Part 16 (Mereka Datang!)

24 5 2
                                    

Jauh di dasar tanah terdalam, terdapat sebuah istana megah yang tidak bisa dilihat manusia. Memiliki aura kelam dengan berbagai binatang buas yang mengelilinginya seperti penjaga. Tepat di ruang tengah, berdiri singgasana megah yang terbuat dari tulang belulang. Seorang pria tampan dan tegas duduk di kursi kebanggaannya seraya menatap iblis-iblis yang berjejer di sisi jalan luas di depannya.

Tiba-tiba pintu terbuka, memperlihatkan seorang pria tampan berdiri di ambang pintu. Jubah hitam pun menyapu satu per satu anak tangga saat pria bertubuh tinggi dan tegap itu berjalan menuruni tangga.

Tepat di tangga terakhir, pria itu berhenti sejenak. Kemudian melanjutkan langkahnya di jalan yang membentang lurus. Kedua sisinya iblis-iblis menatap hormat pada pria itu. Derap langkahnya terdengar anggun, hingga langkah itu terhenti, berdiri tepat di hadapan sang raja.

"Ah, putraku, akhirnya kau datang juga," ujar Astamord yang duduk di singgasana seraya menatap bangga putra pertamanya.

"Salam, Ayah. Aku ingin mengatakan sesuatu tentang kesayanganmu itu. Dia melanggar janjinya lagi, Ayah." Pria tampan itu tersenyum sumringah. Berbicara ke inti tanpa ingin basa-basi.

"Ayah tahu, biarkan saja dia menikmati dunianya kali ini. Saat ini mereka memasuki kawasanku. Ini kesempatan terbaik untuk mendapatkan gadis itu, bukan?" Astamord menyeringai. Matanya beralih menatap seorang gadis yang berdiri di sisi kanan jalan beserta iblis lain. "Soodam!" panggilnya.

Merasa terpanggil, gadis itu segera maju ke depan dan menunduk hormat. "Hamba, Tuanku!"

"Kali ini adalah tugasmu. Bawa beberapa pasukan, serang mereka dan bawa mereka semua ke hadapanku, termasuk gadis darah biru itu."

"Laksana, Tuan!" Gadis itu menyungging senyum. Perlahan wajahnya yang cantik berubah rusak, hancur, penuh sayatan seiring dengan sayapnya yang tumbuh di punggung. Ia mengepakkan sayap, lalu terbang ke atas atap yang memang berlubang dan menghilang di kegelapan.

"Ayah, bagaimana jika dia menyerang Soodam?" tanya pria itu menatap sang ayah serius.

"Kau tenang saja. Ayah sudah mempersiapkan sesuatu untuknya. Hanya menunggu, maka Lucy akan melihat sesuatu yang tidak ia duga. Kepercayaan akan hancur dan saat itu pula kita menemui Lucifer untuk mempersiapkan perang."

"Ayah memang tidak bisa ditebak."

***

Helaan napas lega mereka embuskan ketika usaha mereka kini berhasil. Rasa lelah yang menguras tenaga sedikit terobati karena senyuman. Terlebih ketika melihat Lucy dan Arya keluar dari jurang dengan keadaan baik-baik saja.

Mereka berempat duduk di bawah pohon rindang seraya mengatur napas yang terengah-engah. Merasa lelah akibat saling menarik-narik di jurang tadi. Belum puas dengan istirahat meregangkan otot itu, cobaan kini datang begitu gerimis hujan turun.

Vino yang sudah mengetahui semua rahasia Lucy, segera melihat ke arah gadis itu untuk lebih jelas. Tubuh Lucy membiru, tapi Arya segera menggenggam tangan gadis itu hingga tubuh Lucy kembali normal. Vino membelalak tak percaya. Ini adalah kedua kalinya ia melihat sesuatu yang ada dalam dongeng terlihat jelas di depannya.

Sebenarnya mereka siapa? Apakah Lucy bukan manusia? Lalu, bagaimana dengan Arya? Apa mereka memiliki kekuatan batin? Berbagai pertanyaan muncul di benaknya membuat pria itu meremas rambutnya tak mengerti.

"Aw!" Lucy meringis ketika merasakan sakit di kakinya akibat tarikan oleh iblis berbulu lebat tadi.

Arya yang melihat itu pun segera merobek ujung bajunya dan membalut luka Lucy. Darah biru itu keluar membuat Lucy sedikit khawatir.

Rain and Blue Blood [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang