Yang Berharga

212 2 1
                                    

       Setelah keluar dari ruang guru raka terlihat lebih ceria padahal tugas sebagai hukumanya lumayan bayak tapi bagi dia itu bukan beban dan tidak perlu dipikirkan, karna dengan senag hati aisha akan membantunya.

       Raka kemudian berjalan menuju lapangan, di sana sedang rame anak2 bermain basket, dan otomatis raka pun langsung bersemangat untuk ikut bermain, saat sedang asik bermain tiba2 ada panggilan telefon yang mengabarkan nenek nya masuk rumah sakit dan tanpa menunggu lama raka langsung berlari menuju parkiran sekolah mengambil motor nya, melihat hal itu ilham pun menyusul nya karna kwatir melihat raka yang tiba2 panik.

"Kenapa loe bro panik gitu" tanya ilham
"Oma gue masuk rumah sakit ham" jawab raka.
"Turut prihatin ka, smoga cepat baekan oma loe ya" kata ilham prihatin.
"Thanks bro" jawab raka sambil berlalu meninggalkan ilham.

Raka sangat kwatir melihat orang yang sangat dia sayangi lebih tepat nya orang yang sangat perduli dan sayang kepadanya sedang terbaring lemah di ruang ICU, dia tidak bisa membayangkan akan seperti apa dia tanpa oma nya.
Oma nya memang sudah tua jadi wajar penyakit nya sudah sering kambuh malah akhir2 ini tambah parah, raka sering memperingati oma nya untuk tidak bekerja lagi tapi bukan oma kalau haya berdiam diri.

"Kamu keluarga dari nenek husna", Tanya seorang dokter muda pada raka.

"Iya dok saya cucu nya" jawab raka.

"Adakah keluarga lain nya yang lebih dewasa misal orang tua mu, karena untuk penangan medis kami butuh persetujuan keluarga pasien" jelas dokter muda itu pada raka.

"Saat ini haya ada saya dok, tante saya mungkin baru tiba esok pagi, tolong lakukan apapun yang terbaik saya bertanggung jawab untuk itu", jawab raka frustasi.

"Baiklah, mari ikut ke ruangan saya" kata dokter muda itu ramah untuk menandatangani persetujun pengobatan nenek mu.

Raka pun berjalan menuju ruangan dokter muda tersebut yang raka baru ketahui namanya biyantara atau biasa dipanggil Dr. Biyan

Dokter biyan pun memberi nasehat agar raka tetap kuat dan tabah.
Raka yang kuat akhirnya terlihat lemah ketika orang yang dia sayangi terbaring sakit.

Ketika raka keluar dari ruang Dr. biyan, dia bertemu dengan bu yuni di depan ruang praktek Dr. Biyan dan tentu membuat kedua nya kaget.

Bu yuni langsung membrondongnya dengan bayak pertanyaan, karena melihat raka dirumah sakit dan tampak kacau sekali, akhirnya raka bercerita sambil berusaha menahan kesedihanya, bu yuni mulai mengenal sisi lain raka ternyata dibalik sifat badung nya ada hal lain yang begitu luar biasa dalam diri raka. Dan itu memudarkan semua prasangka negatif nya.

Kemudian keduanya pun duduk membisu. Dari arah kanan tempat mereka duduk Dr. biyan tampak menghampiri mereka. Kemudian dia berdehem.

"Sudah lama yun, maaf lagi banyak sekali kerjaan" kata dr. biyan menjelaskan
Dan tentu itu membuat raka kaget sejak kapan mereka saling mengenal selain itu tujuan bu yuni kesini untuk menemui dr ini bukan karna hal lain.
hal Itu semakin membuat hati raka ngilu, dia sendiri heran dengan perasaan nya bagaimana mungkin gelayar aneh ini bisa timbul ke bu guru nya yang usia nya jauh di atasnya.

"Lumayan, tapi gpp aku kesini sekalian nganterin makan, q tau kamu sering telat makan klo lagi sibuk" terang yuni.

"Makasih ya, ehh tapi kamu kenal sama anak ini" tanya dr.biyan

"Raka namaya, dia murid q bi"
jawab yuni

"Klo begitu mari kita makan bareng di kantin, kamu pasti juga belum makan kan raka?" Tanya dr.biyan

Ada rasa ngilu dihatinya melihat keakraban antara dr.biyan dan bu yuni, timbul berbagai macam pertanyaan di kepalanya bagai mana bisa, sejauh apa hubungan mereka. Wanita pertama yang dia anggap spesial tapi begitu akrab dengan lelaki lain, di lain sisi raka pun menyadari posisi nya, tapi dia tetap bertekat untuk berjuang demi wanita spesial nya.

"ga lapar, silahkan dr saja saya kembali ke ICU " jawab raka sambil berlalu dengan langkah gontai, walau bu yuni sudah membujuk nya  tapi raka ttp berlalu dari mereka.


Ku Tunggu JandaMu Bu GuruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang