4. RUINED

315 45 7
                                    

Keesokan harinya, mereka pergi ke kuil kemudian makan siang di sebuah restoran sederhana dekat rumah Plan.

"Kulihat kau menyimpan beberapa brosur rumah di atas meja. Kau tertarik untuk membeli rumah?" tanya Mean sambil menyendok menu makan siangnya.

"Iya, aku sedang melihat-lihat. Kupikir mungkin sudah waktunya untuk membeli sebuah rumah. Uang tabunganku mungkin cukup untuk membayar uang mukanya. Setelah itu, aku akan bekerja keras. Aku tahu ini tidak mudah. Tapi, aku pikir aku ingin melakukannya sekarang," sahut Plan.

"Kau ingin aku membantumu. Aku Visa rekomendasikan beberapa rumah dan kau bisa tunjukkan tipe yang kau mau dan suka," sahut Mean.

"O, boleh, kalau kau tak keberatan. Kau punya waktu untuk ini?" tanya Mean.

"Aku bisa mengusahakannya," sahut Mean lagi.

"Baiklah, terima kasih Mean. Itu akan sangat membantu." Plan tersenyum ramah.

Mereka kembali ke rumah dan berdiskusi tentang pembelian rumah. Dalam prosesnya, mereka bertemu beberapa kali untuk mengecek beberapa rumah dan sampai akhirnya menemukan yang mereka pikir sangat cocok. Dekat dengan sekolah Gee dan juga tempat kerja Plan.

Enam bulan kemudian, Plan meninggalkan rumah lamanya dan mulai tinggal di rumah baru. Mean datang ke rumah barunya dan ikut merayakan kepindahannya dengan makan bersama pada suatu siang saat ia beristirahat dari kantornya.

Sialnya, Neena datang ke kantornya dan menemukan Mean tak ada di sana. Ia melihat laci Mean yang penuh dengan brosur rumah dan ia mulai mencurigai bahwa Mean sedang melakukan sesuatu di belakangnya.

Neena geram. Ia menelepon Mean dan menanyakan keberadaannya. Mean menjelaskan bahwa ia tengah dengan Plan merayakan kepindahan ia dan anaknya ke rumah barunya.

Setelah pertengkaran yang cukup hebat enam bulan sebelumnya hanya karena ia terlambat pulang dan Neena mencium bau parfum perempuan pada jasnya sehingga ia mengamuk seperti tengah kesetanan dan melempar beberapa bas bunga dan gelas ke tubuhnya, Mean lebih suka buka-bukaan. Itu pun karena Plan yang memberitahunya.

Enam bulan lalu setelah mereka makan siang dan diskusi tentang rumah, Mean berbicara lagi tentang hubungannya dengan Neena dan Plan menyarankan bahwa Mean harus berkata sejujurnya kepada Neena, baik dan buruknya biarkan Neena yang akan memutuskan.

Mean menurut. Jadi, ketika ia pulang dan berbicara dengan Neena, ia mulai berkata jujur bahwa parfum yang Neena cium adalah dari pelayan toko bunga yang  mungkin menempel pada bunga lalu menempel padanya.

Ia juga menjelaskan bahwa ia membeli bunga pada hari itu karena hari itu akhir minggu dan mereka akan pergi ke pesta ulang tahun perkawinan kakaknya dan Mean sudah mencoba menjelaskan semuanya dengan sangat detail supaya tak ada lagi kecurigaan dan membuat salah paham.

Hanya satu yang tak pernah ia beritahu kepada Neena, yaitu bahwa cinta pertamanya tak akan pernah mati.

Neena marah besar dan Plan paham dan membuat Mean pergi dari rumahnya. Mean sekali lagi menuruti keinginan Plan, meski itu berlawanan dengan kata hatinya. Yang sebenarnya, ia sangat ingin meninggalkan Neena jika saja tidak ada Bree, putri mereka, di antara mereka.

Kecemburuan Neena semakin menjadi saat Mean mengakui bahwa ia sering menghabiskan waktunya dengan Plan dan ini benar-benar sudah di ambang batas kesabarannya. Tapi, Neena juga tak bisa berbuat apa-apa sebab Mean pernah mengatakan kepadanya jika sampai sesuatu terjadi kepada Plan dan ia tahu bahwa itu karena Neena, Mean akan meninggalkannya.

Ancaman ini bukan main-main. 

Suatu siang, Neena dan teman-temannya makan siang di tempat Plan bekerja dan ia membuat gara-gara dengan mengeluh bahwa pelayannya tak becus dan tidak sopan. Neena bahkan menyemburkan anggur ke wajah Plan dan menarik rambut Plan sambil menghinanya dengan sebutan pelacur dan pelakor. Setelah itu, ia dan teman-temannya pergi setelah menertawakan dirinya dengan puas.

Plan hanya bisa diam. Ia bukan tak mampu melawan. Statusnya adalah karyawan. Ia tak mau dipecat dan juga tak mau membuat tempat bekerjanya memiliki reputasi yang jelek. Jadi, ia memilih tak melawan.

Siapa sangka ini membawa keberuntungan kepada Plan sebab gara-gara hal ini, Plan dipindahkan ke belakang menjadi asisten pemasak. Ia semakin dekat dengan cita-citanya. Manajernya tahu bahwa Neena mengada-ada. Dan ia sangat paham ada banyak lelaki yang melirik kepada Plan dan membuat para pelanggan perempuan menjadi marah dan kesal.

Plan merahasiakan insiden dirinya dengan Neena kepada Mean dan Gee dan semuanya berjalan seperti biasanya sampai suatu hari, Gee masuk rumah sakit karena mobil mewah menyerempet dirinya saat ia berjalan pulang dari sekolah.

Awalnya, Plan hanya berpikir ini adalah murni kecelakaan, tetapi setelah ia melihat rekaman CCTV dari ujung jalan, ia melihat dengan jelas siapa pengendaranya. Neena. Plan menjadi geram. Ia melabrak Neena di rumahnya dan memarahinya dan itu pada akhir minggu. Mean jelas ada di sana.

Semuanya tegang, termasuk Mean tentunya dan Neena tak menyangka bahwa yang dilakukannya akan ketahuan. Ia bahkan sudah dilaporkan ke polisi dan tak lama setelah kedatangan Plan, polisi datang mencarinya dan membawanya ke kantor polisi.

"Aku berpikir mungkin kita jangan bertemu dulu untuk beberapa waktu. Aku belum siap kehilangan orang yang kucintai, Mean," ujar Plan sambil menangis. Dan ia kemudian pergi meninggalkannya.

Mean menganga. Ia sangat stres dengan keadaannya. Bree menangis. Mertuanya juga kaget dan Neena menjerit karena ia tak mau dibawa ke kantor polisi. Yang terberat adalah ia tak bisa bertemu Plan.

Malam itu, Neena dibebaskan dengan syarat bahwa ia harus melapor selama sebulan. SIMnya ditahan dan ia harus membiayai pengobatan korban. Setelah kejadian itu, Mean dan Neena tak pernah lagi berbicaa dan mereka bahkan tak pernah berada dalam satu kamar.

Mean juga sudah menjelaskan kepada mertuanya bahwa Plan adalah keluarga satu-satunya. Ia tak punya siapapun kecuali dirinya sama halnya dengan Plan kepada dirinya. Oleh karena itu, ia merasa sangat sedih saat istrinya sendiri berani menyakiti keluarganya.

Mean menemui Plan di rumah sakit. Gee masih dirawat di sana. Namun, Plan tak mau bicara dengannya. Sikapnya sangat dingin dan ia hanya melewatinya seolah Mean adalah orang asing.

Sebulan sudah berlalu. Gee sudah sehat seperti biasanya dan ia bisa kembali ke rumah dan beraktivitas.

"Mae, kau bertengkar dengan Paman Mean?" tanya Gee suatu hari saat ia menyadari bahwa Mean sudah lama tak mengunjungi mereka.

"Jangan pikirkan apa-apa. Habiskan sarapanmu. Mae antar kau pergi sekolah," sahut Plan. Gee hanya menganggukkan kepalanya. Ia tahu ibunya keras kepala.

Diam-diam saat ibunya bersiap di kamar, ia menulis nomor HP Mean dan kemudian menggunakan telepon di sekolah ia menghubungi Mean dan membuat janji untuk bertemu.

Gee tak lupa mengabari ibunya bahwa ia akan pulang terlambat dengan alasan belajar kelompok.

Bersambung

BALL OF DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang