Aku ternyata bukan bagian darinya
~Amelia~
"KAU TIDAK BISA SEENAKNYA!" teriakkan ibu kini terdengar.
Entahlah apa yang mereka katakan di ruang tamu. Walaupun dapur agak jauh dari ruang tengah tapi aku bisa merasakan suasana mencekam setelah ibu berteriak.
"KAMI AKAN MEMBAWANYA DENGAN ATAU TANPA PERSETUJUANMU!" suara itu asing ditelingaku mungkin itu tamu tadi.
Ya, pada malam ini untuk pertama kalinya dalam kehidupanku. Keluarga ini kedatangan tamu. Kenapa? Hei! Siapa yang mau bertamu ke rumah di ujung tebing yang langsung bertemu dengan hamparan lautan luas? Gila namanya! Dan kami orang yang tinggal pun sama. Ah tidak! Bahkan lebih gila lagi.
Setelah teriakkan itu aku mendengar suara pintu yang ditutup keras. Tak lama, ayah dan ibu datang menghampiriku. Lalu mereka mengajakku untuk kembali ke kamarku. Aku hanya menurut. Setelah sampai mereka mewanti-wantiku untuk tidak keluar. Dan aku kembali hanya bisa menurut.
Mereka berdua pun keluar dari kamarku dan menguncinya dari luar. Tak lama aku mendengar suara ribut dari sebelah kamarku yaitu kamar Kakakku.
"Kau mau membantu Ayah Nura?" itu suara Ayah.
Apa yang akan ayah minta pada kakak?
"Tentu apapun akan Nur turuti, Yah." balas kakak.
"Amelia adalah adikmu bukan, Nur? Apakah kau mau membahagiakannya?" tanya Ayah lagi.
"Iya Ayah. Nur mau." jawab kakak terdengar yakin.
"Kau adalah kakak. Kau harus bisa dewasa dan menerima takdirmu. Keluarga kita mungkin tak diakui namun kita tetaplah bagian dari sebuah masyarakat. Nur demi memberikan masa depan untuk adikmu siapkah kau untuk tidak diakui?" tanyanya.
"Ya," jawaban yang mungkin akan kakak sesali suatu hari nanti.
Hingga aku mendengar suara langkah kami keluar menuju dapur yang ada disebelah kamar kakak. Tak beberapa lam aku mendengar teriakkan Kakak. Ah! Apa yang sebenarnya terjadi disini?!
"ARGH!!!"
Aku terus mencoba mendengarkan dibalik penghalang papan yang menghalangi aku melihat apa yang sebenarnya terjadi. Aku sangat geram kala mendengar teriakkan kakak yang semakin keras. Aku ingin berteriak namun rasanya suara ku tercekat kala aku mendengar kembali teriakkan serta rintihan kakak.
"I-bu pa-nas!" itu suara kakak.
Astaga apa yang sebenarnya terjadi?! Siapapun katakan padaku!
"Tenanglah, Nak! Ini akan segera berakhir, Nak." balas ibu seperti marah.
"Terima kasih, Nak. Kau pahlawan kami." itu suara ayah yang kini ku dengar sangat pilu.
Keringat dingin mulai membasahi keningku. Aku tak tahu harus apa? Aku ingin tahu apa yang terjadi kepada kakak.
"Ibu apa yang terjadi?!" teriakku karena tidak lagi mendengar suara dari kamar kakak.
"Ibu! Ayah! Kakak!" panggilku mulai panik.
"Ibu! Ayah!" teriakku lagi.
Ya ampun bagaimana ini aku tak bisa keluar.
Dor...Dor...
Malah suara tembakkan yang aku dengar. Ya ampun ada apa ini! Aku semakin panik! Sampai aku mengigat jendela dikamarku. Aku langsung membukanya dan melompat keluar. Tak perduli dengan mawar ibu yang aku injak aku langsung menuju ke dalam rumah lagi melalui pintu belakang.
Dan lihatlah apa yang aku dapatkan saat setelah sampai di kamar kakak. Mereka tertidur dengan saling berpelukkan dengan kakak yang berada ditengah-tengah. Dan wajah kakak yang berada di dada ayah. Mereka terlihat seperti keluarga bahagia. Hah! Hiks...hiks...hiks... andai itu benar!
Aku tak kuasa menahan tangisku. Aku meraung dan berteriak memanggil ayah, ibu dan kakak. Tapi mereka tetap diam dalan posisinya dan tak bergerak sedikit pun. Mereka tak perduli dengan cairan merah yang mulai mengotori seluruh tubuh mereka dan mereka tak perduli dengan aku yang terus menangis.
Triple Up
T.B.C
KAMU SEDANG MEMBACA
F O R W ( M ) E 《Sequel+Spin Off Fano》
Ficção GeralSEQUEL + SPIN OF FANO "Sebut aku 'Si Aneh' ya, aku memang 'Aneh' bukan kelakuanku bukan pula sifatku. Namun yang membuatku aneh adalah WAJAHKU. Ya, wajah ini. Wajah yang bisa meniru bahkan menyerupai suatu bentuk wajah seratus persen. Akulah 'Si Ser...