mulutnya bisa lebih berbisa dari king cobra sekalipun.

Tidak mau bertambah parah, Chenle akhirnya menarik Fasya untuk pergi dari situ. Apalagi dia bisa melihat muka dua ibu itu yang sudah merah padam menahan emosi. Chenle bisa melihat tatapan mata Fasya yang dingin, menunjukkan Fasya tidak lagi berempati pada mereka. Fasya sekalinya hilang respek ke orang, apalagi orang yang menyerang dia, dia tidak akan segan segan membalas lebih jahat lagi.

"udah udah nggak usah dipikirin lagi," ucap Chenle, dia memeluk Fasya berusaha menenangkan perempuan itu.

"emang harus dibeli mulut mulut kaya gitu tu." ucap Fasya.

"iya iya nanti dibeli hahaha." Chenle tertawa.

Mata dingin Fasya perlahan menjadi hangat kembali ketika melihat dan mendengar tawa Chenle, tanpa sadar senyum terukir di wajah cantiknya itu. Membuat Chenle kembali memeluk Fasya, heran sekali ada perempuan dewasa yang begitu menggemaskan seperti Fasya.

"yuk, keluar nanti kita ketemuan sama anak anak pas dinner." Chenle menggandeng Fasya mengajaknya berjalan menuju pintu keluar mengingat sebentar lagi tempat itu memang segera tutup.

🐬🐬🐬

Last Goodbye -Chenle-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang