Chapter 1

106 11 12
                                        


Senyuman,  hei senyuman itu cantik bukan, dimana kamu bisa menggambarkan semua hal yang kamu rasakan.

Terkadang manusia tak pernah merasa bangga dengan sebuah senyuman.  Padahal,  sebuah senyuman itu geratis.

"Selamat pagi dunia." sapaan lembut dengan nada yang riang,  meluncur indah dari bibir mungil gadis bermuka bantal ini. Senyuman tak lepas dari bibir merah mudanya,  matanya mengintip sinar mentari yang menerpa kulit putih susunya.

"Selamat pagi matahariku,  selamat pagi kamar tidurku,  selamat pagi Lilu," ucap gadis itu  menyapa apapun yang ada di ruangannya,  termasuk Lilu,  boneka Olaf kesayangannya.

"Selamat pagi juga Wina,  Lo yang terbaik," ucapnya lirih.  Matanya menatap pantulan wajahnya pada sebuah cermin di dinding kamarnya. Tubuh mungilnya perlahan turun dari ranjang. Dengan bersenandung ringan, langkah kaki mungil itu membawanya ke kamar mandi.

Kegiatan rutin setiap pagi,  bangun, mandi,  sarapan,  dan sekolah.  Hanya itu,  ya hanya itu. Oops hampir lupa,  tersenyum!  Ya,  Wina tak pernah melupakan senyumannya. Baginya,  sebuah senyuman membuatnya terlihat positive, senyuman juga membuatnya mendapat sebuah kehangatan dari sekitarnya.  Setidaknya,  senyumannya bisa membuat orang di sekitarnya merasakan kehadirannya, dan pastinya tak merasakan sendirian.

"Selamat makan Win,  Lo kudu cepet,  atau Lo ketinggalan bus pagi ini." dengan semangat,  Wina memakan sarapannya. 

Setelah semuanya selesai, Wina berlari dengan semangat menuju halte terdekat.  Duduk dengan nyaman menunggu bus,  senyuman yang bertengger pada bibirnya tak pernah luntur.

"Mari Bu," sapanya pada seorang nenek yang melewatinya.

Selalu seperti itu,  menyapa setiap orang yang berlalu lalang,  sampai bus menuju sekolahnya datang.

"Lama banget anjir, supirnya makan gaji buta apa gimana, haru- eh itu dia, suudzon mulu Win, astagfirullah," Ucap Wina saat melihat busnya merapat pada halte. Dengan segera dia memasuki bus, tak lupa menyapa sopirnya.  Mengambil tempat duduk paling depan dekat pintu.

"Wuidihh, Pak makin ganteng aja tiap harinya, pakai skin care apa pak?" Tanya Wina kepasa sopir bus di depannya.

"Gak tau namanya Win, istri saya ngasihnya banyak cairan, dari yang rasanya dingin sampai yang gak kerasa tapi bikin kulit lengket, khawatir saya kalau itu Lem kertas kadaluarsa."

Wina malah ngakak, tiap pagi Wina selalu dibikin bahagia padahal cuma percakapan abrurd.

"Pak, bapak udah bahagia belum hari ini?"

"Ya pasti sudah to, kamu selalu menanyakan Hal tersebut berulang-ulang Win,  nggak punya pertanyaan lain kamu?" Tanya supir bus tersebut.

"Hm hm," Wina menggeleng "pertanyaan seperti apa Pak?"

"Ya, apa saja."

"Ya udah, apa langit bisa jadi warna ungu pak? Tiap hari warna biru kalau nggak ya abu-abu. Bosen aku lihatnya."

Gantian pak sopirnya ngakak,"Ancen cah edan! Pertanyaanmu nggak ada waras-warasnya ya! Kali-kali tanya, Pak gak mau nambah istri lagi?"

Wina cuma tertawa hambar, "Yeee, itu ma maunya bapak, ingat pak istri bapak aja setia. Masa bapak mau nambah lagi. Ingat susahnya minta istri bapak dari orangtuanya, malah mau di duain. Karma pak karma. Nanti masuk sinetron azab Lo pak. Hati-hati."

"Bercanda Win, jangan nakuin! Nanti bapak kepikiran. Bapak nggak mau mati dulu, anak bapak banyak mana masih kecil-kecil belum sama yang masih otw, udah tanda tanda mau lahiran ni."

Now  You Can Cry (WY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang