6. Berita Mengejutkan

124 20 5
                                    

Amanda merasa pipinya semerah tomat sekarang. Sambil memandangi mading, dia tak henti tersenyum geli sejak tadi. Dia mendadak gila---atau memang sudah gila---sekarang.

Kemarin, tugas Pak Caca, kan membuat puisi dengan jaminan yang bagus akan dipajang di mading sekolah. Nah, kebetulan puisinya terpilih dan sekarang jadi konsumsi publik.

Isi puisi itu ditujukan untuk seseorang yang siapa pun akan mudah menebak. Arka, si kakak kelas hits.

Angin berembus melambat
Pohon-pohon berhenti menari elok
Kicau burung seolah lenyap
Dunia berubah sunyi
Waktu mendadak berhenti
Aku bahkan tak bisa menghidu sejejak udara
Atau merasa sedikit desir darah pada nadi
Mengapa?
Mengapa pesonamu begitu sedahsyat ini, Kasih?

Itu penggalan puisinya. Amanda hanya berharap bahwa seseorang yang dituju dapat membaca tulisan dalam kertas tersebut. Apalagi jika sampai memahami dan membalas puisinya itu.

Ah, halusinasinya jangan ketinggian.

Ponsel Amanda berdering. Di antara keramaian koridor lantai satu, dia menjawab panggilan Mey-Mey.

"Hei, kamu di mana? Sini ngantin. Dara neraktir seblak loh."

Mendengar penuturan Mey-Mey, sontak Amanda langsung tancap gas menuju kantin yang kebetulan hanya perlu berjalan lurus, lalu belok kiri satu kali saat tiba di tangga penghubung gedung.

Kantin ramai. Amanda sedikit kesulitan saat hendak mencapai meja teman-temannya. Beberapa kali badannya gesit menyelinap saat berpapasan. Tempat tersebut cukup luas dengan banyak bangku yang kalau kosong saja, cukup pusing menghitung jumlahnya. Karyawan kantin tampak sibuk melayani sana-sini. Maklum hari Senin itu sedikit istimewa.

Amanda akhirnya bisa duduk manis di kursi yang sengaja dibiarkan kosong.

"Gimana perkembangan?" Vita menjeda kentang goreng yang siap masuk ke mulutnya.

"Mayan. Kalian gimana?" Amanda meraih teh kotak di depan Dara. Membuat cewek itu mendelik karena dia juga akan mengambil benda sama.

"Amanlah." Mey-Mey dan Vita serempak menjawab.

Walau mereka bersaing, tetapi bukankah status sahabat itu tak boleh dilupakan? Akan lebih baik juga bila bersaing dengan jalan sehat, nanti hasil akhirnya juga akan berbuah sehat.

"Eh, aku lihat si mak lampir juga ngejar target kita." Dara yang teringat kejadian suatu saat kemarin, akhirnya menyeletuk.

"Ah, dia. Ya ..., sih. Dia juga ngejar Arka. Terus ...." Amanda mendadak ragu antara bilang atau tidak.

"Terus maju maju maju. Ya! Parkiran yang pas!" Suara tak terkontrol Mey-Mey menarik perhatian beberapa orang.

Vita langsung menggeplaknya.

"Dia ngajakin aku taruhan, sih."

"APA!" Vita, Mey-Mey, dan Dara mendadak punya telepati kuat.

"Serius kamu? Kok bisa? Astaga! Mau perang lagi tah? Oh, astaga, astaga! Perang dunia ke-4 udah mulai. Gawat!" Mey-Mey yang pertama mengatupkan mulut dan bereaksi over sendiri.

"Kapan? Kok bisa kalian taruhan? Naruhin apa lagi sekarang?" cecar Dara yang bereaksi lebih kalem.

"Udah sejak semingguan, sih. Dia yang mulai. Terus, taruhan kali ini, yang kalah harus keluar dari rumah atau jadi babu seumur hidup." Amanda menerangkan dengan nada tenang. Tadi dia sempet tidak enak karena lama menyembunyikan ini dari sahabatnya.

Bad or Good Girl (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang