( 9 ) Siuman

3 0 0
                                    


Selamat membaca
*
*
*
Jangan lupa vote and comen

Ibu Santi hanya bisa menggelengkan kepalanya
melihat kelakuan sang anak,
yang bisa di bilang gila pada pekerjaannya, terkadang juga
Revan lebih mementingkan pekerjaan ketimbang urusan keluarganya.

"Maafkan anak saya bu,
mungkin kelakuanya anak
saya sedikit kurang sopan
tadi" ujar Bu Santi yang merasa kurang enak pada Bu Ratih.

"Gak papa bu namanya
juga anak muda jadi seperti
itu, yah sudah mari sekarang
kita masuk keruangan dan
melihat keadaan anak saya bu"

"Ah yah mari bu!".

Dan berhubung Naura sudah
di pindahkan sekarang di
ruang VVIP yang sudah di
pesan oleh keluarga Revan,
jadi kini mereka sudah bisa menjenguk keadaan Naura.

Kini semua telah memasuki ruangan yang di tempati
Naura, dan terlihatlah
sekarang seseorang yang
masih memejamkan matanya
dan terbaring lemah tak
berdaya dengan perban
yang telah membalut kaki
kirinya,

Karena mungkin merasa
terusik mendengarkan suara
suara yang di timbulkan
mereka, Naura pun
membukakan matanya.

"Bu lihat kakak mulai
membuka matanya!!"
segeralah mereka mengalihkan pandangan mereka dan
berganti melihat Naura yang mencoba membuka matanya.

Aku merasa di sekitarku
ada seseorang, entang
sedang apa mereka aku
pun tak tau, dan aku
mencoba membuka mataku,
tapi entah kenapa rasanya
berat tuk membuka mata
saja, hingga aku mencoba
beberapa kali akhirnya
terbuka, lalu yang pertama
kali ku lihat adalah atap yang berwarna putih,aku juga
mencium aroma obat yang
sangat menyengat pada
hidungku, sampai sampai membuat kepala ku pusing saja


Hingga sebuah suara yang
cukup ku kenali terdengar,
ah yah dia adik ku yang
berbicara, "sayang akhirnya
kamu membuka matamu juga" sekarang giliran ibu ku yang berbicara.

"Ibu...apakah aku...berada
di Rumah Sakit??, rasanya aku...mencium bau obat
obatan yang sangat...
menyengat pada hidungku...
dan itu membuat...kepalaku
terasa pusing", aku berbicara megitu pelan dan rasanya
lemas sekali.

"Yah nak kamu sekarang
ada di Rumah sakit".

Setelah itu aku terdiam,
dan mengedarkan pandangan
ku ke arah lain, hingga aku
berhenti mengedarkan
pandangan pada sosok ibu
paruh bayah yang sedikit
familiar, dan juga kurasa yang
ada di sebelahnya, suaminya mungkin. Aku rasa ia akan menghampiriku, dan benar
saja, setelah dia tepat di
samping sebelah kiri ku,
karna ibu dan adik ku ada di sebelah samping kanan ku.

Aku baru mengingatnya,
kalau ibu itu lah yang ku
tolong saat dia akan
tertabrak mobil, dan
aku pun menolongnya,
sampai sampai aku
terbaring di sini.

"Nak, terima kasih udah mau tolongin tante yah, tante juga
mau minta maaf, gara gara
kamu nolongin tante kamu
sampe kaya gini" aku melihat
ada sebuah pancarah kesedihan dan juga penyesalan di raut
wajah nya, dan tiba tiba
dia menggenggam tanganku.

"Iyah tan sama sama, gak
papa ko lagian juga ini kan musibah, dam musibah
gak tau kapan datangnya
juga. Aku juga seneng
kalo bisa nolongin orang
yang sedang membutuhkan bantuan". Aku ikut menggenggap tangan ibu itu, dan tersenyum kepadanya.

Ku lihat ia juga ikut tersenyum kepada ku, "eh tapi nak kaki mu
cedera, dan kata dokter kamu
harus menjalani terapi selama
empat bulan, tapi tenang saja
tante akan biyayai semua pengobatanmu selama kamu menjalani terapi di kaki mu".

NAURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang