"Aku sudah bilang, tidak butuh pelayan."
Gavin tersenyum sangat manis. "Kita akan tinggal di istana setidaknya beberapa tahun ke depan sebelum berperang lagi. Jadi, Yang Mulia butuh pelayan."
Helen mencengkeram bagian leher baju pria yang lebih tinggi darinya itu. "Apa kau ingin membuatku marah?"
Gavin tertawa, mengangkat kedua tangannya ke udara tanda menyerah, tidak repot-repot melawan cengkeraman Helen. Dia tersenyum tulus, berbisik tepat di telinga Helen, "Jangan takut, Yang Mulia, Darian tidak akan mati seperti pelayan lain."
Ekspresi Helen sedikit berubah, lantas dia melepas cengkeramannya. Berbalik, Helen menatap Darian dari kepala sampai kaki. Jelas anak ini tampak lemah, bahkan mungkin tidak akan bisa lari jauh dengan kaki kecilnya. Dari sisi mana Gavin sangat yakin kalau Darian tidak akan mati seperti pelayan lain?
Menyadari tatapan menyelidik Helen, Darian segera membungkuk hormat. "Sa-saya Darian, Tuan, eum, Yang Mulia."
Helen masih menatap Darian. "Aku tidak butuh pelayan."
Darian segera berlutut, kepalanya membentur lantai keramik kamar sampai membuat suara menyakitkan. "Sa-saya mohon, Tuan Yang Mulia, terima saya sebagai pelayan Tuan Yang Mulia. Saya akan bekerja dengan keras untuk melayani Tuan Yang Mulia. Saya mohon terima saya, Tuan Yang Mulia. Saya akan mati jika kembali ke tempat itu."
Gavin menambahkan, "Bahkan kau tidak bisa kembali ke sana, karena akan mati di tanganku jika tidak bisa menjadi pelayan Yang Mulia."
Darian semakin gemetar di seluruh tubuhnya. "Saya mohon, terima saya, Tuan Yang Mulia."
Helen melirik tajam Gavin. Yang dilirik hanya tersenyum sok manis.
"Kau akan mati di tanganku," kata Helen ke Darian.
Dua lelaki dalam ruangan terdiam sejenak.
Darian mendongak, memperlihatkan darah di keningnya, tapi tatapannya sangat lembut dan polos ketika berkata, "Suatu kehormatan bagi seorang pelayan jika bisa mati di tangan tuannya."
Helen melihat ketulusan itu sejenak, lalu memutuskan kontak mata dengan Darian. Dia membereskan pakaiannya, melemparkan handuk asal ke kasur sederhana.
Gavin dan Darian masih menunggu kata-kata persetujuan Helen.
Helen lantas berkata, "Aku tidak suka pelayan yang menyentuh barang-barangku tanpa izin."
Darian segera berdiri, senyumnya terbit. "Saya akan mendengarkan Tuan Yang Mulia dengan baik. Saya tidak akan menyentuh barang-barang Tuan Yang Mulia tanpa izin. Saya akan melaksanakan semua perintah Tuan Yang Mulia."
Gavin tersenyum dengan antusias Darian. Andai dia tahu kalau apa yang telah dia lakukan ini justru membantu siangan cintanya lebih dekat dengan Helen, apakah dia akan menyesali ini suatu hari nanti?
Helen melemparkan handuk ke wajah Darian yang masih dipenuhi senyum kebahagiaan. "Usap darahmu!"
"Ya, Tuan Yang Mulia!" teriak Darian penuh semangat, lalu menyeka darah di keningnya.
"Panggil saja Tuan," kata Helen.
"Baik, Tuan Yang Mulia."
"Tuan saja."
"Baik, Tuan Yang Mulia."
Helen mengehela napas. Terserahlah.
Gavin tertawa kecil melihat pasangan anak-anak di depannya. "Darian, hari ini Yang Mulia akan pindah ke istana. Kau harus membantunya bersiap."
Darian mengangguk. "Saya mengerti, Tuan." Dia membungkuk tiga kali di hadapan Gavin yang selama seminggu ini telah sangat baik merawatnya. "Terima kasih banyak atas perawatan Tuan selama ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Servant Of The Princess [COMPLETED]
Fantasía[Eksklusif di Dreame/Innovel] Part dikunci mulai bab 10 Darian, hanyalah putra seorang wanita budak, tapi sebelum kematian ibunya, dia diberitahu bahwa ayahnya adalah pengkhianat kerajaan Griffin. Bukan dieksekusi mati, Darian justru dikirim untuk m...