... Gavin menyukai Helen.
Darian menyusul Helen. Dia tersenyum senang dan sedikit bersenandung ketika berjalan di belakang Helen. Sesekali dia akan memegang erat jubah besar Helen di badannya, dan menghidu wangi Vanila dari jubah. Saat melakukannya, dia akan tersipu malu, lalu merutuki kebodohannya karena memikirkan tuannya seperti seorang wanita.
Gavin menyusul paling akhir, tapi mengambil tempat di sisi Helen saat berjalan. Darian tidak berani berjalan di sisi Helen setelah dipelototi Gavin. Perasaanku saja atau Tuan Gavin seperti kesal kepadaku?
Gavin tidak marah sama Darian, hanya merasa tidak nyaman saat Darian dan Helen berjalan bersisian. Lagipula, Darian hanya pelayan di sini. Dia harus sadar tempatnya.
Dalam perjalanan kembali ke kediaman, Darian melihat kebun yang ada pohon apel berbuah lebat, dan perutnya berbunyi nyaring. Dia belum makan sejak pagi.
Helen menyadari Darian melambat, dan dia melihat anak itu berdiri diam memegang perutnya sambil menatap kebun apel. Mendekati Darian, dia lalu memerhatikan ekspres terkejut bocah itu, yang seolah tertangkap basah melakukan sesuatu terlarang.
"Tu-Tuan Yang Mulia...?"
"Kau mau apel?"
Mata Darian berkilauan penuh harap, tapi ucapannya justru, "Memangnya itu boleh dipetik? Bukankah semua buah-buahan di sana milik Yang Mulia Raja?"
Sebenarnya itu tidak boleh dipetik atau dimakan oleh sembarang orang, karena semua buah itu milik Raja dan dijaga ketat untuk kepentingan raja dan keluarga kerajaan. Tapi melihat mata berbinar Darian yang penuh harap, Helen hanya berkata, "Boleh."
Darian tersenyum lebar. "Kalau begitu, saya akan memetiknya untuk Tuan Yang Mulia."
Darian tidak serakah dengan memetik untuk dirinya sendiri, karena dia tahu statusnya. Dia hanya berharap, kalau tuannya tidak menghabiskan satu buah, dia akan mencicipi sisanya.
Dengan semangat, Darian mengikuti Helen ke kebun.
Penjaga kebun, dan beberapa pelayan di sana terkejut atas kedatangan pria bertopeng perak. Mereka tidak pernah menduga kalau Helen yang selalu menghabiskan waktu di kediamannya atau medan perang itu akan menginjak kebun.
Pria tua beruban membungkuk ke hadapan Helen. "Apakah ada yang diinginkan Yang Mulia?"
"Apel," jawab Helen.
Pria tua melirik bawahannya, meminta mereka mengambilkan satu untuk Helen.
Darian buru-buru berkata, "Jangan repot-repot. Saya akan mengambilkan untuk Tuan Yang Mulia."
Pria tua tidak yakin anak kecil ini bisa mengambil apel, atau apakah bisa memilih apel yang sudah matang, tapi saat melirik Helen yang mengangguk ringan, dia pun hanya bisa memgizinkan.
Darian mengikuti pria tua ke pohon apel yang buah-buahnya sangat lebat dan warnanya merah semua.
Darian langsung mengambil satu yang terdekat dalam jangkauannya, kemudian menyerahkan kepada Helen setelah membersihkan dengan asal ke bajunya.
Pria tua ingin menghalangi Helen yang memakan tanpa mencuci lebih dulu, tapi Helen sudah lebih dulu menggigitnya. Dia hanya bisa menunduk. Lagipula para prajurit terbiasa jauh dari kebersihan.
Darian merasa puas melihat Helen memakannya. Dia menunggu sampai Helen tidak mau memakannya lagi. Tapi, kalau Tuan Yang Mulia menghabiskannya, bagaimana? Aku tidak bisa mencicipinya, kan? Berpikir begitu, dia menunduk sedih.
Helen merasa bingung karena Darian hanya melihatnya makan, lalu tiba-tiba menunduk sedih. Apa dia merasa malu untuk mengambilnya sendiri? Berpikir begitu, Helen memetik satu, membersihkannya ke bajunya, lalu memberikan ke Darian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Servant Of The Princess [COMPLETED]
Fantasía[Eksklusif di Dreame/Innovel] Part dikunci mulai bab 10 Darian, hanyalah putra seorang wanita budak, tapi sebelum kematian ibunya, dia diberitahu bahwa ayahnya adalah pengkhianat kerajaan Griffin. Bukan dieksekusi mati, Darian justru dikirim untuk m...