Quality Time

276 13 15
                                        

"Mas Yud, duluan ya"

Yudhis melonggarkan ikatan dasinya yang sedikit mencekik, meraih segelas kopinya dan mengabaikan satu-persatu rekannya yang berpamitan lebih dulu.

Baiklah, mungkin kecuali Awan. Si anak magang yang baru masuk ke kantornya itu beberapa minggu lalu.

Yudhis sedikit memutar kursinya untuk mengangguk pada pemuda itu dan menyerukan "Hati-hati Wan" pelan sebagai jawaban.

"Lo enggak balik Mas?"

Yudhis melirik jam di dinding yang berdetik.

"Dikit lagi" sahut lelaki itu.

"Salam buat Mbak Lea deh kalau gitu" Awan tersenyum penuh arti.

Yudhis cuma mengangguk diikuti tawa kecil, "Happy weekend, Wan" balasnya, yang dibalas Awan dengan senyum ramah-tamah sebelum sosoknya menghilang setelah seharian menemaninya berkutat dengan pekerjaan.

Weekend ya...

Yudhis memang selalu menunggu-nunggu datangnya akhir pekan.

Bagi Yudhis akhir pekan selalu bagaikan satu-satunya penawar letih dari hari-hari kerjanya. Jeda yang ia butuhkan karena kadang pekerjaannya membuat ia ketakutan memikirkan betapa hidup seseorang bisa dihabiskan dengan hanya melakukan hal yang itu-itu saja bahkan meski di titik ini ia sudah terbiasa.

Nine to five, what a way to make a living; barely getting by, it's all taking and no giving.

Yudhis pikir sepadan. Menghabiskan enam hari sebelumnya di balik kubikelnya selama tujuh jam atau lebih sampai ia akhirnya bisa bangun pagi-pagi sekali di atas kasurnya pada penghujung minggu. Menikmati awal harinya dengan bermain basket di bawah bersama tetangga-tetangga apartemennya lalu kembali santai-santai menyeduh kopi di pantri di unitnya.

Tidak akan ada pekerjaan yang menumpuk untuk ia selesaikan. Tidak ada keharusan bekerja hingga melebihi jam kerjanya dan yang lebih penting lagi tidak ada kejaran deadline.

Dan Kalea.

Bibir Yudhis kembali menyungging senyum hanya memikirkan satu nama yang telah menjelma menjadi penghujung minggunya. Entah sedang apa kekasihnya yang baru minggu kemarin memutuskan untuk pindah tempat kerja itu, Yudhis bahkan belum sempat meneleponnya lagi hari ini.

Tapi ah sial, harus banget ya Awan itu? Menyebut satu nama yang segera membuat Yudhis meregangkan otot-otot jemarinya lagi lalu kembali pada kursor di layar laptopnya yang berkedip jengah seolah-olah tidak sejak tadi Yudhis memikirkan si empunya nama.

Bahkan hingga akhirnya ia berada di dalam mobil yang membelah macet jalanan kota petang ini, ia hanya bisa berharap perempuan itu akan mengunjunginya pagi-pagi seperti biasa.

Yudhis memang hanya sempat mengirimkan beberapa pesan teks lewat aplikasi pesan instan. Basa-basi menanyakan bagaimana harinya di kantor barunya meski ia tahu tidak ada yang tidak bisa ditangani oleh perempuan itu karena she's Kalea for goodness' sake. Kaleanya yang selalu punya cara untuk memenangkan hati semua orang yang ia temui.

Yudhis ingat pertama kali mereka bertemu di kantor tempatnya bekerja, dulu sekali waktu mereka masih cuma lulusan sarjana dari universitas yang sama. Yudhis payah sekali waktu itu, sementara entah bagaimana Kalea bisa dengan cepat beradaptasi dengan lingkungan kerja mereka dan bahkan membantunya menyesuaikan diri sedikit demi sedikit.

Yudhis suka sekali setiap Kalea memberinya arahan usai rapat meski ia lebih sering menemukan dirinya lebih memperhatikan raut wajah perempuan itu daripada apa yang dikatakannya. Kadang-kadang Kalea bahkan akan repot-repot membawakannya bekal makan siang karena dia tahu Yudhis seringkali melewatkan jam makan siang hanya demi menyelesaikan pekerjaannya.

FivenallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang