***
Jiang Cheng menatap datar amplop berisi uang di meja lalu menoleh pada Wei Wuxian yang memandangnya penuh perhatian.
"Paman Jiang bilang kau tak pakai ATM yang ia berikan."
Jiang Fengmian memang memberikan kartu ATM berisi ratusan ribu yuan sebagai bekal Jiang Cheng hidup di Gusu tapi sampai hampir lima bulan anak itu belum menggunakannya sama sekali.
"Jiang Cheng,kau baik-baik saja kan?"
"Aku baik.Uang simpananku masih ada jadi kartu pemberian ayah belum kupakai."
"Kenapa harus pakai uang simpananmu sendiri?"
Jiang Cheng tak menjawab.Dia enggan memakai pemberian baru ayahnya yang mengingatkan bagaimana orang tua itu tak mau membantu masalah Qin Su dulu.Jiang Cheng tadinya ingin melampiaskan kekecewaannya dengan tak mau memakai apapun lagi pemberian sang ayah dan walaupun hatinya akhirnya sudah melunak,ternyata keterusan sampai sekarang.
"Bawa kembali uang itu.Aku masih ada."
Jiang Cheng bangkit dari duduk lalu berjalan ke dapur.Meraih kantong belanja yang dibawa Wei Wuxian untuk persediaan bulanannya lalu menaruh beberapa bahan makanan ke dalam kulkas.
"Kau tahu,paman Jiang khawatir dengan keadaanmu."
"Tak ada yang perlu ia khawatirkan."
"A Cheng."
"Aku baik-baik saja,aku tak akan membuat masalah untuknya jadi tenang saja."
"Kau masih marah?A Cheng,kau tahu paman Jiang tak bisa mencampuri urusan orang begitu saja."
Jiang Cheng tahu,dia mengerti marah pada ayahnya pun tak berarti.Tapi setidaknya membuat orang tua itu cemas memikirkannya yang sendirian di kota orang bukanlah hal yang buruk,begitu pikir Jiang Cheng yang egois.
"Bulan lalu kenapa kau tak hadir?"
Tangan Jiang Cheng yang terulur memasukkan buah pear ke dalam kulkas pun terhenti.
"A Cheng,kau masih ingin menghindar?"
"Tidak,"Jiang Cheng mendesah pelan.
"Kau masih tak mau terima kenyataan.Mau sampai kapan?A Cheng,bukankah ia ingin kau merelakan?"
"Wei Wuxian!"sentak Jiang Cheng galak.Ia berbalik,menatap marah sahabat kecilnya.
Wei Wuxian menanggapi dengan tatapan tak kalah sengak,"Dia sudah menuliskan agar kau tak menyalahkan dirimu sendiri,kan?Kenapa tak kau turuti?"
"Mau seperti apapun aku,Qin Su tak akan tahu,"intonasi suara Jiang Cheng merendah.Wajahnya nampak sedih.
"Dia tak lagi di sini."
Jiang Cheng terduduk di kursi makan.Menggunakan kedua tangan untuk menyangga dahinya yang kembali pening tiba-tiba.
Wei Wuxian mendekat.Air mukanya melunak melihat Jiang Cheng yang ternyata belum sepenuhnya bangkit dari keterpurukan.
"Aku pergi dengan jiejie bulan lalu.Sudah setahun dan bibi Qin masih amat merindukan putrinya.Tapi lebih dari itu,ia merindukanmu."
Jiang Cheng melirik Wei Wuxian yang duduk di seberangnya,tak berucap apapun.
"Ia khawatir padamu,ia tahu kau pasti mengutuk dirimu karena tak bisa menjaga Qin Su."
Jiang Cheng masih terdiam.Wei Wuxian menatapnya lekat.
"A Cheng,kau masih belum memaafkan dirimu?"
Tanpa harus dijawab pun Wei Wuxian seharusnya sudah tahu.Pemuda dengan ahoge di atas kepalanya itu meraih tangan Jiang Cheng,menggenggamnya erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Torches
FanfictionLan Xichen biasa memperlakukan orang lain sama,tak ada yang spesial tapi Jiang Cheng berbeda.Pemuda bersuara merdu yang mencuri perhatian di pertemuan pertama itu semakin lama mendapat tempat tersendiri di hatinya yang belum pernah tersentuh rasa. ...