( 8 ) Rumah sakit

9 4 19
                                    

Selamat membaca
Jangan lupa vote and comen

#
#
#

Langsung aja yuk baca

PRANG

Sebuah gelas yang berbenturan dengan lantai hingga menimbulkan suara yang cukup nyaring.

"Asstaghfirullah, ada apa ini
kenapa perasaan ku tidak enak,
dan kenapa Naura tak kunjung pulang", perasaan gelisah itu telah menyerah Bu Ratih.

"Ada apa buk...?? Kenapa
gelasnya bisa pecah bu..??". Runtunan pertanyaan yang di lontarkan ardan.

"Tak apa nak, tadi ibu gak
sengaja jatuhin gelasnya", kata yang keluar dari mulut sang ibu, berhasil menenangkan Ardan.

"Baik lah bu, bu itu gelasnya
aku ajah yang beresin, ibu duduk
ajah yah", Ardan menuntun bu
Ratih ke kursi.

"Gak usah biar ibu ajah yang beresin"

"Bu biar Ardan ajah okeh,
mending ibu duduk ajah"

Ardan segera membereska pecahan beling beling yang
sudah berserakan di lantai
keramik.

Dilain tempat kini terdapan
seorang wanita paruh bayah
yang terlihat gelisah
menunggu di depan UGD.

"Mah...apa Mamah baik baik saja?". Dua pria kini menghampiri wanita paruh bayah itu, salah satunya bertanya pada wanita itu, yang terlihat lebih muda dari yang satunya, dan sepertinya itu adalah anak nya.

"Mamah gak papa cuman lecet
sedikit, tapi dia bagai mana
nak??, tadi dia sempat terlempar beberapa meter dari mobil".

"Syukurlah kalau Mamah tak
apa apa, dan pasti semua nya akan baik baik saja, Mamah jangan khawatir". Jawaban tegas, yang terlontarkan sang pria itu, tapi cukup bisa menenangkan sang ibu.

"Bagai mana dengan
keluarganya, apa kah
mereka sudah tau Mah?".
Tanya sang suami pada istrinya.

"Mamah belum sempet kasih
tau keluarganya pah".

"Yah udah sekarang kita kasih
tau keluarganya". Usul suaminya

"Nih tas nya dia, siapa tau Hendhphone nya ada di
tas itu" ibu itu memberikan
tas Naura pada, Revan Smith Erlando, yah dia adalah Revan
Bos dari Naura. Anak dari
seorang wanita yang Naura
tolong

Revan mengotak atik Hendhphonep Naura, yang beruntungnya, Hendhphone nya tak di kunci, hingga memudahkan Revan mencari kontak keluarga Naura.

Setelah menemukan satu kontak
yang bertuliskan Ibu, Revan langsung menghubungi nomor tersebut, hingga mencoba beberapa kali yang tak kunjung diangkat. Akhirnya panggilan ke tiga pun di angkat oleh Ibu Naura.

Pintu UGD terbuka munculah
sang Dokter dari balik pintu,
"Bagai mana sekarang
keadaan nya Dok...??".
Tanya Bu Santi

"Pasien mengalami lecet
lecet di beberapa bagian,
dan pasien mengalami cedera
di bagian kaki kirinya, karena benturan yang cukup kuat
mungkin saat ia terjatuh".

Bu Santi terkejut mendengar penuturan sang Dokter, "asstaghfirullah pah dia
pah dia". Bu Santi di buat
panik oleh Dokter.

"Mamah tenang dulu okeh,
semua pasti baik baik ajah"
Ayah Revan Bram berusaha menenangkan sang istri.

"Dok apa dia masih bisa di sembuhkan??", Tanya Bram

"Yah, pasien masih bisa di sembuhkan asalkan pasien
selalu mengikuti terapi di
setiap bulannya".

"Kira kira sampai berapa
bulan yah dok agar bisa sembuh..??" tanya Santi

"Mungkin bisa sampai sekitar
4 bulan bu", Kedua orang tua
Revan menganggukan
kepalanya tanda ia mengerti

"Kalau begitu saya akan memindahkan pasien ke
ruang rawat"

"Dok tolong pindahkan dia ke
ruang VVIP ", pinta Bu santi

"Baik bu"

"terima kasih Dok".

"Sama sama pak, baik kalau
begitu saya pamit permisi dulu".

Revan yang sudah selesai menghubungi ibu Naura,
segera melangkah ke
pada kedua orang tuanya.

"Gimana pah keadaannya sekarang...??"

"Dia mengalami cedera di
kaki kirinya akibat benturan
yang cukup keras, dan Dokter menyarankan supaya dia
mengikuti terapi".

Setelah keluarga Revan
menunggu  waktu beberapa
jam, Ibu Naura dan juga
Ardan sampai di Rumah Sakit

"Apa ibu keluarga dari
wanita yang ada di dalam
bu??". tanya bu Santi

"Benar bu saya ibu dari
Naura, dan bagai mana
keadaan anak saya bu..??"

"Maaf kan saya bu, karena monolong saya, anak ibu
sekarang mengalami cedera
di kaki kirinya. Dan Dokter menyarankan untuk terapi di
setiap bulan, agar bisa berjalan dengan normal kembali."
Bu Santi tersendu sendu saat berbicara pada ibu Naura.

"Sudah tak apa bu, ini hanya musibah, lagian saya bangga
pada anak saya, yang rela mau bertaruh nyawanya demi
orang lain. Dan dia juga telah membuktikan pada saya
bahwa didikan yang saya
ajarkan selama ini tak pernah
ia abaikan buk". Walau
keluarganya sedang tertimpa musibah, tapi bu Ratin
selalu sabar, dan hanya bisa tersenyum menerima
semua yang terjadi.

Bu Santi seketika langsung memeluk Bu Ratih, " Saya bersyukur masih bisa bertemu orang orang seperti kalian
bu".Bu Ratih tersenyum
mendengar penuturan Bu Santi

Pelelukan keduanya terlepas,
saat mendengar Ardan
berbicara dan menanyakan
sang kakak, "Bu apa kita bisa melihat kakak...??".

Bu Santi menoleh pada
Ardan dan tersenyum,
"yah nak kita bisa melihat
kakak mu di dalam".

Ardan pun ikut tersenyum,
ketika melihat Bu Santi, tapi
tiba tiba Hendhphone Revan berbunyi, hingga semua
padangan mata yang ada
di situ melihat ke arahnya.

Revan pamit tuk mengangkat panggilan yang masuk pada Hendhphone. Setelah
sambungan selesai, Revan
kembali lagi menuju ke
tempat semula.

"Mah maaf, Revan gak bisa
jenguk sekarang, soalnya
hari ini ada meeting, jadi
Revan harus pergi sekarang".

Bu Santi menghela nafas.
"Kamu ini selalu saja mementingkan pekerjaan
mu ketimbang keluargamu".
Kesal Bu Santi

"Bukan gitu mah, Revan
jug,,,ah sudah lah nanti
Revan bisa telat". Revan
bergegas menuju parkiran
dan Revan tak menghiraukan omelan sang ibu

****









maaf kalo ada kesalahan dalam menulis baik dari typo yang masih bertebaran dan cerita yang tak masuk akal
Maaf yah aku juga belum nge revisi semuanya jadi di maklumin ajah

Makasih buat juga buat kalian yang dah mau baca sampe sini
Aku mau minta sama kalian nih,
Gak banyak banyak kok permintaan ku, kalian kasih aja vote dan comen yah buat karyaku
Biar aku nya makin semangat buat berkarya terus😇

NAURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang