Semakin lama kita tak saling bertemu, semakin membuatku ingin memelukmu”
Hampir semua temen gue yang sama-sama merantau ke Mesir ngejalanin hubungan dengan lawan jenisnya aka pacaran dengan genre LDR (Long distance relationship). Setiap kali ngomongin LDR pasti nggak jauh dari ngomongin dua sejoli yang saling setia menjaga perasaan dan kasih sayang mereka walaupun dipisahkan jarak ratusan kilometer jauhnya. Banyak pelajaran berharga yang bisa didapatkan dari orang-orang yang ngejalanin genre relationship ini, mulai dari belajar kesetiaan, kejujuran, komitmen, dan belajar ngeles kepacar dengan bilang lagi siap-siap tidur padahal aslinya jalan sama selingkuhannya. (yang terakhir jangan dianggap bercanda ya)
Menurut sebuah penelitian (yang gue lupa dimana ditelitinya), disebutkan bahwa para pejuang LDR merupakan orang-orang yang terkenal tangguh dan berhati baja. Gue pribadi pernah ngejalanin genre pacaran ini kurang lebih sekitar 1 atau 1,5 tahun (tau deh tepatnya berapa lama, ntar gue tanya mantan dulu). Walaupun hubungan gue kandas ditengah jalan tapi gue patut berbangga diri karena pernah menjadi salah satu orang tangguh tersebut (hohoho).
Selain dijalanin sama temen-temen gue, LDR juga merupakan genre pacaran yang hampir dijalani sama hampir 70% populasi Masisir (mahasiswa Indonesia di Mesir). Nggak susah ko ngebedain orang LDR di Mesir. Kalo mereka udah mulai pasang headset terus ketawa-ketawa sendiri didepan hape, ngelus-ngelus hape, ngajak hapenya tidur, bahkan sampe nyiumin hape udah maka bisa dipastiin mereka lagi video call-an sama pacarnya. Kaya orang gila kan? Ya emang gitu (tapi kalo liat mereka gw jadi flashlight ke masa-masa pas gue LDR, icikiwirrr).
Sebenarnya LDR yang pernah gue jalanin dan temen-temen Masisir lainnya nggak jauh beda sama LDR yang orang biasa jalanin. Sama-sama jarang ketemu, sama-sama cuma bisa liat muka pasangan lewat hape, sama-sama menjadi budak paket-data dan wifi, dan semua kesamaan lain sebagainya. Tapi, ada satu hal yang membedakan LDR kami dan LDR yang dijalanin orang biasa, yaitu Masisir (dan mahasiswa yang kuliah diluar negeri umumnya) berada dikasta tertinggi dalam dunia per-LDR-an.
Layaknya tatanan masyarakat hindu, dalam LDR juga memiliki beberapa kasta yang menentukan kemuliaan para pejuangnya. Kasta tersebut ditentukan dari seberapa jauhnya jarak antar pasangan yang saling mengikat cinta. Hal tersebut didasari oleh sebuah teori linear yang berbunyi “semakin jauh jarak antar pasangan membuat intensitas pertemuan semakin sedikit, dan makin sedikitnya pertemuan yang terjadi membuat makin banyaknya cobaan yang datang silih berganti”.
Berikut gue tampilin Kasta-kasta dalam LDR:
1. LDR antar Benua
2. LDR antar Negara
3. LDR antar Propinsi
4. LDR antar Kota
5. LDR antar Kecamatan
6. LDR antar Kelurahan
7. LDR antar RW (rukun warga)
8. LDR antar RT (rukun tetangga)
Walaupun berada dikasta tertinggi namun nggak serta merta membuat kami tinggi hati, sombong, bahkan congkak. Justru dengan adanya kami di kasta tertinggi malah membuat kami menjadi penasehat untuk kasta-kasta dibawah kami. Kami dengan senang hati memberikan saran dan masukan untuk kelangsungan hubungan adik-adik kasta yang cobaannya belum seberat cobaan yang kami rasakan. Kami juga menjadi garda terdepan yang selalu siap melindungi dan menjaga hak-hak para pejuang LDR.
Tingkat keberhasilan pasangan LDR memang kecil, dan nggak semua yang ngejalanin genre ini akan berakhir Bahagia. Namun, kalo seseorang udah berani ngejalanin LDR secara nggak langsung dia udah belajar banyak hal. Soalnya LDR tuh unik, kesetiaan menjadi pondasinya, kepercayaan menjadi bangunannya, prasangka baik menjadi pilarnya, menghargai menjadi interiornya, mengerti menjadi eksteriornya, cobaan menjadi hiasannya, dan pertemuan menjadi naungannya (asli gue sok bijak banget). Dan seperti yang gue bilang diawal, cuma orang Tangguh dan berhati baja yang mampu ngejalaninnya.
Yah, walaupun yang setia akan kalah sama yang selalu ada, tapi kalo mau ngejalanin hubungan yang bisa memupuk rindu hinga saat datangnya waktu memanen, LDR adalah pilihannya. Gue mau ngutip lagunya Fiersa besari sebelum menutup curhatan kali ini. Cheers.
“
Dan tunggulah aku di sana memecahkan celengan rinduku
Berboncengan denganmu mengelilingi kota
Menikmati surya perlahan menghilang
Hingga kejamnya waktu menarik paksa kau dari pelukku
Lalu kita kembali menabung rasa rindu
Saling mengirim doa, sampai nanti, Sayangku“