5. DINNER

71 5 0
                                    

"Kau bagaikan opium yang membuat diriku mabuk dan candu,Aluna."
-Aldebaran Melviano

Dua sosok manusia itu sedang di mabuk cinta. Bagaimana tidak Baran merindukan permen gulali nya. Gadis cantik dengan manik coklat menawan. Gadis itu di depan dirinya dengan senyuman manis yang bisa membuat siapa saja mabuk kepayang. Ah, ingin sekali dia menerkam gadis ini tapi tahan Baran kau bukan lelaki seperti itu. Mereka memang sudah janji untuk makan bersama, ah tidak ini ajakan Aluna sebagai tanda terimakasih kepada Baran karna menyelamatkannya pada waktu itu. Mereka mulai memasuki restoran yang sudah Luna booking kemarin.

"Thx lu udah ajak gua makan gini, berasa gak cowo gua haha." kekeh Baran menatap Aluna.

"Sudah santai saja,Al." jawab gadis itu sambil menyunggingkan senyum manisnya.

"Oh shit, manis banget."cicitnya pelan

"Kenapa Al? Ada yang di katakan tadi?" tanya Aluna kepada Baran yang menatapnya.

"Ah tidak apa-apa." jawab Baran sambil mengedarkan pandangannya menatap ke luar jendela. Sial, gadisnya ini begitu manis layaknya permen ingin segera di makan abis olehnya. Menggemaskan, ya kata itu terlintas di benak Baran.

"Oh ya saya sudah memesan jadi tinggal makan gapapa? Kamu tidak ada alergi kan?" tanya Aluna sekali lagi.

"Ada." sanggah Baran

"Duh apa? Kamu alergi seafood atau mau ganti menu? Atau gimana? Yah maaf saya tidak tahu." ucap Aluna bingung dan khawatir.

"Gua bakal kena alergi kalau lu gak senyum manis kaya gini di depan gua." titah Baran sambil menatap Aluna tepat manik gadis itu sambil menopang dagunya.

"Aih.. Ada-ada saja Al." ucap Aluna dengan pipi yang tersipu malu. Pasti pipi nya sudah merah saat ini. Kenapa omongan lelaki di depan nya begitu manis?.

"Sepertinya tuan putri memakai blush on ketebalan ya? Merah gini." Baran mulai mengulurkan tangan dan mengelus pipi gadis itu.

"Al hentikan ish malu."

"Ahahaha manis sekali layaknya permen. Tapi gua serius jangan sering-sering liatin senyum lu ini ke orang lain." kata Baran kepada Aluna

"Kenapa? Memang punya kamu?"

"Nanti pada suka sama lu, gua gak mau permen gulali gua di usik yang lain. Cepat atau lambat lu jadi punya gua kok." kata Baran dengan senyuman khasnya. Dimana sosok es balok itu? Dimana kutub utara itu? Dimana sosok dingin dan menjengkelkan itu? Hilang kemana? Kenapa jadi manis gini? Ya beginilah Baran dengan sifat kebucinannya.

"Ish ngaco mulu. Diem ah, saya malu. Nah sudah di makan saja. Kamu tidak ada alergi saya yakin itu."

"Alergi si kalau di tinggal lagi sama, permen. Jadi jangan pergi lagi dari gua."

Lagi-lagi gadis itu tersipu malu. Perutnya sudah penuh dengan kupu-kupu yang berterbangan. Jantungnya sudah mulai berdetak lebih kencang dan ingin berlompat keluar. Kenapa lelaki dingin ini bisa bersikap manis kepadanya? Astaga tuhan, jantung Luna tidak kuat. Lelaki ini sangat tampan dan manis. Sepasang manusia itu mulai menyantap makanan masing-masing. Hanya suara musik dan orang lain berbicara menemani mereka. Setelah menghabiskan makanan datanglah sebotol wine yang di bawa oleh seorang waiter.

AldebaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang