David pikir, ini bodoh.
Pergi sama Sonya entah ke mana dan mau ngapain tepat setelah mereka menyelesaikan ibadah hari minggu mereka. David masih dengan setelan celana jins dan sweaternya, dan Sonya dengan setelan baju lengan panjang serta rok polos. Duduk berdua di kursi penumpang sebuah taksi online yang dipesannya semata-mata karena paksaan gadis itu.
"Dav" Sonya mengguncang-guncangkan lengannya yang lagi asyik melihat-lihat pemandangan keluar jendela.
"Ape?" sewot David, udah biasa menghadapi kelakuan random gadis itu yang sebetulnya kadang-kadang di luar batas wajar.
"Kenapa sih? Lo masih marah ya kita enggak langsung pulang?"
David memicing. Sebagai teman Sonya sejak SMP, kadang-kadang dia enggak ngerti deh sama anak itu.
"David sayang" panggil Sonya lagi, kali ini dengan nada yang membuatnya bergidik tapi akhirnya ketawa juga.
"Berisik 'Nyaaa, ini kita mau kemane sih?"
Bukannya menjawab, Sonya malah menguap lebar-lebar. Membuat David mengulurkan tangan untuk menutupi mulut gadis itu yang menganga. Lalu iseng saja, Sonya being Sonya mengecapkan mulutnya ke tangan David.
"Iiiih tutupin napesih!" David makin sewot, sementara yang menjadi obyek kesewotannya cuma ketawa.
Waktu kemudian taksi mereka berhenti di depan sebuah mal, Sonya segera membayar ongkos mereka berdua dan berterimakasih. Tapi David masih belum juga bergerak.
"Lo kenapa sih 'Nya? Random amat"
Sonya berdecak, menarik tangan David keluar dari mobil yang mereka tumpangi dan tidak melepaskan tangan mereka sampai keduanya masuk ke pusat perbelanjaan yang sejak dulu sering mereka libatkan dalam pelarian-pelarian kecil mereka ketika mereka masih anak sekolah menengah pertama.
Tujuan pertama Sonya tentu saja ke area bermain. David menghela nafas, memutuskan untuk mengikuti permainan kecil sahabatnya yang nampaknya tengah bersemangat melemparkan bola ke keranjang bola basket. Lagipula hari ini dia juga enggak mau kepikiran banyak hal. Tapi setelah beberapa permainan dan teriakan kemenangan yang didominasi dari pihak Sonya, mereka memutuskan untuk menyudahi sesi bermain mereka.
"Lo mau cerita sekarang, atau apa?" Tanya David waktu mereka duduk di bangku marmer, tidak jauh dari penjaja crepes kesukaan Sonya dulu.
"Apa siiiiih"
Ye, malah ketawa.
"Alah udah deh gue kenal elo dari kapan sih 'Nya? Pasti ada yang lo sembunyiin kan, ngaku!" David sewot lagi. Biasanya kalau David lagi kayak gitu, Sonya malas menanggapi. Tapi kali ini Sonya cuma tersenyum sok penuh rahasia, membuat David semakin penasaran ada apa sebenarnya dengan anak itu.
"Apa sih Dav, gue enggak kenapa-kenapa kok"
Bohong. Jangan-jangan dia lagi ada masalah di rumah? David lupa kadang-kadang Sonya memang tidak pernah menunjukkan perasaannya terang-terangan, terutama ketika gadis itu sedang dirundung masalah. Rasa bersalah seketika menggerayanginya.
"Lo habis dimarahin nyokap lo kan? Kenapa? Lo berantem lagi sama Ev?"
Iya. David yang emang udah sering main ke rumah Sonya sejak SMP tentu tahu alasan utama Sonya sering banget dimarahin sama mamahnya. Yaitu karena gangguin adiknya sendiri, Evelin.
"Dav"
"Apa? Lo ngapain? Sini cerita sama gue" cecarnya.
"Dav gue-"
"Hm? Apa? Lo mau crepes?" David bangkit, mengedarkan pandangannya ke seluruh lantai seolah mencari stand penjual crepes, kemudian berkilat senang ketika ia menemukan stand penjual crepes kesukaan Sonya. "Tuh! Masih ada crepesnya 'Nya, gue beliin-"

KAMU SEDANG MEMBACA
Fivenally
RomanceTentang Yudhis yang selalu menunggu akhir pekan datang, Awan si Pemuja Rahasia, Adimas dan Anjani, sahabat kecil Wildan, serta kejutan untuk David.