"LOH KOK ADA DUA!" teriak semua kecuali Ryan, Tama, Setiawan, Fano, Fani, dan Adra.
"Ani! Lepas!" perintah Adra mutlak. Fani pasrah dan melepas topeng yang melekat diwajahnya.
Semua menatap terkejut melihat wajah Ani.
"Adek abang hebat!" puji Fino seraya mengacak rambut Fani yang disebelahnya.
"Bang! Mirip gak?" tanya Fani tak menanggapi pujian Fino.
Fani membandingkan wajahnya dan Ano."Dari kemarin kalian juga mirip." ucapan Adra dianggukki Fano.
"Bukan! Maksudnya udah mirip Ano gak?" Fani tetep keukeuh.
"Mirip!" balas Adra. Ia sedang tak mood untuk bertengkar lagi.
"Ano kok diem aja? Ano sakit tenggorokkan?" tanya Ale.
Semua langsung menatap Fano kecuali Fani dan Adra yang menatap tajam Ale.
"Eh eh Ale salah nih Bang? Kak?" tanya Ale gugup saat mendapatkan tatapan tajam dari Adra dan Fani. Sedang Fano yang mendengar itu hanya menunduk.
"Eh gak usah sedih. Kan latihannya baru sebulan. Tadi aja Ano udah bisa jalan ya gak? Tenang Abang akan bantu Ano yah!" ujar Adra seraya mengelus kepala Fano yang duduk disampingnya.
Fano hanya mengangguk lesu sebagai jawaban. Ia merasa tak berguna dan menyusahkan dengan keadaannya ini.
"Hei siapa yang bilang begitu? Ano adalah tanggung jawab kami." ujar Stef seperti tahu pikiran adiknya itu.
Fano yang mendengar itu mendongkak dan memamerkan senyum manisnya.
"Aaaah Abang bisa diabet Dek!" pekik Fino dan Ale lebay. Jika kalian tanya kenapa Rayan tak ikut. Karena Ray dari tadi telah sibuk dengan makanannya. Dia juga sedang marah karena ditodong pistol tadi.
*****
"Kamu punya izin mengunakan senjata itu Nak?" tanya Tama."Sebagian ya, dan sebagian lagi enggak." balas Fani tanpa menatap Tama. Ia malah sibuk mengelus rambut Fano yang tertidur dipahanya.
"Dia sering tidur yah." ujar Fana seraya menyelimuti tubuh Fano dengan selimut yang dibawanya.
"Itu mungkin efek samping obatnya juga. Ya gak Bang?" tanya Fino menatap Adra.
"Yah bisa jadi sih." balas Adra secukupnya ia sedang sibuk dengan ipadnya.
"Kamu mau kemana tadi Nak?" kini giliran Setiawan yang bertanya.
"Rahasia. Itu urusanku jika kalian ingin hidup aman lebih baik kalian gak tahu dan jangan bertanya." balas Fani kini menatap tajam Setiawan.
Ruang keluarga itu hening seketika. Fano yang tertidur pun terbangun karena tak mendengar keributan tadi yang mengantarnya ke mimpi.
"K...k...A...K" panggil Fano saat melihat Fani hanya terdiam dan menatap kearah Setiawan. Ia yakin ada sesuatu yang terjadi.
"Iya ada apa? Fano mau pindah ke kamar?" tanya Fani lembut yang hanya dibalas gelengan oleh Fano.
Semua menghela nafas lega. Mereka kira akan terjadi keributan lagi.
*****
"Kak ayolah! Ray pengen coba punya kembaran. Setelah foto kakak boleh rubah lagi." bujuk Rayan lagi. Ia dari tadi sedang membujuk Fani untuk berdandan dan berwajah sepertinya. Namun Fani tak mengidahkan permintaan Ray. Ia sibuk dengan sarapannya dan menyuapi Fano yang sedang ia manjakan. Tentu mendapat delikkan kesal dari semua karena mereka juga ingin memanjakan Fano.Fano yang sudah jengah sarapannya diganggu menatap Fani dan menganggukkan kepalanya dengan tatapan memohon.
"Iya baiklah. Bawel baget sih!" kesal Fani lalu beranjak menuju kamarnya.
Semua yang melihat Fani pergi langsung saling berlomba menuju tempat Fano. Dan yah pemenangnya adalah Tama. Karena dia yang duduk paling dekat dengan Fano.
"Ano lanjut makan disuapi Papih ya." itu bukan pertanyaan itu lebih ke pernyataan Tama. Tama menatap mengejek kepada yang lain.
Fano hanya menurut dan menerima suapan dari Papihnya itu. Karena percuma ia menolak. Mereka akan tetap memaksa dan memasang wajah sedih ataupun memelas mereka. Dan yah mana Fano tega menolak mereka.
Setelah menyelesaikan sarapan. Mereka memilih berkumpul diruang keluarga.Jika kalian bertanya kenapa mereka tak melakukan pekerjaan mereka? Maka jawabannya adalah salahkan Adra yang menyombongkan cutinya. Dan mereka tentu dengan mudah mengambil cuti. Apalagi para tetua yang menjadi pemilik perusahaan.
*****
Fano kini tengah duduk dipangkuan Gunawan. Awalnya Tama dan Setiawan menolak dan ingin Fano duduk dipangkuan mereka. Namun, akibat alibi Gunawan dan anggukkan Fano mereka bungkam. 'Aku baru bertemu dengannya jadi biarkan aku melakukan pendekatan dengan putra bungsuku ini'. Itu yang dikatakan Gunawan. Tentu mendapatkan protesan dari Tama. Hei ia juga baru bertemu dengan Fano. Sementara Setiawan mengalah. Karena ia sadar telah bersama Fano begitu lama dan memberi kesempatan untuk saudaranya. Namun, Tama bungkam saat mendapat anggukkan Fano yang menyetujui ucapan Gunawan.Mereka tengah sibuk menonton kartun spons. Memang tak ada yang keumuran untuk menonton kartun itu diantara mereka. Namun, kalian jangan lupakan 4 monster kecil yang sangat serius menonton kartun itu. Siapa lagi kalau bukan Arya, Arsya dan Angelo, Angela. Anak dari Alex dan Ale. Mereka tengah dipangku oleh para uncle. Arya dipangku oleh Fari. Arsya dengan Ryan. Angelo dengan Stef dan Angela dengan Adra tentunya. Yang lain jangan tanyakan mereka kalah melihat para singa itu.
"Hallo SEMUA! RAY DAN REY COMEBACK!" teriak Ray seraya merangkul seseorang yang mirip dengannya. Ah tidak lebih tepatnya menyeret orang itu.
"Wah bener -bener mirip. Tapi kok yang satu wajahnya datar gitu." tanya Fino.
"Dia nyeret Aku seenaknya. Dan tadi apa Rey? Enak saja aku kembarannya Ano. Bang Adra!" panggil Rey eh Fani.
"Ya?"
"Boleh gak Ani bawa ke rumah? Biar nanti aku ceburin ke air." tanya Fani balik merangkul ah tidak mencekik Ray.
"Ide bagus!" balas Ale semangat.
"Di rumah Ani ada kolam renangnya yah? Boleh dong abang juga ikut. Mau berenang. Di rumah ini gede mah gede tapi kolam renangnya gak ada." lanjut Ale. "Di rumah Ayah juga gak ada." lanuut Ale lagi."Kamu gak lupa kan kalau Fano takut liat kolam renang?" tanya Setiawan.
"Eh iya ya. Lupa. Emang kenapa Ano takut?" tanya Ale. Ia pernah diberitahu Rayan soal itu. Tapi saat minta dicaritakan apa alasannya Rayan malah tertawa sambil memeganggi perutnya.
"Gak takut sih cuma dia gak mau aja kalo liat kolam renang. Soalnya dulu pernah diajak Bang Ray berenang eh Bang Ray malah ninggalin Ano dikolam. Mana tau dia cara naiknya. Katanya cuma diajarin turun belum diajarin naik. Eh malah ditinggal sampe malem. Ketemu sama Ian udah mengigil banget." jelas Ryan semua mengangguk menanggapi.
Sementara Fano malah membenamkan wajahnya didada Gunawan karena malu."Padahal cuma naik tangga yang buat naik. Masih harus diajarin juga hahaha!" timpal Rayan. Adiknya itu polos merepet ke bodoh. Tak sadar diri dia.
"Eh kok basah?" tanya Gunawan saat merasakan bajunya sedikit lembab dibagian depan.
"Loh Ano nangis?" Gunawan langsung panik saat melihat Fano telah menangis dipelukannya. Ia mengusap bahu Fano lembut dan mengumankan kata penenang.
Semua kecuali Fano dan Gunawan menatap tajam Rayan. Mereka tahu pasti Fano menangis karena diledek Rayan. Dan Rayan hanya bisa meneguk silvianya kasar.
T.B.C
KAMU SEDANG MEMBACA
F O R W ( M ) E 《Sequel+Spin Off Fano》
Ficção GeralSEQUEL + SPIN OF FANO "Sebut aku 'Si Aneh' ya, aku memang 'Aneh' bukan kelakuanku bukan pula sifatku. Namun yang membuatku aneh adalah WAJAHKU. Ya, wajah ini. Wajah yang bisa meniru bahkan menyerupai suatu bentuk wajah seratus persen. Akulah 'Si Ser...