( 1 ) Kebingungan

34 16 3
                                    


Aku hanyalah seorang anak
kalangan biasa saja, bisa
di bilang aku selalu hidup
dengan keserdhanaa, bersama
Ibu dan adik laki laki ku yang
masih duduk di bangku kelas
6 SD, ayahku telah meninggal
saat aku masih duduk di bangku SMA kelas 10.

sedangkan ibu ku bekerja
sebagai jasa tukang cuci yang selalu di panggil oleh tetangga
saat akan membutuhkan
tenaga kerjanya, dan ke adaan
ini lah yang mengharuskan
ku berhenti tuk bisa menuntut
ilmu saat seharusnya aku memasuki kelas 12 di
karenakan keadaan ekenomi keluarga ku yang tak bisa membayar biyaya sekolah ku.

Bakhan kini ibu ku pun selalu
merasa sakit sakitan, saat ibu
ku yang terlalu memaksakan
dirinya bekerja, alhasil kini 
aku lah yang menjadi tulang
punggung bagi keluarga ku,
dengan mengandalkan hasil
kerjaku di kaffe sebagai
karyawan di sana.

Tok tok tok

"Ra,,Naura bangun nak, ini
udah siang loh nanti kamu
bisa terlambat bekerja..!!"
suara yang menyapa telinga
Naura penuh dengan kelembutan

"Engehh,," dengus Naura yang
kini masih ada di balik
selimutnya dan mengerjap ngerjapkan matanya
menyesuaikan cahaya yang
masuk ke dalam mata nya.

"Em,,iyah bu ini Ara udah
bangun ko bu".

"Ya udah cepet siap siap
terus nanti kalo udah sini
sarapan bareng bareng".

"Iyah bu". Sahut Naura

Setelah memakan waktu
beberapa menit untuk bersiap
siap, kini Naura sudah siap
dengan seragam khas kaffe
Tempat Naura bekerja dengan perpaduan warna merah dan
hitam.

Naura pun melangkah keluar
dari kamar menuju ruang
makan."sini kak ayo sekarang
kita makan".

"iyah bu"jawab Naura
Tiba tiba saat aku dan
ibu ku sedang asik menikmati
makanan adik ku Ardan
berbicara.

"Em,,,kak Ara Ardan
minggu depan mengadakan ujian semester terus Ardan
harus bayar uang ujian
nya, apa kah kakak ada
uang nya,,,??" cicit adiku
saat berbicara mengenai
biyaya ujian nya.

Batin Naura
Bagai mana aku bisa
membayar ujian Ardan,
sedangkan ini adalah awal
bulan, aku baru bisa dapatkan
uangnya saat akhir bulan.

Sepertinya ibu ku menyadari
raut wajahku saat Ardan
membicarakan masalah
uang."nak Ardan bukan kah
ibu selalu bilang gak boleh
berbicara saat makan sayang".

"Maaf ibu, Ardan hanya ingin
menyampaikan saja bu".
Ardan kini hanya bisa
menundukan kepala nya
saat ibu menasihatinya.

"Dek, tadi kamu tanya
soal uang kan, yh nanti
kaka usahain yah biar secepatnya dapet okeh,
intinya kamu harus
bisa sekolah yang pintar
biar nanti bisa banggain
ibu, bapak, dan kakak".
Sebuah senyuman tulus
yang terukir di wajah
cantik Naura.

Tiba tiba Ardan mengangkat
kepala nya dan memandang
sang kaka, dan berkata penuh
dengan semangat menyerukan
Keinginan tuk bisa menjadi
orang sukses kelak."pasti kak,
Ardan gak akan ngecewain
kalian, Ardan juga ingin bisa menjadi dorkter kelak nanti...!!!"

Ibu kini hanya bisa
memandangi kami berdua dengan rasa haru dan
bangga bisa mendapatkan
anak anak yang baik, dan
penurut seperti kami.

Batin bu Ratih
Andai kamu masih ad di
sini mas bersama kami,
dan melihat betapa kuat
dan gigihnya mereka
menghadapi rintangan
demi rintangan.dan maaf
kan ibu mu ini nak belum
bisa bahagian in kalian.

NAURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang