"Udah dong nangisnya udah gak makan lagi nih" pinta Fino yang telah mengendong Fano ala koala dan menimangnya ke kanan ke kiri.
"Jahat hiks kanibal hiks." Fano tak mau mendengar ia masih betah dengan tangisnya.
"Bukan kanibal Ano. Kami cuma makan daging kelinci loh bukan manusia." koreksi Andri. Ia binggung kenapa adik imutnya itu terus mengatakan 'kanibal'.
"Hiks Kelinci imut hiks mereka lucu hiks kan mereka temen Ano hiks kok hiks malah hiks dimakan huaa!" astaga mereka lupa!
Fano menganggap kelinci itu temannya. Karena dia pernah bilang ' kelinci itu imut, lucu, kaya Ano. Jadi, sekarang mereka temennya Ano.' Itu ucapan polos anak umur 10 tahun. Mereka berdua masih ingat betapa terbahaknya Rayan menceritakan hal itu. Ngomong-ngomong semua orang dikeluarga itu ketularan prinsip Ryan. Ada yang inget prinsip Ryan apa?
"Tenang yah gak bakal lagi kok cup cup cup kok bayi gede Abang cenggeng banget yah. Akh!" ujar Fino dan yah ia langsung berteriak karena bahunya digigit Fano.
"Bang Fin gak asik! Mau sama Bang Stef!" marah Fano dan memilih turun dari gendongan Fino. Walau dengan langkah bergetar dan pelan, Fano meninggalkan kedua orang yang masih belum mencerna situasi. Mereka berdua hanya menatap punggung Fano yang mulai menghilang dibalik pintu masuk Kafe.
1 detik
2 detik
3 detik
1 menit
Ck lama amat dah cape ngitungnya.
5 menit
10 menit
"Astaga Ano!" ucap mereka bersamaan dan berlari mengejar Fano yang mungkin telah jauh. Maaf anda telat.
*****
"Gak papa cuma Shok doang!" ujar Adra santai. Ia memilih menidurkan dirinya disamping Stef."Bener gak papa, Dra?" tanya Setiawan kurang yakin. Karena ia juga heran sekaligus khawatir melihat Stef tiba-tiba tumbang.
"Gak papa Ayah! Udah ah Adra capek mau tidur. Mumpung gak ada jadwal operasi." balas Adra seraya memilih memeluk tubuh atletis Stef dan menjadikkan tangannya sebagai bantalan kepala Steffan.
"Kalo tidur dia imut juga yah. Kalo bangun serem kaya Papih." celetuk Adra tanpa sadar membangunkan seekor singa yang tertidur.
Tama telah menatap tajam putranya itu. Sementara Setiawan menahan geli. Ternyata semua mengakui betapa horornya wajah kakaknya itu.
"Oh ya. Emang ada apa sih sampe Stef bisa shok begini?" tanya Adra Sengaja mengalihkan pembicaraan akibat keceplosannya itu. Ia lupa juga menanyakan alasan Stef pingsan. Ia terlalu khawatir saat Ayahnya menelpon dan menyuruhnya ke kantor dan berkata adiknya pingsan. Ia kira Fano. Eh ternyata Stef. Eh tunggu! Dimana Fano?!
"Tunggu! Dimana Ano?! Kalian titipin dia ke siapa?" tanya Adra. Ck dikira Fano bayi apa main dititip-titip. Eh Fano bayi besar ketang hehe.
"Apa dokter abal-abal itu belum datang?" tanya Adra lagi.
Setiawan dan Tama menautkan kedua alis mereka.
"Dokter abal-abal?" tanya Setiawan mengulang ucapan Adra.
"Iya ituloh anak mata duittan Papih. Cuma disuruh nyuntik Ano aja dia minta bayaran. Astaga kenapa dia bisa kaya gitu yah? Nurun dari Rayan kakaknya." ujar Adra. Kenapa selalu Rayan yah yang disalahkan?
Bener thour astaga kenapa semua suka nyalahin Ray yang gans ini yah? - Rayan
Gans dari mana? Tugu monas?!-_- Arthour
Ada yang lemot virus Rayan. Ada yang matre pun virus Rayan emang Ray penyebar virus ya?- Rayan
Alhamdulillah kalau kamu sadar nak:')- Arthour
"Siapa?" tanya Tama.
"Andri siapa lagi? Dia juga ikut Fani waktu itu karena uang jajan ck." Adra berdecak.
"Ouh." Tama dan Setiawan mengangguk mengerti.
"Jadi, ada apa?" tanya Adra lagi.
"Ano hilang." balas Setiawan.
"Apa!"
T.B.C
KAMU SEDANG MEMBACA
F O R W ( M ) E 《Sequel+Spin Off Fano》
General FictionSEQUEL + SPIN OF FANO "Sebut aku 'Si Aneh' ya, aku memang 'Aneh' bukan kelakuanku bukan pula sifatku. Namun yang membuatku aneh adalah WAJAHKU. Ya, wajah ini. Wajah yang bisa meniru bahkan menyerupai suatu bentuk wajah seratus persen. Akulah 'Si Ser...