"Kau mau pesan Apa Dek?" tanya Bang Stef seraya menyodorkan buku menu padaku. Aku mengambilnya dan melihat-lihat terlebih dahulu menu yang tertulis disana.
Sekarang kami ada dikantin kampus. Ya, aku langsung menyusul Bang Stef saat setelah aku bertemu dengan Steffano. Karena, aku juga malas bertemu dosen disini pasti dia berceramah panjang kali lebar.
"Permisi sepertinya aku mengenalmu." ujar seorang pemuda ah sepertinya dia bukan mahasiswa disini. Mungkin saja dosen dilihat dari pakaiannya yang rapih.
"Siapa yah?" tanya Bang Stef penuh selidik saat melihat Pria itu duduk tanpa permisi dihadapannya.
"Aku seperti mengenalmu. Biarkan aku melihat wajahmu dulu." balas Pria itu.
"Apakah kau Gay?" tanyaku akhirnya. Aku melihat wajah Pria itu langsung menganga tak percaya.
"Astaga! Aku masih normal nona!" marahnya padaku.
"Lalu kenapa kau terus menatap kakakku? Dia seorang Pria kalau kau belum tahu. Dan seharusnya kau menatapku bukannya kakakku karena aku wanita dan seharusnya wanitalah yang menarik perhatianmu." balasku seraya menatapnya jengkel.
Dasar orang aneh.
"Siapa namamu?" astaga dia tak memperdulikkan pernyataanku.
"Kenapa kau menanyakan namaku?!" tanya Bang Stef dingin.
"Ah dingin berrr." ujar Pria itu seraya mengosok-gosokkan kedua tangannya.
"Pergi!"
"Kau menyuruhku pergi?" tanyanya kepada Bang Stef seraya memasang muka binggung yang err terlihat menjijikkan dimataku.
"Tuan! Kami sudah berusaha untuk bersikap sopan padamu. Kami mohon kau pergilah sebelum kami bertindak tak sopan kepada orang yang lebih tua." ucapku memohon. Sungguh aku muak melihat wajah pura-pura memelas itu.
"Siapa dia Bang?" tanya Pria itu kembali menatap Bang Stef. Bang? Ah benar-benar ia sudah belok.
"Aku bukan Abangmu! Dan aku juga bukan pedagang!" balas Bang Stef dingin.
"Kau benar-benar telah belok yah tuan? Abangku lebih muda darimu. Jauh-jauh sana aku masih ingin Abangku normal!" marahku seraya mendorong kecil bahu Pria itu.
"Diamlah! Bang dia pacarmu?" tanyanya kembali menatap Bang Stef dan tak menggubrrisku.
"Dia adikku!" balas Bang Stef tetap dengan nada dinginnya.
"Hah? Adik? Yang mana? Kak Fana? Dia lemah lembut dan keibuan. Kak Fina? Dia kalem ayem. Kak Fani? Gak meskipun agak tomboy aku tahu dia tetap penyayang. Gak seperti dia yang bar-bar dan tukang marah-marah." balas Pria itu. Hah? Kenapa dia mengetahui nama-nama itu?
"Siapa kau? Kenapa kau mengetahui semua itu?" tanya Bang Stef penasaran.
"Astaga jadi sedari tadi Abang gak kenal aku? Kau melupakan adik tertampanmu ini?" balas Pria itu balik bertanya.
"Kau aneh! Sejak kapan Adik lebih tua dari kakaknya?! Tuan sepertinya kau melupakan obatmu dan membuat otakmu itu geser!" balasku.
"Sejak Papih lebih dulu lahir dari Ayah." balasnya enteng. Papih? Ayah? Dia memiliki dua Ayah?
"Ale? Rayan?" ujar Bang Stef bertanya.
"Astaga kenapa Abang hanya mengigat nama kedua bocah tengil itu? Kau melupakan adik tertampanmu ini?" tanya Pria itu seraya menunjuk dirinya. Tampan sih tampan tapi tua!
"Bang Adra?" tanya Bang Stef kepada Pria itu.
"Benar! Seratus untuk Tetua Abang Kecilku Eh..." dia langsung menutup mulutnya saat setelah mengatakan kata terakhirnya.
"Hehehe maaf Bang." lanjutnya seraya menggaruk rambutnya."Dia Fani ah tidak namanya sekarang adalah Amelia Putri Ibraka."
"Hah Kak Fani? Abang gak bohong? Kak Fani udah ketemu?" kaget Pria itu seraya menatapku lekat. Fani? Ah ternyata dia saudra Kak Nura.
Bang Stef pun menjelaskan asal mula kejadian dimana aku kembali ke rumah. Hah aku hanya menatap mereka bergantian. Dalam hati aku berjanji akan menyatukan mereka lagi demi kabahahagiaan Kak Nura.
T.B.C
KAMU SEDANG MEMBACA
F O R W ( M ) E 《Sequel+Spin Off Fano》
Ficção GeralSEQUEL + SPIN OF FANO "Sebut aku 'Si Aneh' ya, aku memang 'Aneh' bukan kelakuanku bukan pula sifatku. Namun yang membuatku aneh adalah WAJAHKU. Ya, wajah ini. Wajah yang bisa meniru bahkan menyerupai suatu bentuk wajah seratus persen. Akulah 'Si Ser...