Bukan karena hitam yang selalu jahat. Pekatnya hitam bisa saja menyembunyikan putih didalamnya.
Suasana kamar Hanan di penuhi suara dari game yang sedang di mainkan. Kebisingan dari game serta teriak-kan Khasan membuat Hanan kesal.
"Diem Lo Njing! Ganggu banget sial, jangan curang ye Lo! ganggu konsentrasi Gue ae Lo sat!" Ucap Hanan sembari menendang pelan kaki Khasan.
"Aih, bilang ae Lo takut kalah," menendang balik dan tersenyum jahil. Hanan mendengus.
Suara teriakkan Khasan semakin heboh kala game di menangkan olehnya. Hanan hanya terbaring lemas di lantai.
"Gue menang. Dan Lo," tunjuk Khasan, "harus bisa ngajak gue sama Vela double date. Ayo cepat hubungi Aleen , jangan lupa ajak Vela." Khasan mendorong pelan kaki Hanan. Menggerutu, "Dasar bucin!" Hingga akhirnya di hubungilah kekasihnya itu.
Khasan hanya mesam-mesem mendengar Hanan mengutarakan niatnya pada Aleen. Melihat wajah frustasi Hanan membuatnya senang, mata bulatnya tertuju pada sofa besar di ruangan itu. Di lihatnya manusia berkaki panjang sedang membaringkan tubuhnya. Melangkah perlahan, dapat di lihatnya mata bulan menatap kosong ke atap kamar Hanan. Menengok arah pandang Chandra, "Lo gak lagi bayangin mantab-mantab kan Njing? " Tanyanya pelan di sebelah telinga Chandra.
"Sialan, ngagetin ae Lo setan! !" Kejut Chandra saat mendengar bisikan Khasan tepat di samping telinganya. Pria berkulit Tan itu hanya menyengir.
"Bangun!" Khasan melempar bantal sofa tepat di wajah Chandra, seketika saja pria jangkung itu terduduk.
"Bisa nggak sehari saja jadi anak baik-baik, Gue capek jadi teman Lo!" Tanya Chandra.
"Cukup buat Vela jadi pacar Gue, dan Gue bakal berubah!" Khasan tersenyum menanggapi.
Memutar matanya kesal,"Sehari ae San! sehari saja nggak usah bahas si mata sipit bisa?"
"Nggak!" Ucap Khasan menyandarkan punggungnya, "Gue berjuang dengan tulus selama ini, bukan karena dia cantik. Kalau cari yang cantik, Gue bakal bersaing dengan Hanan, Gue menyukainya karena memang suka." Khasan tertawa pelan dengan apa yang baru saja dia ucapkan.
Chandra terheran, kenapa Khasan tiba-tiba jadi melankolis sekali?. "Lo benar-benar suka si Vela? Apa yang Lo lihat dari gadis sipit, tomboy pula."
Memukul bahu Chandra, "Dia cantik!"
Dengan ringisan pelan Chandra mendengus,"Lo bilang tadi suka bukan karena dia cantik Njing."Khasan terkekeh,"setomboy-tomboinya gadis, jika di beri rayuan dengan tulus juga bakal luluh. Gadis tetaplah gadis, Ada sisi feminimnya, yang membedakan hanya takaran sifatnya. Semua hanya masalah waktu, paham? Masalah waktu!" Khasan tersenyum pada Chandra.
"Jadi, semua gadis itu sama? Walau dia tomboy sekalipun?" Tanya Chandra, menggernyitkan keningnya.
"Jangan sok polos Njir, pakboi macam lo masak nggak mudeng beginian, gadis modelan kaya Wina pun ada sifat rapuhnya, Lo ingat saat kita makan di tempatnya bekerja? Dia terlihat mempesona bukan, terlihat kuat dari kebanyakan gadis seusianya. Dia hanya bisa tersenyum sekarang, tapi tak memungkiri jika dia ingin seperti gadis lainnya, menangis saat kesakitan dan bernafas lega saat semuanya usai."
Perkataan Khasan benar-benar membuat Chandra berpikir ulang. Apa perkataannya selama ini pada gadis mungil itu menyakitkan? Apa hati gadis itu terluka?
"Chan, lo beneran benci Wina?" Ucap Khasan, terdengar nada serius disana. Chandra benci ini. Saat Khasan serius, membuatnya susah untuk berbohong.
"Nggak, " jawab Chandra tersenyum tipis, kepalanya menunduk, bayangan senyum Wina saat di kelas tiba-tiba muncul. Membuatnya susah untuk fokus kembali.

KAMU SEDANG MEMBACA
Now You Can Cry (WY)
Roman pour Adolescents"Hei anak pembunuh!" "Berarti Gue boleh panggil Lo anak koruptor juga dong?"