7. the rings

50 7 1
                                    

Fasya dan Chenle sudah berada di dalam mobil, mereka berada dalam perjalanan menuju restoran yang tadi sudah diberitahu oleh lucas. Fasya diam, melirik Chenle yang fokus menyetir di sebelahnya. Perasaannya mulai kembali sendu, bersamaan dengan matahari yang hampir tenggelam di ufuk barat sana.

"gimana seneng nggak hari ini?" tanya Chenle tiba tiba.

Fasya yang melamun agak tersentak kemudian dia mengangguk pelan. Senyum terkembang di bibirnya meskipun agak dipaksakan. Fasya sadar ini sudah saat saat terakhirnya bersama dengan Chenle. Tentu sedih, tapi Fasya paham dia harus mengikhlaskan semuanya.

Karena mungkin yah ini jalan terbaik untuk mereka berdua. Mereka memang tidak berjodoh, sebuah takdir yang mungkin jahat untuk dua orang yang saling mencintai. Namun Fasya sendiri yakin dia dipertemukan dengan Chenle bukanlah suatu kebetulan melainkan untuk suatu alasan.

Chenle tau Fasya sedang menyembunyikan kesedihannya, tatapan sendu perempuan itu membuat Chenle rasanya ingin memeluknya erat erat menyalurkan seluruh perasaan mereka. Namun Chenle tidak melakukan itu, dia terus melajukan mobilnya.

"You know the last three years have been the best time of my life." ujar Chenle.

Fasya diam tidak menanggapi ucapan Chenle, namun Chenle tau Fasya sedang benar benar meletakkan atensinya pada Chenle, siap mendengar semua yang ingin Chenle katakan saat ini.

"Why I'm saying it's best because the first two years I spent with you are full of all the wonderful memories that we've made, the new experiences, the love and affection that I felt for the first time, and it's because of you."

"And last year I've spent learning about letting go of someone who was never meant for us. Understand that not everything we want can be had. Understanding that it turns out if we really love someone we should be able to let that person go for her good. Also, learn to love God more than anything else."

Chenle melirik Fasya, air mata sudah mengalir deras di pipi perempuan itu.   Melihat Fasya menangis sebenarnya adalah hal yang paling Chenle benci, karena tangis Fasya merupakan luka baginya. Tapi kali ini Chenle membiarkan Fasya menangis, menangis karena dirinya. Chenle berjanji dalam hatinya bahwa ini akan menjadi yang terakhir bagi Fasya. Setelah ini Chenle akan pergi, tidak akan pernah lagi membuat Fasya menangis atau pun terluka karenanya. Fasya harus bahagia, begitu pun dengan Chenle.

"I don't know what will happen after today, but I hope we're both happy." ucap Fasya sambil menghapus air matanya.

Chenle mengangguk pelan, "habis ini kamu harus kasih kepastian ke orang, jangan di php mulu." ujar Chenle sambil nyengir mencairkan suasana diantara mereka.

"hahaha kayanya aku sama dia sama deh, cuma nyari pelampiasan." ucap Fasya sambil tertawa, yah meskipun sisa tangisnya masih terlihat jelas.

"kalo gitu habis ini harus diseriusin karena kita udah clear, aku udah mau nikah loh sya masa kamu masih gini gini aja." ucap Chenle.

"santai sih nanti kalo udah dateng jodohnya juga aku nyusul koko hehe."

Lamborghini aventador itu berbelok ke sebuah restoran yang lumayan ramai malam ini. Mobil milik teman teman mereka sudah terparkir rapi di sana. Lagi lagi mereka berdua membuat teman temannya menunggu.

Keduanya masuk dan ketika menghampiri meja teman temannya Fasya dikejutkan karena tepat di sebelah mereka adalah meja yang di tempati oleh Yuta dan teman teman komunitasnya, tentu ada Jeno juga disitu.

"jeno tuh." bisik Chenle.

Fasya hanya tersenyum tidak menanggapi ucapan Chenle, namun akhirnya dia menyapa Yuta dan teman temannya sebelum akhirnya membanting pantatnya, duduk di antara Yuqi dan juga Shuhua.

"lagi pada main apa sih?" tanya Chenle melihat meja mereka penuh dengan kartu.

"maen kartu loh cok nunggoni kon teko suwene pol." ujar Lucas.

"yo sorry sih." ucap Chenle.

"hahaha udah udah jangan berantem, ini main kartu gini doang nih gaada tantangannya?" tanya Fasya menantang.

"tantangan piye sing mok maksud?" tanya Hendery.

"taruhan?!" ujar Chenle.

"taruhan opo kon meh ngeculke lambomu tah?" ujar Yuqi seperti biasa dengan nadanya yang terdengar judes bagi yang belum terbiasa.

"gak lah edan po." sewot Chenle, maklum semua supercars miliknya adalah kesayangan.

"la terus opo, harga dirimu to?" tanya Shuhua, kurang ajar sih ini tapi sukses membuat teman temannya tertawa.

Fasya tiba tiba menatap Chenle, memberikan kode dengan jemarinya pada Chenle kemudian langsung dipahami oleh laki laki itu. Chenle meraih tangan kirinya, melepaskan cincin yang sedari tadi berada di jari manisnya kemudian meletakkannya di tengah meja. Kemudian diikuti oleh Fasya melepaskan cincin yang serupa milik Chenle, bedanya adalah milik Chenle polos sementara milik Fasya cincin itu dikelilingi oleh diamonds. Jika ditotal dua cincin itu bisa senilai 112 juta rupiah.

"lah iki arep taruhan cincin tah?" tanya Lucas.

"gak lah sembarangan," ucap Chenle.

"taruhane sing kalah mbayari iki kabeh," timpal Fasya.

"lah terus iki cincin gawe opo?" tanya Shuhua penasaran.

"ini cincin gue sama ko chenle, waktu itu sih hadiah anniv haha tapi berhubung udah nggak kepakai yakan, terus sayang banget kalo dibuang, ini tuh berharga banget asal kalian tau." jelas Fasya.

"terus mau diapain ini cincin?" tanya Hendery gemas akibat bingung dan penasaran.

"kita serahin ke kalian kita percayain kalian, tolong jualin cincinya nah nanti uangnya bagiin ke gereja, mesjid, sama orang orang yang membutuhkan aja biar bermanfaat. Dari pada kita yang duitin gak jadi apa apa, apalagi kalo dibuang sayang banget." Chenle akhirnya memberikan penjelasan yang sejelas jelasnya.

"oalah gitu, ngomong kek dari tadi nggak usah muter muter dih, gue yang atur deh." ujar Yuqi.

Fasya tersenyum, mengeluarkan kotak cincin berwarna biru dari tasnya kemudian memasukkan kedua cincin itu ke dalam kotaknya. Kemudian kotak itu dia serahkan kepada Yuqi.

"nih, makasih ya." ucap Fasya tulus.

"yoi, seneng gue mah punya temen pinter kaya kalian berdua yang selalu bermanfaat buat orang lain, bahkan pas kalian pisah gini pun masih kepikiran bantuin orang, gak kaya si dery sama si lucas tuh gaada otaknya bobrok banget gak ngerti lagi gue." ucap Yuqi, sepertinya disertai dengan curhat colongan.

"enak aja lu!" ujar Lucas tidak terima.

"dah lah cas, diem lu laper gue." ucap Hendery tumben kalem, ya mungkin faktor kelaparan.

"haha yaudah, buruan gih pesen kemaleman ntar kita." ucap Fasya.

"lah lah ini nggak jadi taruhan nih terus yang bayarin siapa?" tanya Shuhua, mereka jadi melupakan permainan yang akan mereka mainkan tadi.

"udah santuy gue yang bayarin, gih pesen udah laper gue." ucap Chenle.

🐬🐬🐬

Last Goodbye -Chenle-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang