Amanda seketika jadi bahan pembicaraan seisi SMAN 189 Bandung saat Arka mengunggah sebuah video. Ya, hasil kerja kerasnya kemarin bisa dikatakan sukses. Sebagai bayaran, awalnya dia akan diberi uang, tetapi tentu saja ditolak. Jadi, Arka pun mengajaknya makan pas malam Minggu.
Arabelle yang juga tak sengaja mendengar pembicaraan cewek-cewek di koridor dasar saat dia baru datang, seketika penasaran. Ketika informasi sudah valid, dia pun mencium bau-bau kekalahan. Sepertinya, jalan pintas yang diambilnya, adalah sebuah trik cerdik untuk menikung lawan.
Dia tinggal mendekati Dika, menyuruh cowok itu seolah-olah dia Arka, lalu membuat "sesuatu" terhadap Arka dan Amanda. Baginya semua itu mudah karena dia punya mantra terkuat di bumi. Uang.
Berbicara soal Dika, Arabelle tidak melihat tanda-tanda cowok itu. Padahal dia sudah datang lebih pagi---dari jadwalnya yang biasa. Tiba-tiba, pikirannya dihantui oleh kejadian kemarin. Hal itu membuat hatinya gelisah tak menentu, bahkan dilingkupi rasa takut.
Dia pun memutuskan untuk mengecek sendiri ke kelas XII-IPS 1. Sampai di sana, suasana kelas sudah ramai. Beberapa siswa sudah menempati bangkunya masing-masing dengan perhatian terfokus pada buku. Pemandangan itu tentu hal yang langka di kelas XI-IPS 1. Di mana, kelas baru akan terisi penuh saat lima menit menjelang bel, terus siswanya juga asyik main ponsel atau merumpi.
Sebuah bangku di barisan kedua pojok kanan kelas masih kosong. Arabelle pikir itu tempat Dika. Semakin gelisahlah dia. Perasaan tersebut terus berusaha diredam, dia tidak boleh terlalu berlebihan karena sangat berbahaya. Lagi pula, mengapa dia begitu khawatir terhadap cowok itu?
Pusing berdebat dengan diri sendiri, Arabelle memutuskan pergi. Namun, saat dia berbelik, jantungnya serasa mau copot karena nyaris menabrak seorang cowok. Dika yang hendak masuk kelas. Langkahnya terpaksa tertahan lantaran dipertemukan kembali sama Arabelle.
Dika menghela napas sebelum berbelok dan masuk kelas. Dia kira, Arabelle akan berhenti mengganggunya. Cukup kemarin malam dia sampai meriang gara-gara dibawa ngebut oleh Arabelle. Jujur, dia trauma akan hal tersebut. Sewaktu kecil, Arka pernah melakukan hal sama. Alhasil, sepeda yang mereka tumpangi lepas kendali dan menabrak pohon. Dika tidak terluka parah, tetapi Arka sebaliknya. Dia tak sadarkan diri dengan beberapa luka menghiasi tangan dan kaki.
Awalnya Dika juga masih mau mengistirahatkan diri, tetapi tidak ingin membuat Arka dan mamanya khawatir. Jadi dia memaksakan diri untuk sekolah. Datang lebih awal seperti biasa, lalu diam di perpustakaan. Tempat itu tenang, cocok buatnya yang tengah tidak enak badan.
Arabelle masih diam di tempatnya beberapa menit, sebelum akhirnya memutuskan pergi dengan perasaan campur aduk.
Kejadian kemarin mungkin sebuah kesalahan fatal untuknya. Seharusnya dia lebih hati-hati agar rencana berjalan baik. Sebab, kejadian kemarin dijadikan alasan kuat untuk Dika menolak semua rayuannya.
Arabelle tentu kesal. Dia sudah mengorbankan harga dirinya dan repot-repot menghabiskan waktu hanya demi membujuk. Membujuk. Sungguh hal memuakan baginya.
Seandainya saja dia tak terikat sebuah perjanjian hidup dan mati, mungkin saat ini dia masih merasakan kebebasan. Namun, posisinya sekarang terjepit. Membujuk Arka, jelas-jelas sebuah kesia-siaan. Amanda juga sudah satu langkah di depannya.
Dia merasa, maju kena mundur kena. Jalan yang diambilnya salah dan terlalu gegabah. Nasi sudah menjadi bubur, pilihan satu-satunya sekarang adalah terus maju.
Jadi, pada hari ke sekian aksi merayu seorang Arabelle, Dika yang sudah muak karena terus diganggu oleh syaiton bandel, hanya bisa cuek saja saat tiba-tiba Arabelle datang, memberikannya novel-novel dalam paper bag.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad or Good Girl (TAMAT)
Teen FictionGawat! Karir seorang Arabelle Kiyoko di ambang kehancuran akibat kalah taruhan dari rival sekaligus saudari tirinya, Amanda Lanika. Arabelle tentu tidak terima. Kebetulan di sekolahnya hadir cowok beken yang akrab disapa Arka. Dia memiliki sebuah r...