HABIL DAN QABIL

13 1 0
                                    

Dosa besar pertama yang dilakukan manusia adalah pembunuhan, dan dosa ini disebabkan karena adanya kompetisi. Oleh karena itu, kisah ini layak kita angkat kembali sebab semua kisah dalam Al-Qur'an berlaku untuk sepanjang zaman.

Cerita ini terjadi pada kedua putra Nabi Adam, yang diperintahkan untuk memberikan kurban kepada Allah dan nanti Allah sendiri yang akan menentukan manakah kurban yang terbaik di antara keduanya.

Habil sebagai seorang peternak, mempersembahkan hewan terbaiknya. Adapun Qabil sebagai petani, memberikan hasil sawah terburuknya. Saat itu isyarat dari Allah masih turun secara langsung ke muka bumi.

Yaitu berupa petir yang menyambar dan menghanguskan hewan ternak Habil sebagai pertanda kurban dialah yang diterima oleh Allah. Ternyata Qabil tidak terima dengan kompetisi tersebut. Ia kalah dalam persaingan dan menyimpan dendam untuk menghabisi kompetitornya.

Padahal Habil menunjukkan sikap terpuji kepada saudaranya itu dengan berkata tak mungkinlah ia tega membunuh saudara sendiri. Sebagaimana tersebut dalam surat Al-Maidah ayat 28,

لَئِنْ بَسَطْتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِي مَا أَنَا بِبَاسِطٍ يَدِيَ إِلَيْكَ لِأَقْتُلَكَ ۖ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ

"Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam."

Namun Qabil yang bermental pecundang hanya mencari jalan pintas. Bukannya ia berusaha lebih keras untuk memenangkan kompetisi di tahun berikutnya, justru ia berpikir menghabisi saja Habil.

فَطَوَّعَتْ لَهُ نَفْسُهُ قَتْلَ أَخِيهِ فَقَتَلَهُ فَأَصْبَحَ مِنَ الْخَاسِرِينَ

"Maka hawa nafsu (Qabil) menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah (Habil), maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi."

(Surat Al-Maidah: 30)

Demikian Allah memberi peringatan kepada kita semua bahwa manusia itu memang sewajarnya berkompetisi. Asalkan bersaing dengan sehat. Persaingan ada agar kita berkembang.

Ketika menang bersaing jangan lupa diri, dan ketika kalah bersaing jangan lantas berniat membungkam kompetitornya sendiri dengan menghalalkan segala cara.

Misalnya jika kita kalah bersaing dengan pesatnya pertumbuhan internet, ketika semua bisnis baru sudah berbasis online sedangkan kita masih bertahan dengan praktek tradisional, tentu kita akan kalah dalam kompetisi.

Yang kita lakukan seharusnya memperbaiki diri dan menambah inovasi, bukan bermental Qabil yang memilih untuk membunuh kompetitornya karena takut bersaing. Pada bidang apapun usaha kita, seperti transportasi atau penyiaran, jadilah Habil yang berakhlak mulia.

Ingat selalu bahwa yang namanya persaingan itu tak bisa dihindari, sejak zaman Nabi Adam juga sudah ada. Bersainglah dengan sehat. Persaingan ada agar kita berkembang.

_*Ustadz Arafat*_

Salam Bertumbuh.
⏰ Ada rezeki baru jika kita mau mencoba kehidupan yang baru!

MOTIVASI HIJRAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang