Bab 5 = Gak Jadi

74 14 1
                                    

Sorry lama update, I've just lost my mind a few day to this story.


"Jaemin, liat Jeno ga?" tanya Chaewon. Jaemin yang kebetulan lagi makan langsung tersedak. Entah apa yang buat dia tersedak. Mungkin diliatnya Seth Rollins kalah lawan Brock Lesnar. Secara harfiah Jaemin sukanya Seth Rollins jadi wajar dia tersedak.

"Kaga tau gua Chae, mau apa lu cari Jeno?"

"Ada yang datang, kenal Siyeon kan?" saat itu juga mata Jaemin melotot. Barusan Chaewon sebutin nama Siyeon dan datang. Apa Siyeon betul-betulan datang?

"Seriusan lu?" tanya Jaemin sekali lagi. Kedua tangannya memegang kedua pundak Chaewon dan menggoyangkannya. Chaewon panik soalnya yang dicari Jeno kok yang ngamuk Jaemin.

"I-iya Jaemin, itu Siyeon udah di kamar gue. Katanya dia mau ketemu Jeno. Nampak ga?"

"Asli gua kaga nampak Chae. Kalau nampak pasti udah gua kasih tau. Apalagi Siyeon datang kan," kata Jaemin. Dirinya panik. Jika Siyeon datang berarti sesuatu bakal terjadi.

Jaemin pergi cari Jeno yang artinya dia ninggalin Chaewon sendirian disana. Karena ga ada kegiatan penting, Chaewon memutuskan kembali berjalan ke kamarnya. Disana memang ada Siyeon. Sebenarnya Siyeon dan Chaewon itu ga pernah sapaan. Soalnya Siyeon taunya Chaewon ini eskul debat. Dan debat di sekolah mereka benar-benar bagus yang artinya Siyeon tau Chaewon ini pintar.

Sedangkan Chaewon tau Siyeon ini kapten cheerleader dari sekolah mereka. Semua orang sih terpukau sama Siyeon terutama Jeno. Rata-rata cowo basket sih yang naksir. Ga tau juga sama cowo yang ekskul bola.

"Jenonya ga ketemu, Siyeon," ucap Chaewon lembut. Siyeon ga bisa ngapa-ngapain selain mengangguk. Mau sama siapa lagi dia minta bantuan cari Jeno? Sama Haechan dan Renjun. Yang ada satu, Renjun bakal tidur dengerin Siyeon dan yang kedua Haechan bakal ngalihin topik pembicaran.

Dah liatkan sikap Jaemin gimana waktu Chaewon sebutin nama Siyeon.

"Tunggu disini aja gapapa Siyeon. Gue ngerjain tugas dulu ya," Chaewon membuka laptopnya. Bohong dia bilang dirinya punya tugas. Padahal tugasnya udah kelar kemarin. Tapi demi kecanggungan ini, Chaewon rela buka laptopnya.

"Eum, Chaewon. Lo ga penasaran apa kenapa gue kesini nemuin Jeno?" tanya Siyeon. Chaewon gelengin kepalanya. "Kalau masalah personal bagi kalian buat apa gue kepo. Ga ada faedahnya bagi gue."

"Tapi lo suka gosip kan?" tanya Siyeon. Chaewon anggukin kepalanya. Baginya, apa yang ditanya Siyeon cukup persis kaya pertanyaan Jeno ke dia. Memang mereka kalau di gabung benar-benar serasi.

"Kalau gosip ya suka. Siapa sih yang ga suka gosip."

"Lo tau ga kenapa gue putus sama Jeno?" dari percakapan ini, Chaewon rasa ada sesuatu yang janggal. Pokoknya benar-benar ada yang janggal terhadap hubungan mereka berdua. Sayangnya Chaewon ga bisa prediksi apa kejanggalan itu.

Chaewon menggelengkan kepalanya. "Ga tau Siyeon, kemarin gue juga sibuk sama patah hati gue." jawab Chaewon pelan. Ya gimana mau sibukin orang lain kalau diri sendiri belum kelar move on.

Siyeon pun sadar apa yang dibicarakannya ternyata bukan sekedar dirinya aja. Disaat dia putus, mungkin ada pasangan lainnya yang putus. Yang artinya bukan cuma mereka aja yang dipandang dunia. Begitu juga dengan reaksi Chaewon. Ga selamanya kita menjadi tokoh utama disaat tokoh figuran punya masalah lain yang mungkin lebih serius.

Saat ini Siyeon lah yang merasa jadi tokoh figuran di cerita Chaewon. Dan Siyeon baru paham pandangan itu ketika Chaewon ngelontarkan kalimat dengan suara kecilnya itu.

"M-maaf banget ya, lo sama Soobin memang sweet tapi boleh tau kenapa kalian putus?" tanya Siyeon.

"Siyeon dulu cerita. Kan gue belum tau kenapa Siyeon putus sama Jeno,"

"Oh iya, gue putus sama Jeno karena gue selingkuh sama Eric. Mungkin lo ga tau siapa Eric. Gue kesini juga mau klarifikasi kalau gue udah putus sama Eric. Jadi, gue mau minta rujuk ke Jeno karena jujur gue kangen sama dia."


•••

Singkat cerita, akhirnya Siyeon ketemu sama Jeno. Mereka bincang banyak. Yang awalnya Chaewon ga perduli malah jadi kepo. Mungkin Chaewon ga kaya tiga temen Jeno yang lagi nguping di balik pintu kamar Jeno. Chaewon cuma perhatiin di ruang tengah aja. Paling dapat info dari bisikan mereka.

"Njir, kelahi Njun?" tanya Haechan. Selagi Renjun yang bisa mengintip di lubang kunci, Haechan dan Jaemin ikutan kepo. "Kaga anjir, peluk-pelukan."

"Eh, mereka balikan? Emang Siyeon udah putus sama Eric?" tanya Jaemin ke Haechan. Ya mana Haechan tau. Dirinya bukan Eric dan juga bukan Siyeon.

"Kaga tau gua. Njun, habis tu mereka ngapain. Ml kah?" canda Haechan. Renjun dan Jaemin tertawa tapi tidak dengan Chaewon. Apakah Jeno memang sebebas itu pergaulannya. Chaewon sedikit terkejut. Tapi menyangka Jeno bakal kaya gitu terlebih lagi mantannya seorang cheerleader.

"Woi, shtt..ada Chaewon dibelakang," kata Renjun. Sejenak Jaemin dan Haechan melihat Chaewon. Lalu pandangan mereka beralih ke pintu itu.

"Siyeon mau keluar, bubar kalian dari posisi." perintah Renjun. Semuanya duduk disamping Chaewon. Bukannya menghindar dari curiga malah makin buat mereka curiga. Daripada Chaewon ikutan kena imbas, mending Chaewon pergi dari mereka.

Chaewon mau balik ke kamarnya. Percuma dia dengerin tiga orang itu. Informasinya sedikit banget yang ditangkap Chaewon.

Dan jika Chaewon lewat kamarnya, maka sebelum itu dia harus lewat kamar Jeno terdahulu. Doa Chaewon sih semoga aja Jeno ga buka pintunya. Tapi realita berbeda.

Saat ini Chaewon merasa jadi Jaemin, Renjun, dan Haechan si tukang nguping. Jeno buka pintu disaat Chaewon mau belok kanan. Sebelum Chaewon tersenyum, terpampanglah Siyeon dibelakang Jeno.

Chaewon pun tersenyum ke arah Siyeon. Begitu juga dengan Siyeon.

"Gue pulang yah, dada Jeno, Chaewon." Siyeon melambaikan tangannya kepada Jeno dan Chaewon. (lebih ke Jeno aja sih) lalu dia keluar dari asrama tercinta mereka.

Gerakan selanjutnya adalah Chaewon dan Jeno liat-liatan. Chaewon merasa di otaknya terlalu banyak pertanyaan buat Jeno. Ingin rasanya melontarkan pertanyaan tapi rasa susah di ungkapkan lewat suara.

"B-besok jadi kan?" tanya Chaewon kepada Jeno. Cuma itu kata-kata yang terlintas dari pikirannya.

Jeno menghembuskan nafasnya pelan. Dia bersender di pintu kamarnya sembari menatap Chaewon. Tak lupa pula dia melipat kedua tangannya.




"Kaga jadi Chae,"

Thanks Jen!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang