gerak lurus beraturan

10 6 1
                                    

Defenisi bodoh itu mencintai seseorang yang tidak mencintaimu
- violin

.
.
.
.
.
.
.

Violin dan mutiara berjalan menuju kantin, setelah pelajaran fisika tiga jam pelajaran berturut turut membuat otak mutiara dan violin lelah. Violin tidak terlalu lapar tapi biarlah mereka kekanti sekalian mengenalkan mutiara pada teman-temannya.

"Gilaaa parah. Pak arsen ganteng bat muda lagi. Jadi pengen punya pacar" ucap mutiara asal jeplak tanpa difilter dulu.

Violin tersenyum kearah mutiara " pak arsenkan guru kita. Masa guru mau lo pacarin sih"

"Ah lo ma ga asik. Bukannya dukung gue pdktan sama pak arsen" decak mutiara.

"Lo tinggi ga pantes ngambek"

"Ih kok makin kesini lo makin rese"

Aura dan rangga sudah berada dikantin. Terlihat aura melambaikan satu tangannya pada violin. Sementara violin tersenyum dan menarik mutiara masuk ke kantin.

"Hay" sapa violin.

"Siapa dia lin" tanya aura yang baru pertama kali melihat mutiara.

"Namanya mutiara, dia teman sebangku gue" ucap violin sambil duduk dibangku depan aura. Sementara violin duduk berhadapan dengan rangga.

Violin memperhatikan kantin. Tak terlihat ada arya di setiap sudut kantin. "Arya mana? Makanan mana? Minuman mana?" Tanya violin bertubi tubi.

"Arya mana gue tau bukan urusan gue. Kita ga laper Kalo lo bedua mau, kita ke perpus aja gimana?" Ujar rangga.

"Gue sih ikut aja" ujar mutiara.

"Yaudh ayok " violin bersuara.

....

Violin menyusuri rak rak buku untuk mencari buku fisika. Sementara setelah sampai di perpustakaan mereka berpencar untuk mencari buku kesukaan masing- masing. Violin sangat menyukai pelajaran fisika itu sebabnya ia mengambil jurusan IPA tapi, sialnya ternyata ia harus satu jurusan dengan arkan bahkan satu kelas pula.

Langkah violin terhenti ketika melihat buku fisika tentang pelajaran GLB atau gerak lurus beraturan. Violin ingin mengambil buku itu tapi dia tidak bisa menjangkaunya. Maklum saja tinggi violin hanya berkisar 150cm. Violin terus berjinjit agar bisa mencapai buku itu. Sampai ia bisa menarik satu buku dan akhirnya

Brakkk.

Beberapa buku tebal yang ada di rak atas jatuh menimpa kepalanya. Itu seharusnya, tapi violin tidak terkena satu buku pun dikepalanya. Violin mendongak keatas, seseorang  melindunginya dari buku buku tebal yang berjatuhan itu. Seorang siswa tampak dari dadanya yang bidang dan bahunya yang lebar. Siswa itu memeluk kepala violin sampai kepala violin berada didadanya lebih tepatnya dipelukannya. Tinggi violin hanya sebatas dada siswa itu. kepalanya lah yang terkena buku buku tebal yang seharusnya terkena oleh violin.

"Ma--"

"Kalau ngambil buku itu hati-hati"

Deg!

Ucapan violin langsung dipotong. Suara asing baru yang menyakitinya beberapa hari lalu. Baru saja ia mau berterima kasih sekaligus meminta maaf ke siswa yang menolongnya tadi. Tapi niat baiknya harus ia urungkan.

Sementara arkan kini sudah meninggalkan violin dengan satu buku ditanggannya. Ya,siswa yang menolongnya adalah arkan lauren aldana.

"Rese" violin kembali memunguti buku buku yang berjatuhan dan meletakan buku itu ke tempat penjaga perpustakaan. Tentu saja ia tidak mengembalikan buku itu kembali ke rak karna ia tidak sampai. Bahkan arkan tak membantunya.

Violin mencari buku yang mau diambilnya tadi. Violin bahkan memeriksa buku yang sudah ia tumpuk di tempat penjaga perpus.

"Loh kok ga ada sih?" Ucap violin bermonolog. Sambil mengaruk kepalanya yang tak gatal.

Violin baru ingat tadi arkan mengambil buku miliknya. Violin hanya bisa bersabar menghadapi sifat arkan yang sekarang. Dasar arkan rese

Violin mencari keberadaan arkan di setiap sudut perpustakaan. Violin bergidik ngeri mendapati arkan yang duduk di kursi paling pojok dimana tidak ada yang membaca disana. Lebih tepatnya hanya arkan yang berada di salah satu kursi dari sekian banyaknya kursi disitu.

"ares" ucap violin sambil menatap tak suka pada arkan. Tak ada yang bisa mendengar suaranya dari kejauhan.

"Nama gue arkan bukan ares" jawabn ya dingin sambil membalik halaman buku yang seharusnya dibaca oleh violin itu.

"Ares itu arkan rese"

"Jangan gangguin gue"

"Siapa yang gangguin lo ge,er!" Suara violin naik satu oktaf.

" ciee, udah besar ya sekarang .manggilnya lo gue " arkan menatap violin dengan tatapan menggodanya.

Blusshh wajah violin merah seketika. "Ares" ucap violin sambil menyembuyikan wajahnya dengan satu tangannya.

"Jangan ganti-ganti nama gue" ucap arkan datar tanpa ekspresi sambil membalik halaman buku.

"Bodo"

Violin menarik buku yang ada di pegangan arkan dengan tangan yang satunya " huh dasar ares, arkan rese!" Violin pergi meninggalkan arkan sambil membawa buku yang berhasil ia ambil dari arkan tadi. Untung sayang

"Ah, akhirnya bisa tenang dari si ares dan saatnya gue du--"

Pipipipipippp calon mantu
Ecek deng wkwk.

Tettt. ..........

Violin mengelus dadanya sabar.
"Bahkan gue belum baca satu halaman pun. Dasar aressssss!!" Batin violin
....

AURA CHELSIE ALICIA

ARKAN LAUREN ALDANA

DAPET ❤DARI AKU
VOTE AND COMEN GUYS
TAPI KALO GA MAU JUGA GPP
CRITANYA MEMANG JELEK

violinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang