PART 4

16 10 8
                                    

Acha Pov

21.45

Malam semakin larut, malam terasa dingin karna tadi hujan. Udara dingin menusuk kulit halusku, aku pun bergegas untuk pulang kerumah. Aku sangat lelah karna aku habis berkerja dan aku ingin sekali cepat-cepat merebahkan tubuhku keatas kasur yang sangat nyaman untuk para kaum rebahan.

Saat ini aku menunggu kendaraan umum, namun aku berfikir sejenak. Mana mungkin ada kendaraan umum sedangkan malam semakin larut.

Aku menatap Handponeku yang ukurannya kecil, Aku ingin memesan ojek online dihanponeku namun aku tidak tahu caranya. Dan aku pun terpaksa untuk pulang kerumah dengan berjalan kaki. "Huh!"

Jalan sudah sangat sepi saat ini. Lampu trotoar sedikit meremang, dan ada suara burung. Aku pun sedikit takut namun aku tetap melangkahkan kaki ku.

Saat aku berjalan kaki dengan langkah yang sedikit takut, ada lampu kendaraan bermotor yang berhenti dari arah berlawanan aku pun mengedipkan mataku karna lampu kendaraannya mengarah ke mataku. Aku memundurkan langkahku, aku takut jika itu orang jahat yang ingin melukaiku. Namun saat orang itu membuka helm nya, aku baru sadar kalau itu Alex anggota Osis.

Alex menghampiriku lalu melihat sekeliling jalanan yang sepi, "ngapain disini?" tanya Alex kepadaku.

"Bu-bukan urusan kakak!" seru aku yang merasa sedikit gugup lalu menjaga jarak dengannya, bayangkan saja di jalanan yang sepi dan aku hanya berdua bersama Alex. Semoga saja tidak ada yang ketiga.

"Ayo balik!" ujar Alex sambil menarik lengan ku menuju motornya.

"Eh."

Saat diperjalanan Alex mengegas motornya dengan kencang lalu memperlambat dan mengegas dengan kencang lagi, yang membuat aku risih tubuh ku bersentuhan dengan tubuh Alex. Aku sangat tidak nyaman berada diposisi ini.

Saat aku meminta diturunkan, Alex selalu mengegas motornya dengan kencang yang membuatku takut terjatuh.

"Kalau takut jatuh pegang pinggang gue!" teriak Alex karna takut tidak terdengar olehku, namun aku hanya diam saja sambil memegang jok.

'Modus'

***
Saat ini aku sudah sampai di rumahku ralat di rumah ibuku, tadi aku menunjukan arah rumahku kepada Alex jika aku tidak menunjukannya aku tidak akan sampai sini.

"Lain kali kalau butuh bantuan bilang," hina Alex kepadaku.

"Siapa juga yang butuh bantuan kakak!" cibir aku dengan bibir yang aku manyunkan.

"Gk usah gengsi deh," goda Alex dengan nada yang ia main-mainkan, lalu merebut handphone ku yang sedari tadi aku genggam.

"Eh!"

Alex mengetik sesuatu dihanpone android ku, "nih nomor telpon gue, kalau butuh bantuan chat aja." Alex mengembalikan handponeku dan menaikan motornya, lalu pergi meninggalkan pekarangan rumah ibuku.

Entah aku gembira atau kesal dengan Alex aku sedang malas mikir saat ini. Aku pun bergegas memasuki rumahku yang tidak begitu besar.

Saat aku memasuki rumah aku sudah melihat pemandangan yang membuat diriku iri kepada kak Haikal.

Aku menatap mereka berdua yang sedang berbicara dan tertawa bahagia, sudah lama aku tidak berbincang dengan mereka berdua. Aku langsung berjalan menuju mereka berada.

"Ibu," ucap ku kepada ibuku yang sibuk merapihkan meja makan. Namun tidak ada sahutan dari ibuku, yang membuat aku putus asa. Namun aku mencobanya sekali lagi.

"Ibu," ucapku lebih keras, namun aku mendapat tatapan benci dari ibuku, aku meneteskan air mataku namun aku mengusapnya kasar. Lalu aku pun berlari menuju kamarku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Third loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang