1. Putra Haram Pengkhianat

2.7K 135 10
                                    

Itu adalah musim dingin, turun salju, saat pertama kali mereka bertemu...

Hal pertama yang terlintas di benak Darian Rey Caidan usia tiga belas tahun ketika melihat sosok berpakaian zirah penuh bekas darah dan pedang bersarung di pinggangnya adalah 'keren'. Saat itu Darian belum tahu bahwa sosok keren di atas kuda yang membuatnya terpukau akan menjadi Helen Ceysa Caidan, sepupunya sendiri. Dia hanya fokus menatap netra hijau Helen yang tampak fokus ke depan, bibir tipis yang sedikit ternoda tanah, juga sedikit wajah putih dengan sisa warna darah kering dari balik topeng peraknya. Dia pikir Helen tampak gagah dengan armor dan pedang itu.

Dua pengawal yang menyeret Darian berhenti, membungkuk hormat pada Helen dan pasukannya yang baru pulang dari medan perang. Helen yang sering kali disalahpahami sebagai seorang pria itu hanya melirik sekilas, nyaris tidak berhenti dari jalan menuju kediaman prajurit di bagian Barat Istana Kerajaan Griffin.

Baru beberapa langkah usai dua tokoh utama ini saling lirik, Helen menghentikan kudanya. Semua pasukan seketika menghentikan kuda mereka pula.

Helen turun dari kuda, memerintah, "Kalian duluan," kepada prajurit.

Sebagian pasukan pergi, tersisa sekitar sepuluh prajurit yang mengikuti Helen.

Helen berjalan ke arah dua pengawal kerajaan yang memegangi tangan kanan dan kiri Darian. Dia memerhatikan anak lelaki berpakaian lusuh yang tubuhnya kurus penuh memar. Memerhatikan mulai dari netra birunya yang kosong, bibir tipis yang kering dengan noda darah di sudutnya, wajah tirus khas anak kurang gizi, lalu berhenti di tangan dan kakinya yang dirantai.

Darian juga memerhatikan Helen yang berjalan dengan gagah. Dia memerhatikan topeng perak yang hanya menampilkan bibir tipis Helen, rambut putihnya digulung rapi tanpa pelindung kepala, sedikit anak rambutnya yang tidak tergulung bergerak seirama langkah pemiliknya. Salju yang turun, latar jalanan dengan pohon tanpa bunga, dan langit sore, membuat gadis gagah itu bagai keluar dari sebuah lukisan.

Semua yang melihat Helen pun bertanya-tanya, kenapa orang yang biasanya acuh terhadap sekitar, tiba-tiba menaruh perhatian pada seorang budak rendahan. Padahal bukan hal baru untuk melihat budak-budak dari berbagai usia dirantai dan dibawa keluar-masuk istana.

Helen awalnya tidak ingin ikut campur uruan orang lain, atau peduli dengan orang lain. Hatinya sudah mati bersama kedua orangtuanya lima tahun lalu. Namun, saat melihat anak lelaki ini, dia tiba-tiba ingat seorang budak dari kerajaan yang baru saja dia taklukkan. Budak lelaki tersebut semula ditangkap oleh bawahannya karena melakukan pergerakan di zona terlarang. Budak itu disiksa karena tidak menjawab pertanyaan prajurit. Sampai akhirnya seorang tahanan mengatakan bahwa budak lelaki itu bisu-tuli, dan biasanya dia ke daerah terlarang untuk mencari tanaman obat bagi kedua orang tuanya yang sakit.

Kejadian itu jelas bukan salah Helen, melainkan prajurit yang tidak kompeten dan sewenang-wenang, bahkan tidak melaporkan kepada Kapten mereka ini tentang penangkapan budak. Helen juga tidak terlalu menyalahkan dirinya atau prajuritnya. Baginya, yang lemah lah yang salah. Namun, tatapan penuh tanya budak yang tidak bersalah itu terus membayangi Helen sepanjang perjalanan pulang ke kerajaan. Sekarang, anak di depannya memiliki ekspresi yang sama dengan budak itu. Ekspresi yang bingung dan bertanya-tanya, 'apa salahku?'.

Dua pengawal gemetar ketakutan ketika Helen berdiri diam di depan mereka dan memandang lama anak lelaki yang mereka tahan. Keduanya tidak berhenti bertanya-tanya apa yang mereka lakukan salah, atau di bagian mana dari tindakan mereka yang menyinggung Helen? Mereka hanya bisa membungkuk.

Bukan karena tatapan dingin Helen atau sosoknya yang tampak penuh aura jahat yang membuat dua pengawal ketakutan, tapi karena semua orang tahu bahwa adik sang raja ini 'sakit'. Saat usia sepuluh tahun, Helen diracun. Walau racun bisa dihilangkan, tapi efeknya memengaruhi otak Helen dan suaranya. Suara Helen jadi berat seperti seorang pria, dan gadis itu menjadi suka membunuh dan menyiksa orang saat 'sakit' nya datang. Episode sakit ini terpicu setiap kali Helen merasa kesal atau marah. Sampai sekarang, belum ada yang bisa menyembuhkannya. Raja pun akhirnya mengirim Helen ke medan perang agar 'sakit' itu bisa dipergunakan dengan baik.

Little Servant Of The Princess [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang