Garis Akhir

26 2 2
                                    

Tiga tahun sudah luka itu tertanam, ia menjadi pendiam dan lebih menutup dirinya begitupun untuk Lasia. Ia lebih memilih menyibukan dirinya dengan kegiatan lain dari pada menemui gadis tersebut.

Siang ini setelah pulang kuliah, Rey berniat akan pergi ke Grandmedia untuk membeli buku yang ia butuhkan untuk kegiatan kuliahnya.

"Rey!"

Rey mengabaikan panggilan tersebut ia malah memasang Earphone di telinganya dan melanjutkan jalannya menuju parkiran.

"Rey ih tungguin aku!" Lasia terus mengejar Rey hingga ke parkiran. Ia menahan pintu mobil yang hendak di masuki oleh Rey.

"Apa?" Jawab Rey datar.

"Kamu mau kemana sih?" Tanya Lasia sambil bersedekap dada.

"Urusan lo apa?"

"Aku pacar kamu Rey!"

"Pacar? Gila aja. Seminggu lo bisa jalan sama sepuluh cowo sekaligus dan lo masih mau bilang gue cowok lo?"

"Rey gak gitu! Kamunya aja cuek. Aku gak tau sebab ataupun penyebab kamu jadi gini."

"Penyebabnya? Penyebabnya adalah lo! Kenapa lo hadir di antara hubungan gue sama Dinda. Dan sekarang? Sekarang Dinda pergi ninggalin gue karna lo! KARNA LO LASIA." Setelah mengucapkan itu Rey masuk dan menjalankan mobilnya keluar area kampus.

Pikirannya tertuju kepada Dinda, Tepat dua tahun lalu Dinda mengunjungin keluarganya disini. Ia sempat bertemu Rey di taman komplek, namun kini Dinda sudah berbeda. Ia berubah menjadi gadis yang sangat sangat cantik. Bahkan Rey sendiri pun hampir tidak mengenalinya.

"Maafin gue Din, gue janji bakal bikin lo balik ke pelukan gue," gumam Rey sambil menatap ke arah jalan.

Saat di perjalananpun dipikaran Rey hanya Dinda, entah sihir apa yang wanita itu gunakan sampai setiap aktivitaspun Rey selalu mengingat sahabat kecilnya itu.

Saat ini Rey sadar dia telah melakukan kesalahan fatal. Dia pun bertekad, suatu hari nanti tanpa buang waktu dia akan menyatakan cintanya pada wanita itu, sebelum penyesalan ini bertamabah.

"Din, kamu sekarang lagi apa sih? Sama siapa juga," ucapnya sambil bermain gitar di balkon kamarnya. Sebelumnya dia sudah sampai di rumahnya dan masuk kamar lalu pergi ke balkon dengan membawa gitar.

"Tunggu aku ya Din, kita akan bersama lagi seperti dulu dengan status yang beda," ucapnya ditengah lamunanna, kemudian dia benyanyi sekedar melampiaskan rasa rindunya.

****

Lasia kini sedang jalan bersama teman-teman kampusnya di Mall, mereka sedang memilih baju dan sepatu,

Mencari dress dan high heels untuk pesta ulang tahun temannya,

Sudah satu minggu ini Lasia dan Rey tak pernah bertemu, bahkan berkirim pesan.

Hubungan mereka semakin berjarak, kala Rey tau Lasia sering jalan dengan Rendra.

Dan parahnya, Lasia kini sering keluar masuk club, ia kini lebih akrab dengan dunia malam.

"La, ini bagus deh buat lo, coba dulu sana," ucap salah satu teman Lasia bernama Dora

Lasia beranjak menuju tempat ganti, ia ingin mencoba baju berwarna hitam yang terlihat sangat indah itu, menurutnya.

Tau bagaimana bentuk dress-nya? Punggungnya yang terbuka dan bahunya terekspos begitu saja, jangan lupakan panjangnya hanya sejengkal dari paha nya,

"Bagus La, nanti pakai itu saja, waktu pesta ulang tahun Rendra. Oh iya, by the way lo udah nyiapin kado buat Rendra belum?" Tanya Kila,

"Udah dong, kalian udah belum?" tanya Lasia lalu berjalan untuk mengganti bajunya kembali

Ruang Putih Abu-AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang