04. What?!

275 46 5
                                    

Jeno terbangun tepat pukul lima sore. Dia sudah tertidur selama hampir lima jam dan saat dia bangun, Mark masih tak ada di sisinya. Jeno bangkit dari ranjang, meraih handuk dan berjalan menuju ke kamar mandi yang kebetulan ada di dalam kamar. Sungguh, Jeno sangat bersyukur saat menyadari ada kamar mandi di dalam kamar Mark. Jeno tak dapat membayangkan jika dia harus berbagi kamar mandi dengan yang lain.

~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~


Dengan hanya berbalutkan handuk, Jeno berjalan ke luar dari kamar mandi dan nyatanya, Mark tampak sudah kembali dan duduk di tepi ranjang, menatap kekasihnya dengan seringai di bibirnya

Gadis Cantik berambut hitam itu melipat tangan di depan dada.

"Kupikir, kakak akan pulang saat makan malam nanti" ujar Jeno, berjalan menuju ke lemari kayu yang ada di sudut ruangan dan meraih pakaiannya. Jeno sudah meletakkan pakaiannya ke dalam lemari, bersebelahan dengan pakaian Mark.

"Kupikir, kau akan bangun saat makan malam nanti. Nyatanya kau bangun lebih awal" Mark meniru ucapan Jeno seraya terkekeh sebelum bangkit berdiri dan menghampiri kekasihnya. Mark melingkarkan lengan kekarnya di perut Jeno dan menyandarkan dagunya di pundak gadis itu.

"Aku suka aroma tubuhmu setelah kau mandi. Sangat segar dan memabukkan" Mark menghirup aroma tubuh Jeno sebelum mengecup pundak telanjang kekasihnya. Jeno terkekeh saat nafas Mark menyentuh kulit lehernya. Geli.

"Menjauhlah, Minhyungie. Aku harus mengenakan pakaianku. Aku akan membantu memasak untuk makan malam" Mark terkekeh mendengar ucapan Jeno. Bibir merah muda pemuda itu kembali mengecup pundak telanjang Jeno.

"Apa kau tahu? Dapur di rumah ini tak pernah digunakan. Sekalipun"

Jeno mengernyit sebelum berbalik, menatap Mark heran.

"Benarkah? Lalu, siapa yang akan memasak makanan untuk kalian?"

"Jika kau berpikir Summer ataupun Celly bisa memasak, kau salah besar, Babe. Kedua gadis itu tak bisa memasak. Begitupun para pria di sini. Jadi, kami tak pernah memasak. Kami akan memesan makanan, setiap harinya begitu"

"Bukankah itu pemborosan?" tanya Jeno.

Mark menggeleng.

"Tidak sama sekali. Terkadang, kami mendapat makanan gratis. Kami punya trik sendiri untuk mendapat makanan gratis" Mark kembali melingkarkan lengannya di pinggul Jeno.

Jeno mengangkat satu alis.

"Trik seperti apa?" tanya Jeno, penasaran.

"Kau akan mengetahuinya nanti"

Dengan cepat, pemuda beralis camar itu menyatukan bibirnya dengan bibir si cantik, melahapnya dengan cukup ganas. Tangan Mark bergerak ke punggung Jeno dan hendak menarik handuk yang melilit di tubuh kekasihnya itu dengan sekali hentakkan namun, Jeno segera bertindak dengan menggigit bibir bawah Mark, membuat si tampan menjerit pelan dan mundur selangkah.

"Aw, apa yang kau lakukan, babe?!"

Jeno terkekeh.

"Keluarlah. Aku harus berpakaian. Aku baru selesai mandi, Minhyungie"

"Lalu, kenapa aku harus ke luar di saat aku sudah terbiasa melihatmu tanpa busana sekalipun. Come on, babe" Mark memutar bola matanya. Jeno mendorong dada Mark perlahan dan menyeringai nakal.

"Jika kita melakukannya sekarang, kita tak akan melakukannya nanti malam. Kau tahu, sekarang sudah sangat dekat dengan waktu makan malam"

Seringai muncul lagi di bibir Mark. Pemuda beralis camar itu kembali mendekati Jeno dan mengecup singkat bibir si cantik sambil berkata.

Paper Airplane (Discontinue)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang