1

1.7K 161 77
                                    

Awal

"Sayaaaaangggg!"

Suara lantang seorang cowok menggema di parkiran sekolah, menarik perhatian beberapa siswa yang tengah sibuk dengan urusannya masing-masing. Reyhan, pemilik suara itu, baru saja turun dari motornya dan kini berdiri dengan kedua tangan di pinggang, menatap seseorang di seberang sana.

Lasmi, yang baru saja tiba dan sedang melepas helmnya, mendongak menatap sumber suara.

"Iya, Jang, kenapa?" tanyanya santai.

"Gue mau curhat," ucap Reyhan dengan wajah sendu, seperti orang yang baru saja kehilangan sesuatu yang berharga.

Lasmi melirik sekilas jam tangan di pergelangan tangannya. "Abis istirahat aja gimana?"

"Heh, okelah," jawab Reyhan pasrah.

Lasmi dan Reyhan adalah teman satu kelas yang cukup terkenal di sekolah. Bukan karena mereka sering membuat onar, melainkan karena kedekatan mereka yang unik. Mereka sering memanggil satu sama lain dengan sebutan "sayang," meski tanpa ada ikatan hubungan yang jelas. Banyak yang bertanya-tanya, apakah mereka benar-benar hanya sekadar sahabat, atau ada sesuatu yang lebih dari itu?

---

Curhatan Reyhan

Waktu istirahat tiba. Kantin sekolah dipenuhi siswa-siswi SMA HARAPAN BANGSA yang berdesakan mencari tempat duduk dan memesan makanan favorit mereka. Hiruk-pikuk suara bercampur dengan aroma khas jajanan sekolah.

Reyhan menggamit lengan Lasmi dan membawanya menjauh dari keramaian. "Ke aula aja, biar lebih tenang," ajaknya.

Lasmi mengangguk setuju. Setelah menemukan tempat yang nyaman, ia duduk dan menatap Reyhan dengan alis terangkat. "Jadi, ada apa sih?" tanyanya penasaran.

Reyhan menghela napas dalam. "Maya, Nil," lirihnya.

Lasmi mengernyit. "Maya kenapa?" tanyanya sambil membenarkan jilbabnya yang tertiup angin.

Reyhan menatap kosong ke depan. "Nolak gue," jawabnya singkat dengan ekspresi kecewa.

Lasmi mengerjapkan mata, mencoba memahami. "Lo nembak dia?" tanyanya, masih belum percaya.

"Kagak."

"Lah, katanya ditolak?"

"Kan gue udah ngomong, Nil. Kalo dia nolak berarti ya gue nembak dia. Astagfirullah, pengen dah gue santet lu," gerutu Reyhan, pura-pura kesal.

Lasmi mendelik. "Yeh, kok ngegas?"

Reyhan mendesah dramatis. "Terus, gue gulung, gue goreng, lalu gue tiriskan," ucapnya penuh emosi.

Lasmi menatapnya bingung, lalu dengan polosnya berkata, "Aw, panas."

"Serah, lodeh."

"Sayur lodeh?"

Reyhan tersenyum kecut. "DARAH TINGGI!" serunya tiba-tiba, lalu bangkit berdiri dan pergi meninggalkan Lasmi.

Lasmi hanya bisa menghela napas panjang, menatap kepergian temannya itu dengan ekspresi lelah. "Cih, dia yang ngajak ke sini, dia juga yang ninggalin," gumamnya sambil menyedot es teh yang baru dibelinya.

Pasangan Bobrok Tanpa StatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang