10. Pelayan Kecil Menabrak Mata-mata

760 66 1
                                    

... bagian tertentu di bawah tubuhnya terasa membesar dan dia merasa sesak.

Helen merasa malu karena mengambil permen pelayannya, maka dia yang pada dasarnya pendiam, malah semakin diam. Tidak menyadari kalau Pelayan Kecil telah tersenyum bodoh di belakangnya sejak tadi.

Akhirnya, permen di mulut Darian habis, dan mereka tiba di lapangan luas pusat pasar yang telah ramai didatangi beberapa bangsawan.

Mata Darian berbinar ketika dua prajurit bawahan Gavin datang dengan dua lentera. Dia langsung bertukar barang belanjaannya dengan lentera. Dua prajurit melihat tingkah Darian yang menurut mereka cukup lucu. Dalam sekejap, suasana hati Darian naik lagi.

"Ini lentera Tuan Yang Mulia..." Darian menunduk sesaat setelah memberikan lampion ke Helen, lalu berkata, "Sata tahu acara ini untuk mengenang anak salah satu bangsaean yang telah meninggal. Saya dengar, dengan pelepasan lentera bisa menuntun jiwanya ke tempat yang damai, dan kita seharusnya memanjatkan doa untuk anak bangsawan itu... tapi ... Saya selalu melewatkan festival melepas lentera sebelumnya, dan tidak bisa memanjatkan keinginan saya. Maka... "

Helen tidak sabaran dengan cerita panjang Darian, langsung menyela, "Kau mau apa?"

"Menuliskan keinginan saya di lentera, Tuan Yang Mulia."

Helen pikir Darian ingin memanjatkan doa kepada ibunya yang telah meninggal, maka dia tidak merasa keberatan. "Tulis saja."

Gavin tanggal situasi dan segera menyerahkan alat tulis ke Darian.

Darian agak menunduk malu ketika berkata, "Saya buta huruf, Tuan Yang Mulia."

Helen tersentak dengan pengakuannya. Berapa usia pelayan kecil ini? Kenapa dia masih belum bisa membaca-tulis?

Mengambil alat tulis yang diberikan Gavin, Helen lantas berkata, "Besok kita akan belajar."

Darian mengangguk saja, lalu menyodorkan lenteranya ke arah Helen.

Gavin membantu memegangi lentera Helen ketika gadis itu terlihat kesulitan.

Helen agak membungkuk ketika di depan lentera yang dipegang Darian. Bertanya, "Apa keinginanmu?"

Darian melihat sekitar mereka, ada dua prajurit dan Gavin. Dia agak malu mengatakan keinginannya kuat-kuat.

"Eum, Tuan Yang Mulia, saya dengar, kita tidak boleh mengatakan keinginan kita kepada orang lain. Nanti sulit tercapai."

Helen mengehela napas, tampaknya menahan kesal. Tiga pria dewasa di sana siaga kalau-kalau 'sakit' Helen kumat.

Ternyata Helen tidak lepas kendali.

"Kalau kau tidak mengatakannya, bagaimana aku menuliskannya?"

Darian mencondongkan badannya ke depan. "Aku akan membisikkannya."

Gavin memerhatikan Darian mencondongkan badan ke arah Helen, membisikkan sesuatu. Dia merasa tidak nyaman, malah berharap bisa menjadi anak-anak lagi.

Helen menatap lama Darian setelah pelayan kecil itu membisikkan keinginannya. "Kau yakin?"

Darian mengangguk mantap, tersenyum lebar.

Helen tidak punya pilihan selain menuliskan saja keinginan Darian. Dia tidak menduga kalau perkiraannya salah.

Darian merasa malu kalau hanya dia sendiri yang menulis, maka dia bilang, "Tuan Yang Mulia juga tulis keinginan."

Helen ragu-ragu sejenak, tetapi setelah melihat wajah bahagia Darian yang memegang lentera seolah sedang memegang harta berharga, dia juga luluh. Dia menuliskan keinginan di lenteranya.

Little Servant Of The Princess [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang