"Awal dari sebuah Perubahan"
"Karna adanya Sebuah Tindakan"
-
Em...A... Mas Mau...Mas Reza Berbicara terbata bata, seakan ingin mengatakan sesuatu tapi ia tahan. Aku masih terduduk membelakangi tubuhnya, Sama sekali tak berani membalikkan badan. Aku semakin merasa Deg Degan saat Mas Reza terasa bergerak menatap punggungku, Pikiranku sudah Melayang Kemana mana.
Ah.... haruskah sekarang juga...." Am...e... Kamu jangan tersinggung ya Mas gak maksud Apa apa tapi.. sepertinya Mas... Mau..." katanya, lagi lagi terhenti henti.
" Mau Apa Mas?" Akhirnya Aku me loloskan Rasa penasaranku. Kini aku membalikkan badanku menatapnya, jadilah kami saling menatap. Aku melihat kegelisahan di Matanya, Mamun Aku tak mengerti karna apa.
" Mas Mau... tidur di sofa saja, Mas tau kamu kurang nyaman kalau harus berbagi ranjang sama Mas. Em.. Mas juga tau kamu belum siap, jadi Mas Pilih tidur di sofa saja" ucapnya sambil menunjuk sofa panjang yang ada di sebelah ranjang tidurku.
Akhirnya ia mengutarakan Apa yang ia tahan tahan sedari tadi. Aku tak menyangka Mas Reza bisa sepengertian itu. Padahal aku belum mengutarakan apapun atau bahkan dia begitu peka melihat Gestur ku.
Aku menghela nafas panjang, sebenarnya apa yang ia bilang sangat tepat sekali aku belum siap akan perubahan yang terjadi. Aku menatapnya tersenyum manis, seolah berkata 'tidak apa apa'
"Em.. Mas sendiri Kurang Nyaman ya kalau tidur sama Nuna?" kataku. Aku tak tega jika melihatnya harus tidur di sofa seberang ranjangku.
" Sedikit, Mungkin juga karna belum terbiasa dan terlalu cepat situasinya berubah." jawabnya. Sebenarnya kita berada di posisi yang sama, Perasaan yang sama. Mungkin itu yang membuatnya mengerti.
"Jadi kalau nanti kita pindah ke rumah Mas, gantian Nuna yang tidur di sofa ya?" tanyaku. Ia seketika menggeleng.
"Dimana pun kita tinggal, tetap Mas yang akan tidur di sofa." jawabnya.
"Kalau Nuna tidak keberatan buat berbagi ranjang, Mas mau tidur sama Nuna?" tanyaku.
"Kenapa? Kasihan sama Mas?" tanyanya, Mungkin ia kaget mendengar pertanyaanku. Aku hanya menggeleng menjawabnya.
"Kita ada di posisi yang sama Dek, Mas tau kamu belum siap Gak usah dipaksakan." Jawabnya dengan lembut.
"Aku nggk kasihan sama Mas, Tapi Percaya. Aruna percaya Mas Reza gak akan melebihi batas. Kita udah kenal satu sama lain dari kecil. Bahkan mungkin waktu Aruna lahir Mas udah kenal Aruna terlebih dulu karna saat itu usia mas 7 tahun. Aku pernah di ceritain sama ibu kalo pas Nuna masih bayi Mas sering banget main ke rumah ibu buat nungguin aku kalo ibu harus nyuci baju. Dan Mas jagain Nuna dengan baik."
Lagi lagi mas hanya tersenyum, tapi bedanya yang ini lebih manis lagi. Aku baru menyadari bahwa Mas Reza terlihat begitu tampan dan berwibawa. Meski usianya menginjak 32 tahun tapi sama sekali tak mencerminkan usianya. Ia terlihat lebih muda bahkan mungkin bisa dibilang terlihat seusia denganku. Aku akui itu meskipun aku belum merasakan apapun untuknya. Termasuk Cinta, ya aku belum mencintainya.
"Mas bukannya gak mau tidur sama Aruna, Mas makasih banget Aruna percaya sama Mas, tapi kamu harus tau Mas laki laki Normal. Kalau semisal Mas cuma berniat tidur sama kamu tapi tanpa sadar Mas lakuin Sesuatu yang lebih dari itu kamu siap?" seketika aku menggeleng Mendengarnya, Sungguh aku belum siap untuk hal itu Membayangkannya saja tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Brother As Husband
RomanceDalam Hal ini aku tidak akan menceritakan bagaimana sakitnya perpisahan. Justru sebaliknya, Aku akan menceritakan Bagaimana Tuhan memberikan kebahagiaan meski terkadang tak sesuai dengan Keinginan. Tidak ada satu hal pun yang luput dari pantauan hat...