Physical Touch

151 11 9
                                        

Wildan suka sekali bagaimana bahunya dan Caca bersentuhan setiap mereka duduk di bus yang mereka tumpangi sepulang sekolah.

Bagaimana Caca akan memilih tempat duduk di sebelah jendela dan kemudian mencurahkan seluruh perhatiannya ke jalanan. Kadang-kadang Caca juga menyibukkan diri dengan buku bacaannya. Entah itu novel atau buku-buku komik yang ia pinjam di perpustakaan sekolah dan rentalan lalu sesekali menceritakan bagian-bagian yang dirasanya menarik.

Wildan paling suka kalau Caca bilang ada karakter yang mirip dengannya. Terutama kalau dia lagi baca seri terbaru komik detektif kesukaannya. Caca selalu berisik tapi di bus sepulang sekolah, Caca enggak pernah banyak ngomong. Kecuali sesekali. Kayak waktu dia tiba-tiba bilang: "Lo mirip Heiji Hattori, Dan"

Dan meskipun kayaknya Caca udah bilang begitu ribuan kali, Wildan akan tetap melongok untuk melihat halaman yang dibaca gadis itu demi membuat kepala mereka saling berantukan.

"Yang mana coba?"

"Yang ini" Caca menunjuk salah satu panel yang memuat gambar anak laki-laki berkulit gelap dengan topi baseball yang dipakai terbalik dan terlihat congkak bongak. Lalu Wildan akan mundur dan menjitak pelan kepala Caca kayak biasanya. Iseng aja. Cuma biar Caca balas mengeplak pundaknya ringan sembari ber-"Ih!" keras seperti setiap saat kalau perilakunya udah mulai menyebalkan menurut Caca. (Dan Wildan suka menjadi menyebalkan kalau itu berarti dia bakal dikeplak sama Caca).

Kalau Caca lagi malas baca buku, biasanya dia akan membagi headset-nya yang memutar lagu-lagu dari boyband korea kesukaannya. Wildan emang enggak terlalu ngerti sih (meski dia udah di titik hafal lirik awal lagu Sorry Sorry-nya Super Junior). Tapi dia pikir enggak masalah, karena dia suka saat gadis itu memasangkan headset di telinganya dan kulit mereka bersentuhan.

Pokoknya Wildan suka perjalanan sepulang sekolah yang selalu terasa lebih lama. Suka bagaimana ketika terik sinar matahari meringsek masuk melalui jendela, Caca merapatkan diri ke arahnya tanpa merasa canggung.

Seperti siang itu waktu udaranya kian beringsang karena matahari yang lebih terik dari biasanya. Anak-anak rambut Caca menempel di sisi-sisi wajahnya karena basah oleh keringat dan sesuatu di perut Wildan seperti bergolak, hal yang udah biasa disebabkan gadis itu.

"Yah, penuh Dan" keluh Caca melihat tak ada satupun tempat duduk yang kosong dan banyaknya anak-anak lain di belakang mereka yang masih berdesakan untuk masuk.

Wildan cuma mengedikkan bahu, mengisyaratkan dia tetap ingin masuk mengingat mereka udah menunggu cukup lama sejak siang tadi. Hal yang rupanya disetujui juga oleh Caca karena gadis itu telah mendahuluinya naik kendaraan bermotor beroda empat tersebut dan Wildan pikir Caca mungil sekali. Berdempet-dempetan bersama anak-anak lain dengan tas ranselnya serta kedua tangan memeluk totebag ukuran sedang bergambar Avengers yang memuat buku-buku paket acuan belajarnya. Membuat gadis itu harus sedikit berusaha untuk berpegangan pada susuran tangan di jendela.

Beda sama Wildan yang setiap hari cuma membawa satu buku tulis untuk semua mata pelajaran, Caca emang selalu ngejadwal lengkap. Bahkan meski mereka udah kelas dua belas seperti sekarang dan kegiatan belajar-mengajar mereka cuma diisi sama mapel-mapel yang akan diujikan untuk ujian nasional.

Wildan melirik lagi ke arah gadis yang tengah menggembungkan pipinya dan memeluk totebagnya erat dengan kedua tangan, berusaha keras menyeimbangkan tubuhnya hanya dengan kedua kakinya. Wildan memang enggak tahu sejak kapan perasaannya untuk sahabatnya yang udah kayak antitesis dirinya itu, se-klise apapun kedengarannya, perlahan-lahan mulai berubah. Ia enggak ingat sejak kapan pegangan tangan Caca di kausnya saat mereka boncengan naik sepeda suatu sore menjadi sesuatu yang bisa membuat irama detak jantungnya kocar-kacir enggak karuan (sampai dia oleng dan akhirnya mereka nyusruk). Atau sejak kapan senyum dan tawa gadis itu menjadi sesuatu yang ingin ia lihat setiap hari.

FivenallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang