Anak perempuan yang sering di sapa Luna itu memasuki area rumahnya. Dia berjalan gontai dengan bahu yang terasa lemas karna dia tak kuasa menahan beban yang dia rasakan. Dia bingung pecahan puzzle apa yang harus ia susun. Kenapa semua ini terasa membingungkan baginya?. Dia mulai mengetuk pintu rumah.
Tok tok tok !
Seseorang dari dalam membuka pintu tersebut. Terlihat sosok lelaki yang tampan, memiliki mata indah dan rahang yang tegas. Siapa lagi jika bukan Ravindra Davis atau kerap di sapa 'Bang Apin'. Ia menatap adik tercintanya kaget. Melihat tampilan adiknya yang seperti syok, rambut acak-acakan dan baju yang berantakan. Ada apa ini?. Tanya nya pada diri sendiri.
"Luna siapa yang buat kaya gini bilang sama abang?!" tegas nya dengan menarik Luna ke dalam rumahnya dan menutup pintu rumah. Mengajak nya duduk di sofa dan menggenggam tangan sang adik agar membuatnya tenang.
"L-luna gak tau bang.. Hiks.. T-tadi Luna nunggu angkot dan batrei hp Luna abis susah buat hubungin abang. Tadi Luna hampir di culik bang hiks.. hiks." tangisnya pecah ia menunduk menceritakan semuanya di depan abang nya itu.
"Maaf harusnya abang tadi jemput kamu, abang minta maaf. Besok abang antar dan jemput untuk memastikan kamu tidak kenapa-kenapa. Abang minta maaf sayang." ucapnya sambil memeluk adiknya itu. Di balik itu, tatapan tajam bak elang yang akan menikam mangsanya terlihat di mata Ravin. Ya, tentu saja dia tau siapa yang melakukan semua ini. Dia tidak akan diam dan tak akan mengampuni orang yang hampir mencelakai adik nya ini. Dia tidak akan kehilangan sosok "adik" yang menggemaskan lagi.
"B-baik bang.." timpal Luna yang masi syok akan kejadian sepulang sekolah tadi.
"Ini kenapa? Lebam seperti ini. Ada yang menamparmu?" tanya nya pada Luna. Tangan Ravin terulur untuk mengelus pipi yang bekas tamparan tadi.
"I-iya bang.. Luna takut.. t-takut kejadian terulang.."
"Tidak akan terulang lagi sayang. Tenang, ada abang disini. Lebih baik sekarang kamu bersihkan dirimu. Abang akan buatkan minuman kesukaan mu, kamu bebas mau peluk atau manja ke abang. Lupakan masalah hari ini, abang tau susah tapi jangan takut ada abang apin dan bang gav disini." ucap lelaki itu lembut sambil mengelus kedua pipi gadis itu.
Luna hanya menjawabi dengan anggukan kepala kemudian ia berjalan menuju kamarnya untuk membersihkan diri dan menenangkan pikirannya. Bayangan lelaki tadi tepatnya sang penculik mulai terlintas di alam pikirannya, dengan cepat ia menghapus bayangan tersebut. Mencoba melupakan apa yang terjadi.
Ravindra duduk di sofa rumahnya, melihat keadaan adiknya yang membuat hatinya sakit itu ia tidak bisa tinggal diam. Mengapa mereka sudah mulai "pergerakan" nya? Mereka benar-benar menantang pihak keluarganya. Ia mengeluarkan telepon genggam dan menelefon seseorang yang sepertinya cukup penting.
"Halo, gua ada tugas buat lu." titah Ravin
"Apa? Ada dana kan? Haha." sahut orang itu.
"Duit mulu isi kepala lu bangsat. Gua jelasin nanti dan gua mau lu berhasil di misi kali ini." perintah Ravin kepada orang tersebut.
"Ok, laksanakan. Jelasin aja di chat, gua males ketemu sama muke lu. Hahaha." gelak tawa menyelimuti obrolan tersebut.
"Tidak tahu di untung." jawab Ravin dan mulai mematikan telefon nya.
Hari telah berganti tentu perasaan Luna cukup tenang sekarang walau terkadang ia merasa was-was dan takut. Ia harus melakukan rutinitasnya. Ia akan di antar ke sekolah oleh abangnya. Mereka berdua mulai memasuki area SMA Garuda dengan menaiki mobil sport dan mahal milik sang abang. Para murid yang berlalu lalang terpukau dengan mobil yang lewat saat ini. Mobil tersebut memasuki area parkir SMA Garuda khusus mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aldebaran
Teen FictionAldebaran Melviano. Seorang lelaki yang memiliki sifat dingin-menyebalkan. Dia bisa merubah sifat nya menjadi sosok "manis" hanya ke orang yang dia sayangi. Sosok cowo yang bisa menjadi boyfriendable untuk pacarnya, ia sekali jatuh hati maka akan me...