***
Jiang Cheng sudah mulai terbiasa dengan Lan Xichen yang menghampirinya tiba-tiba,seperti sekarang saat ia sedang mengambil roti mentega dari mesin otomatis di jam istirahat sekolah siang.
"Lagi-lagi kau makan itu,"tegur si kakak kelas,wajahnya muram mengetahui Jiang Cheng makan siang hanya dengan sebungkus kecil roti dan sekotak susu.
"Aku suka ini,"sahut Jiang Cheng.Pemuda itu beranjak pergi keluar kantin tapi Lan Xichen menarik tangannya.
"Ayo,makan dengan benar!Aku yang traktir,"Lan Xchen membawanya mengantri makan siang,memesankan ramen ukuran jumbo untuk diri sendiri dan Jiang Cheng.
"Qianbei!"Jiang Cheng protes.Ia sudah biasa makan sedikit dan ngeri melihat mangkuk besar yang di sodorkan Lan Xichen.
"Makan!Kau terlalu kurus,A Cheng."
Jiang Cheng ogah-ogahan mengambil mangkuknya lalu pergi ke sebuah bangku dan diikuti Lan Xichen dari belakang.
Ia masih mendengar bisik-bisik yang biasa muncul tiap berada di kerumunan.Penyebab kali ini tentu saja si kakak kelas idola yang mendadak dekat dengannya beberapa hari belakangan.Semenjak insiden menginap sabtu lalu,Lan Xichen terus berlaku baik padanya.Menyapa tiap bertemu,menegurnya tiap membeli roti lalu diteriaki protes seperti tadi,sampai sekedar mampir ke kelas Jiang Cheng begitu turun dari lantai kelas tiga sepulang sekolah untuk mengucap sampai jumpa.Banyak siswa yang bertanya-tanya bagaimana mereka bisa dekat tapi mengingat sifat Lan Xichen yang baik ke semua,orang-orang maklum saja,mungkin Lan Xichen memang berbaik hati tak ingin membiarkan adik kelas yang suram itu sendirian.
"Lalu rotiku harus kuapakan?"keluh Jiang Cheng sambil meniup ramen di sumpit.
"Kau bisa memakannya setelah ramenmu habis,"tanggap Lan Xichen.
Jiang Cheng menyipitkan mata,"Perutku bisa meledak kalau makan terlalu banyak."
Lan Xichen tertawa.Setelah mengenal Jiang Cheng ternyata anak itu cukup bisa diajak mengobrol,tidak pendiam seperti kesan pertama mereka.
"Semalam kau tidur nyenyak?"
"Ya,terima kasih karena telepon qianbei aku jadi bisa tidur lebih awal."
Lan Xichen yang sudah menyimpan nomor ponsel Jiang Cheng selalu menelepon tiap jam sembilan malam,berbicara panjang lebar dengan suara menenangkan,membacakan novel atau buku cerita anak-anak yang seringkali menjadi pengantar tidur Jiang Cheng.Si adik kelas sudah protes untuk tidak diperlakukan seperti bocah tapi tentu saja lelaki itu tak peduli.
"Kau tidak harus selalu melakukan itu,Qianbei.Kalau paket datamu habis jangan menyalahkanku."
"Tenang saja,wifi di tempatku unlimited."
"Xichen gege."
Seorang gadis mendekat ke meja mereka.Itu Luo Qingyang,pacar baru Lan Xichen,si anak kelas satu.Karena sudah menjadi pacar maka panggilannya pun kini berubah.
"Kenapa gege tidak mengajakku makan bersama?"gadis itu melirik Jiang Cheng.Kenapa pacarnya justru duduk bersama siswa kelas dua yang bermasalah ini daripada dengannya.
"Aku pacarmu,kan?"Luo Qingyang meminta penengasan.Lan Xichen beradu pandang dengan Jiang Cheng yang menatapnya penuh tanya.
Ah iya,dia lupa kalau punya pacar.
"Oh,duduk sini,kita makan bersama,"ajak Lan Xichen.
Luo Qingyang melirik Jiang Cheng lagi,masih ragu berdiam di tempat ia berdiri.
Jiang Cheng mengerti,dia tak ingin mengganggu momen pasangan kekasih.Mengangkat mangkuk ramen yang masih tersisa separuh,ia tersenyum tipi pada Lan Xichen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Torches
FanfictionLan Xichen biasa memperlakukan orang lain sama,tak ada yang spesial tapi Jiang Cheng berbeda.Pemuda bersuara merdu yang mencuri perhatian di pertemuan pertama itu semakin lama mendapat tempat tersendiri di hatinya yang belum pernah tersentuh rasa. ...